Definisi Klasifikasi AIHA Patogenesis

7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Autoimmune Hemolytic Anemia AIHA

1. Definisi

Autoimmune hemolytic anemia AIHA merupakan penyakit autoimmuneditandai lisisnya eritrosit akibat autoantibodi yang diproduksi tubuh.Eritrosit yang mengalami lisis ini dianggap sebagai antigen non-self oleh antibodi.Normalnya eritrosit sel darah merah memiliki masa hidup 120hari, namun pada AIHA masa hidup eritrosit kurang dari 120 hari Dipiro et al, 2008.

2. Klasifikasi AIHA

Autoimmune hemolytic anemia AIHA diklasifikasikan menjadi warm-type Autoimmune hemolytic anemia wAIHA dan cold-type Autoimmune hemolytic anemia cAIHA yang masing-masing dapat bersifat idiopatik ataupun yang disebabkan oleh penyakit lain sekunder. Klasifikasi AIHA didasarkan pada deteksi DAT Direct antiglobulin test,wAIHA akan menunjukkan adanya antigen IgG antisera dan C3 coomb’s test positif dengan aktivitas optimum pada suhu 37 o C sedangkan cAIHAditemukan C3 serta IgM dalam jumlah sedikit dan atau tidak terdeteksi yang memiliki aktivitas optimum pada suhu 4 o C. IgG dan C3d terdeteksi dalam sel darah merah pada 50 kasus wAIHA, IgG pada 23 kasus, C3D pada 27 kasus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel III. Tes Klinis AIHA DeLoughery, 2013 Tes Hasil Direct Antiglobulin Test DAT Positif IgG ± C3 pada WAIHA C3 pada CAIHA Haptoglobin Menurun Bilirubin indirek Meningkat Lactate dehydrogenase Meningkat Jumlah Retikulosit Meningkat Urine hemosiderin Ditemukan Gejala klinis pada pasien wAIHA yaitu anemia, jaundice penyakit kuning, dan splenomegali sedangkan cAIHA pada kondisi cuaca dingin akan terjadi anemia dan warna urin yang sangat pekat. Penyakit CAIHA akan sering ditemukan pada pasien lanjut usia dan dewasa, sedangkan wAIHA akan mudah ditemukan disemua usia Marcus, Attias, and Tamary, 2014.

