Efikasi Diri KAJIAN TEORETIK
2012: 114 menyatakan bahwa efikasi diri mengacu pada harapan yang dipelajari seseorang bahwa dirinya mampu melakukan suatu perilaku
ataupun menghasilkan sesuatu yang diharapkan dalam suatu situasi tertentu. Bandura Ni‟mah, 2012: 114 menyatakan bahwa efikasi diri
merupakan perasaan, penilaian seseorang mengenai kemampuan dan kompetensi yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
padanya. Menurut Pajares Ni‟mah, 2012: 114 efikasi diri adalah penilaian
terhadap kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas khusus dalam konteks yang spesi
fik, selanjutnya Marsh, Walker dan Debus Ni‟mah, 2012: 114-115 menyatakan efikasi diri fokus pada kemampuan seseorang
untuk dapat menyelesaikan sejumlah tugas dengan sukses. Myers Ni‟mah, 2012: 115 mengungkapkan bahwa efikasi diri adalah perasaan yang
dimiliki seseorang bahwa dirinya kompeten dan efektif dalam melakukan suatu tugas.
Bandura Ni‟mah, 2012: 115, mengatakan bahwa keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi kepercayaan diri, kemampuan
menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan, dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh dengan tekanan. Percaya terhadap keyakinan diri
atau efikasi diri merupakan faktor kunci dalam perantara hidup. Sedangkan menurut Baron
dan Byrne Ni‟mah, 2012: 115 efikasi diri adalah evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi
dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan dan mengatasi hambatan.
Menurut Bandura Ni‟mah, 2012: 115-116, jika seseorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
percaya bahwa tidak memiliki kekuatan untuk memproduksi suatu hasil, maka orang tersebut tidak akan berusaha untuk membuat sesuatu terjadi.
Sebaliknya orang yang memiliki efikasi diri tinggi diyakini sebagai orang yang mampu berperilaku tertentu untuk dapat mencapai hasil yang
diinginkan, selain itu mereka juga lebih giat dan lebih tekun dalam berusaha.
Menurut Bandura Ni‟mah, 2012: 117, individu yang mempunyai efikasi diri tinggi akan menetapkan target yang tinggi pula dan
akan mengejar target yang lebih tinggi bila target sebelumnya telah mampu ia capai. Individu dengan kondisi efikasi diri rendah akan
menetapkan target awal sekaligus membuat estimasi pencapaian hasil yang rendah. Individu tersebut akan mengurangi atau justru membatalkan target
yang telah ditetapkan apabila menghadapi beberapa rintangan dan pada tugas berikutnya akan cenderung menetapkan target yang lebih rendah.
Efikasi diri ini penting untuk dikembangkan karena sesuai dengan hasil penelitian Bandura dan Schunk Ni‟mah, 2012: 118 bahwa efikasi diri
menekankan pada komponen kepercayaan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi-situasi yang akan datang yang masih
mengandung kekaburan, tidak dapat diprediksi atau sering kali penuh dengan tekanan.
2. Komponen yang memberikan dorongan bagi terbentuknya efikasi diri.
Menurut Bandura Ni‟mah, 2012: 116-117, terdapat tiga komponen yang memberikan dorongan bagi terbentuknya efikasi diri, yaitu:
a.
Outcome Expectancy
Pengharapan Hasil, yaitu adanya harapan terhadap kemungkinan hasil dari perilaku. Harapan ini dalam bentuk
pemikiran tentang kemungkinan hasil yang akan diperoleh dan kemungkinan tercapainya tujuan.
b.
Efficacy Expectancy
Pengharapan Efikasi, yaitu harapan atas munculnya perilaku yang dipengaruhi oleh persepsi seseorang pada
kemampuan kinerjanya yang berkaitan dengan hasil. Jika seseorang sering mengalami kegagalan pada suatu tugas tertentu maka ia
cenderung memiliki efikasi yang rendah pada tugas tersebut. Sebaliknya jika berhasil dalam melakukan tugas tertentu maka ia
mempunyai efikasi diri yang tinggi pada tugas tersebut. c.
Outcome Value
Nilai Hasil, yaitu nilai kebermaknaan atas hasil yang diperoleh seseorang. Nilai hasil yang sangat berarti akan memberikan
pengaruh yang kuat pada motivasi seseorang untuk mendapatkannya kembali.
3. Sumber informasi efikasi diri
Bandura Ni‟mah, 2012: 119-121 mengungkapkan bahwa efikasi diri memiliki empat sumber informasi, yaitu:
a. Pencapaian hasil e
nactive attainment
Sumber informasi ini adalah yang paling penting, karena didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang secara langsung dialami
oleh individu. Apabila individu pernah berhasil mencapai suatu prestasi tertentu, maka hal ini dapat meningkatkan penilaian akan efikasi
dirinya. Pengalaman keberhasilan juga dapat mengurangi kegagalan, khususnya bila kegagalan tersebut timbul di saat awal terjadinya suatu
peristiwa. b.
