Komponen Kompetensi Akuntan Publik Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan Publik

membiayai auditor ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan melakukan pengujian audit daripada KAP kecil.

2.2.3.2. Komponen Kompetensi Akuntan Publik

Gibbins dan Larocque dalam artikel Murtanto memberikan suatu model umum atas kompetensi auditor dengan lima komponen yang terdiri atas kepribadian, tugas, lingkungan sosial dan kendala-kendalanya, serta proses pemberian pendapat. Hayes-Roth dalam Mayangsari 2003:4 mendefinisi kompetensi sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu. Pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan masalah tersebut. Namun demikian, secara umum belum ada kesepakatan mengenai definisi kompetensi diantara peneliti. Konsekuensinya, konsep dari kompetensi harus dioperasionalkan dengan melihat beberapa variabel atau ukuran, seperti lamanya pengalaman seseorang bekerja dibidang tertentu Mayangsari, 2003:4. Dalam perkembangan berikutnya, variabel kompetensi diukur dengan memasukkan unsur kinerja, seperti kemampuan ability, pengetahuan knowledge, dan pengalaman experience. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Libby Mayangsari, 2003:5 yang menyatakan bahwa pengalaman, kemampuan, dan kinerja yang baik harus dimiliki oleh seseorang yang memiliki keahlian expert daripada seorang pemula novice. Hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti tersebut menunjukkan adanya konsistensi bahwa dari faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi akuntan publik ternyata faktor pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting bagi auditor. Faktor lain yang juga sangat penting adalah psikologi dan strategi dalam pengambilan keputusan. Sedangkan faktor-faktor seperti kemampuan kognitif dan analisis tugas bukan merupakan faktor penting.

2.2.3.3. Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan Publik

Kompetensi merupakan faktor yang menentukan profesionalisme akuntan publik. Kompetensi itu sendiri merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami. Dreyfus 1986 dalam Mayangsari 2003:15 mengatakan bahwa kompetensi seseorang merupakan suatu gerakan yang terus menerus yang berupa proses pembelajaran dari “mengetahui sesuatu”, menjadi “mengetahui bagaimana”. Lebih spesifik lagi Dreyfus membedakan proses pencapaian kompetensi profesional menjadi lima tahap Mayangsari, 2003:15 Tahap pertama disebut dengan novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap kenyataan dan membuat judgement hanya berdasarkan aturan- aturan yang tersedia. Kompetensi pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staff audit pemula yang baru lulus dari universitas. Tahap kedua disebut advanced beginner. Pada tahap ini auditor sangat bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan audit. Namun demikian auditor pada tahapan ini mulai dapat membedakan aturan sesuai dengan suatu tindakan. Tahap ketiga disebut competence. Pada tahap ini audior sudah mempunyai cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan dan prosedur aturan audit. Tahap keempat disebut profiency. Pada tahap ini segala sesuatu menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung bergantung pada pengalaman yang lalu. Intuisi pun mulai digunakan. Akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh elemen analisis yang substansial. Tahap terakhir adalah expertise. Pada tahap ini auditor mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktik yang ada. Auditor sudah dapat membuat keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor pada tahapan ini sangat rasional dan mereka bergantung intuisinya bukan aturan-aturan yang ada. Keterangan-keterangan tersebut semakin menunjukan pengaruh pengalaman yang merupakan salah satu unsur dari kompetensi terhadap profesionalisme akuntan publik. Dreyfus menunjukan bahwa dalam pembagian jenjang kompetensi, terdapat unsur pengalaman, karena seseorang yang memiliki keahlian yang berada ditahap novice, untuk sampai ketahap beginner harus mengalami beberapa waktu pengalaman kerja serta tambahan pengetahuan teknis.

2.2.3.4. Teori Pendukung Kompetensi

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 43 85

Analisis pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit dengan ukuran kantor akuntan publik segabai variabel moderating: studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta

0 5 148

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya Timur).

0 0 89

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

0 1 95

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya Timur).

0 0 88

PENGARUH INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

0 1 16

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

0 1 28

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya Timur)

0 0 17

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA SKRIPSI

0 0 20