3. Patogenesis

Peningkatan penghancuran sel darah merah oleh autoantibodi diperantarai dengan atau tidak adanya aktivasi komplemen. Autoantibodi diproduksi oleh limfosit sel B yang kehilangan toleransi diri dengan bantuan limfosit Th. Komplemen cukup berperan penting dalam pertahanan tubuh karena jika teraktivasi, komplemen akan menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan substansi biologi aktif untuk melisiskan membran sel antigen. Aktivasi komplemen dapat juga membahayakan tubuh, jika komplemen teraktivasi oleh endapan kompleks antigen-antibodi pada jaringan secara terus menurus maka akan terjadi lisisnya eritrosit Suyoko, 2008. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Warm-typeAutoimmune Hemolytic Anemia wAIHA Warm-typeAutoimmune Hemolytic Anemialebih dari 70 terjadi pada AIHA sekunder, hal ini disebabkan adanya produktivitas autoantibodi yang melawan eritrosit. Antibodi IgG merupakan antibodi yang hampir ada pada semua kasus wAIHA, meskipun begitu antibodi IgM dan IgA juga dapat terdeteksi. Hemolisis ekstravaskulaer yang disebabkan oleh wAIHA terjadi melalui mekanisme yaitu Fc receptor-mediated immune adherence dan complement mediated hemolysis Kelton et al, 2002. Antigen dapat bersifat nonspesifik atau ditujukan melawan antigen dalam sistem Rh Mehta dan Hoffbrand, 2006. 1 Fc Receptor-Mediated Immune Adherence Sel darah merah yang terlapisi antibodi dapat dihilangkan dari sirkulasi darah melalui dua mekanisme yang berbeda yaitu fagositosis dan lisis. Proses fagositosis makrofag menelan dan melisiskan sel darah merah dengan pembentukan oksigen radikal pada sitoplasma, sedangkan lisis sel toksis diakibatkan hancurnya sel target oleh enzim lisosomal yang dikeluarkan sel fagosit. Fagositosis diperantarai oleh deposisi opsonin yang mengandung antibodi atau C3b pada antigen. Sel imun efektor memiliki reseptor Fc pada permukaan sel yang akan berinteraksi dengan reseptor Fc antibodi. Reseptor Fc IgG pada makrofag memiliki tiga kelas berbeda yaitu Fc γ RI, Fcγ RII danFcγ RIII. Fcγ RII dan Fc γ RIII berikatan dengan IgG oligomer sedangkan Fcγ RI berikatan dengan IgG monomerik. Hal tersebut mengakibatkan munculnya IgG pada wAIHA. Fc γ RIII mengandung fagosit, endositosis, dan antibodi yang memediasi sitotoksik sel. Fc γ RII merupakan reseptor inhibitor dan memiliki aksi negative regulator pada aktivasi sel B dan sel mast. Proses penghancuran sel yang dimediasi oleh reseptor Fc tergantung pada sejumlah faktor antara lain kekebalan imunoglobulin spesifik, jumlah antibodi yang terikat pada sel darah merah dan aktivitas keseluruhan dari makrofag dalam sistem retikuloendotelial Kelton et al, 2002. 2 Complement Mediated Hemolysis IgG yang menempel pada sel darah merah akan membentuk kompleks untuk mengaktifkan sistem komplemen C1 C1q, Clr, dan Clr. C1qrs mengaktivasi C3 melalui C2 dan C4, aktivasi ini membentuk C3b yang kemudian menempel pada kompleks antigen-autoantibodi sehingga terjadi lisis sel darah merah Berentsen et al, 2015. b. Cold-typeAutoimmune Hemolytic Anemia cAIHA Antibodi yang muncul pada cAIHA 85 berupa IgM dan IgG 15, antibodi ini bereaksi optimum pada suhu dingin dibawah 30 o C. Darah perifer pasien dengan cold hemagglutinin akan mengalami aglutinasi jika diperiksa pada suhu ruangan. Umumnya autoantibodi spesifik pada cAIHA menyerang antigen I pada permukaan sel darah merah. Autoantibodi yang mengikat antigen melakukan proses penghancuran sel darah merah melalui aktivasi komplemen Kelton, et al 2012. Gambar 1. Mekanisme Penghancuran Sel Darah Merah pada cAIHA Cold Antigen CA yang berikatan dengan sel darah merah mengalami aglutinasi jika terjadi pendinginan darah pada akral tubuh ujung jari tangan dan kaki. Aktivasi komplemen melalui jalur klasik ditunjukan oleh kompleks IgM-CA yang berikatan dengan sel darah merah dan C1. C1 esterase mengaktifkan C2 dan C4 kemudian mengaktifkan C3 konvertase, C3 terpecah menjadi C3a dan C3b. C3b akan berikatan dengan kompleks dan pada saat kompleks kembali pada tubuh dengan suhu 37 C, IgM-CA terlepas dari permukaan sel sedangkan C3b tetap terikat sel darah merah untuk difagosit dihati Berentsen et al, 2015

4. Diagnosis AIHA

Dokumen yang terkait

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

2 39 174

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

1 17 174

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS “Y” Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

4 37 21

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

0 7 13

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien dewasa dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2014.

3 18 145

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien lansia dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2014.

1 17 110

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) anak rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009-2014.

1 9 161

Autoimmune Hemolytic Anemia in Systemic Lupus Erythematosus Patient

0 0 9

Evaluasi drug related problems (DRPs) pada pasien anak dengue shock syndrome (DSS) di instalasi rawat inap RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 - USD Repository

1 1 98

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien asma pediatri rawat inap : studi kasus di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 - USD Repository

0 0 141