Pengalaman orang lain
vicarious experience
Sumber informasi dari efikasi diri juga dapat diperoleh dari pengamatan terhadap pengalaman orang lain. Dengan melihat
keberhasilan orang lain dalam melakukan aktivitas atau tugas tertentu maka akan meningkatkan efikasi dirinya terutama jika seseorang
merasa memiliki kemampuan yang sebanding dengan orang tersebut dan mempunyai usaha yang tekun serta ulet. Dengan cara melihat
keberhasilan pengalaman orang lain, maka seseorang akan cenderung merasa mampu melakukan hal yang sama apalagi dengan ditunjang
kepercayaan diri yang tinggi akan kemampuan yang dimilikinya. c.
Persuasi verbal
verbal persuation
Sumber informasi ini memberikan kesempatan kepada seseorang untuk diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan orang lain.
Harapannya adalah ia mampu untuk meningkatkan keyakinan dirinya bahwa ia memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat membantu
dirinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Persuasi verbal ini mengarahkan agar seseorang lebih giat dan berusaha dengan keras lagi
untuk dapat memperoleh tujuan yang diinginkan dan mencapai kesuksesan.
d. Kondisi fisiologis
physiological state
Merupakan sumber informasi berdasarkan kepekaan reaksi-reaksi internal dalam tubuh seseorang. Gejolak emosi dan keadaan fisiologis
yang dialami seseorang memberikan suatu isyarat akan terjadinya sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini berarti bahwa keadaan
fisik seseorang akan mempengaruhi pandangan mengenai kekuatan dan kemampuannya dalam mengerjakan tugas.
4. Faktor efikasi diri
Bandura Ni ‟mah, 2012: 124-126 mengemukakan bahwa perbedaan
tingkat efikasi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: a.
Sifat tugas yang dihadapi apabila semakin kompleks dan sulit bagi seseorang, maka semakin besar keraguan terhadap kemampuannya.
Sebaliknya jika individu dihadapkan pada tugas yang sederhana dan mudah maka dirinya sangat yakin pada kemampuannya untuk berhasil.
b. Intensif eksternal atau adanya intensif berupa hadiah
reward
dari orang lain untuk merefleksikan keberhasilan individu dalam menguasai
atau melaksanakan suatu tugas akan meningkatkan efikasi dirinya. Dalam hal ini
reward
yang tepat atau yang menarik akan meningkatkan motivasi seseorang.
c. Status seseorang dalam lingkungan.
Seseorang yang memiliki status sosial lebih tinggi akan memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi pula dibandingkan seseorang yang
berstatus sosial lebih rendah. Status sosial tinggi membuat seseorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperoleh penghargaan lebih dari orang lain sehingga memberikan pengaruh pula terhadap efikasi dirinya.
d. Informasi tentang kemampuan diri.
Efikasi diri akan meningkat jika seseorang mendapatkan informasi yang positif tentang dirinya, demikian sebaliknya efikasi diri
akan menurun jika seseorang mendapatkan informasi negatif mengenai kemampuannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya efikasi diri dipengaruhi oleh sifat tugas yang dihadapi, adanya penghargaan, status seseorang
dalam lingkungan, dan informasi terhadap kemampuannya. 5.
Sumber efikasi diri Perubahan tingkah laku dalam sistem Bandura Alwisol, 2009: 288
kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi efikasi diri. Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan
atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai suatu prestasi
performance a ccomplishment
, pengalaman vikarius
vicarious experience
, persuasi sosial
social persuation
, dan pembangkitan emosi
emotional physiological states
. a.
Pengalaman performansi Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai
pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu mengubah efikasi diri dan merupakan yang paling kuat pengaruhnya.
Prestasi masa lalu yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi.
b. Pengalaman vikarius
Pengalaman vikarius diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi
akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda
dengan diri si-pengamat, pengaruh viakrus tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi
orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.
c. Persuasi sosial
Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi sosial Alwisol, 2009: 289. Dampak dari sumber ini
terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada
pemberi persuasi dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan. d.
Keadaan emosi Keadaan
emosi yang
mengikuti suatu
kegiatan akan
mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu Alwisol, 2009: 289. Emosi yang kuat, takut, cemas, dan stres, dapat mengurangi efikasi diri.
Namun bisa pula terjadi, peningkatan emosi yang tidak berlebihan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat meningkatkan efikasi diri. Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau ekspektasi efikasinya berubah.
