2.2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik
Untuk memberikan gambaran yang terperinci mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, dibawah ini akan
didefinisikan faktor-faktor tersebut. 1.
Tingkat persaingan Rivalry. Menurut Tunggal 1995:42-43, persaingan didefinisikan
sebagai persaingan suatu perusahaan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya, baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal
dengan tujuan untuk mendapatkan peluangkesempatan atau untuk mempertahankan meningkatkan posisi pasarnya serta memperoleh
suatu keunggulan bersaing competitive advantage yang berkelanjutan sepanjang waktu.
Semakin banyak anggota profesi akuntan publik mengakibatkan persaingan antar kantor akuntan yang satu dengan yang
lainnya semakin tajam. Persaingan yang tajam dapat mengakibatkan dukungan yang diberikan oleh seorang akuntan publik terhadap sesama
anggota profesi jika kliennya ingin mengganti akuntan publik yang sekarang dipakai dengan akuntan publik yang lain semakin rendah,
sehingga untuk mempertahankan klien agar tidak berpindah ke kantor akuntan lain, kantor akuntan publik cenderung tunduk pada tekanan
manajemen klien Supriyono;1990:41. Tingkat persaingan ini mempunyai pengaruh yang relative
kecil terhadap penampilan independensi akuntan publik, jika dalam
melaksanakan audit kantor akuntan selalu berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK dan Standar
Profesionalisme Akuntan Publik SPAP. 2.
Jasa lainnya selain audit. Aktivitas kantor akuntan publik selain memberikan jasa audit
juga memberikan jasa-jasa lain selain audit seperti jasa akuntansi, jasa konsultasi manajemen, dan jasa konsultasi perpajakan. Pemberian jasa
lain ini memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa alasan misalnya :
a. Kantor akuntan yang memberikan saran-saran kepada klien
cenderung memihak kepada kepentingan kliennya sehingga kehilangan independensi didalam melaksanakan pekerjaan audit.
b. Kantor akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa lain selain
audit tersebut harga dirinya dipertaruhkan untuk keberhasilan kliennya, sehingga cenderung tidak independen didalam
melaksanakan audit. c.
Pemberian jasa lain selain audit mungkin mengharuskan kantor akuntan membuat keputusan tertentu untuk kliennya sehingga
posisi akuntan publik menjadi tidak independen didalam melaksanakan audit.
d. Kantor akuntan yang melaksanakan pemberian jasa lain selain jasa
audit mungkin mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
manajemen klien sehingga kemungkinan kurang independen didalam melaksanakan audit Supriyono;1990:50.
Stettler Supriyono;1990:50 mengemukakan bahwa pemberian jasa lainnya selain jasa audit kepada klien audit tidak merusak
independensi jika jasa lain tersebut dilaksanakan oleh staf profesionalisme yang tidak mempunyai hubungan dengan staf yang
memberikan jasa audit. 3.
Lamanya penugasan audit di kantor akuntan. Beberapa pihak menganggap bahwa hubungan penugasan audit
yang lama atau terus menerus dapat mengakibatkan rusaknya independensi akuntan publik. Selain menimbulkan hubungan tertutup
sehingga kantor akuntan lebih memperhatikan kepentingan klien, penugasan audit pada klien tertentu yang terlalu lama memungkinkan
juga akuntan publik akan kehilangan inovasi, cepat merasa puas, kurang ketat didalam melaksanaknprosedur audit sehingga keadaan-
keadaan ini juga mendorong akuntan publik kehilangan independensi. Untuk mempertahankan independensi akuntan publik yang
mempunyai hubungan yang lama dengan satu klien tertentu dapat ditempuh empat cara sebagai berikut Supriyono;1990:53 :
a. Pembentukan komite audit
b. Keharusan rotasi kantor akuntan publik
c. Keharusan rotasi partner
d. Keharusan direview rekan kantor akuntan
4. Ukuran kantor akuntan publik.
AICPA menggolongkan kantor akuntan kedalam : a.
Kantor akuntan publik besar adalah kantor akuntan yang telah melaksanakan audit pada perusahaan go publik
b. Kantor akuntan publik kecil adalah kantor akuntan yang tidak
melaksanakan audit pada perusahaan go publik Supriyono; 1990:58.
5. Audit “fee”
Independensi suatu kantor akuntan publik perlu diragukan jika “fee” yang diterima dari suatu klien merupakan bagian yang signifikan
dari total pendapatan kantor akuntan tersebut karena : a.
Kantor akuntan publik yang memeriksa merasa tergantung pada klien tersebut sehingga segan untuk menentang kehendak klien,
b. Kantor akuntan publik takut kehilangan klien yang dapat
mendatangkan pendapatan yang relative besar jika kantor tersebut tidak menuruti kehendak klien.
c. Kantor akuntan cenderung memberikan “counterpart fee” yang
besar pada satu atau beberapa pejabat kunci klien yang diaudit sehingga cenderung menimbulkan hubungan yang tidak
independen. Sebaliknya bila “fee” yang diterima dari seorang klien tertentu bukan merupakan sebagian besar dari total pendapatan
kantor akuntan publik tersebut, maka kantor akuntan publik
tersebut sulit untuk “ditekan” oleh seorang klien, sehingga independensinya akan terjaga.
6. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien.
Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila mereka mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha
dengan klien yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan hubungan usaha tersebut diantaranya selama periode perjanjian kerja
atau saat menyatakan pendapatnya, akuntan publik atau kantornya memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang
material didalam perusahaan yang menjadi kliennya, memiliki investasi bersama di dalam bisnis dengan perusahaan yang diauditnya
atau dengan karyawan penting, direktur atau pemegang saham utama perusahaan yang diauditnya yang jumlahnya material dalam
hubungannya dengan kekayaan bersihnya atau kekayaan bersih kantornya, memiliki hutang atau piutang pada perusahaan yang
diauditnya atau karyawan penting atau pemegang saham utamanya dan lain sebagainya.
2.2.4.5. Teori Pendukung Independensi