6. Efikasi diri sebagai prediktor tingkah laku
Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai
prestasi, akan menjadi penentu tingkah laku mendatang yang penting. Efikasi diri yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan
yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku Alwisol, 2009: 290. Hal tersebut
akan dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2
Prediksi Tingkah Laku Efikasi Diri yang Tinggi atau Rendah Dikombinasikan dengan Lingkungan
yang Responsif atau Tidak Responsif
Efikasi Lingkungan
Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi Responsif
Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
Rendah Tidak
responsif Depresi,
melihat orang
lain sukses pada tugas yang dianggap
sulit. Tinggi
Tidak responsif
Berusaha keras
mengubah lingkungan menjadi responsif,
melakukan protes,
aktivitas sosial,
bahkan memaksakan
perubahan. Rendah
Responsif Orang menjadi apatis, pasrah,
merasa tidak mampu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Indikator-indikator efikasi diri
Di bawah ini adalah indikator-indikator efikasi diri Bandura, 1999: 76, 258-269
a.
Academic self-efficacy
1 Mendapatkan bantuan guru saat kesulitan
Siswa memperoleh bantuan dari guru pada saat mengalami hambatan dalam belajar melalui pengarahan yang diberikan oleh
guru. Pengarahan dari guru ini dilakukan kepada para siswa dengan tidak memberikan jawaban secara langsung, melainkan menuntun
para siswa. Hal ini dapat terjadi apabila para siswa menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran.
2 Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar para siswa dipengaruhi oleh kemampuan kognitifnya dan juga lingkungan belajarnya pada saat itu. Selain itu,
perbedaan konsentrasi belajar pada para siswa juga dipengaruhi oleh gaya belajar mereka. Asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh
melalui apa yang dikonsumsi siswa juga dapat membantu meningkatkan konsentrasi belajar.
3 Mempelajari bahan ujian
Guru telah menentukan materi mana saja yang akan diujikan kepada para siswa. Materi-materi tersebut biasanya telah diajarkan
dan dibahas oleh guru sebelum dilaksanakannya ujian. Sebelum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ujian berlangsung, diharapkan para siswa mempersiapkan ujian dengan sungguh-sungguh.
4 Menyelesaikan PR
Terdapat berbagai cara untuk semakin meningkatkan pemahaman para siswa terhadap materi pelajaran. Salah satu
diantaranya adalah dengan memberi tugas rumah. Para siswa diharapkan dapat menyelesaikan pekerjaan rumah yang telah
diberikan pada saat di sekolah untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan pemahaman mereka.
5 Berkonsentrasi saat pembelajaran
Proses belajar membutuhkan konsentrasi. Para siswa diharapkan mampu memusatkan perhatiannya pada pembelajaran.
Para siswa juga dihimbau untuk tidak melakukan tidak memikirkan kegiatan lain di luar proses belajar yang tidak berkaitan dengan
materi yang sedang dipelajari. 6
Memahami materi pelajaran Setelah proses belajar dilakukan, para siswa diharapkan
mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru maupun yang dipelajari secara personal. Pada proses belajar di
dalam kelas, tingkat pemahaman siswa terhadap materi belajar juga ditentukan oleh media pembelajaran yang digunakan. Maka dari itu,
sebisa mungkin guru mempersiapkan media pembelajaran yang interaktif.
7 Memuaskan orang tua melalui hasil belajar
Hasil belajar para siswa tergantung pada beberapa aspek yang dinilai oleh guru, misalnya sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Hasil belajar yang baik dapat membuat orang tua mereka merasa bangga dan puas. Hasil belajar yang baik juga tergantung pada usaha
yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih hasil yang baik tersebut. Hasil tidak mengkhianati usaha.
8 Menyelesaikan ujian
Para siswa diharapkan mampu menyelesaikan ujian dengan tepat waktu dan jujur. Kemampuan menyelesaikan ujian
mempengaruhi hasil belajar para siswa. Maka dari itu hendaknya mereka mampu menyelesaikan ujian sesuai dengan yang diharapkan.
b.
Social self-efficacy
1 Mengekspresikan pendapat
Selama proses pembelajaran berlangsung, biasanya guru akan meminta pendapat para siswa. Apabila para siswa memiliki suatu
pendapat, sebaiknya tidak hanya memendamnya saja, melainkan mengutarakan pendapat tersebut.
2 Menjadi teman bagi yang lainnya
Seseorang diharapkan mampu menjadi teman bagi orang lain dengan tidak membeda-bedakan. Dalam situasi apapun, diharapkan
seseorang mampu menjadi teman yang baik bagi sesamanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
manusia, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain.
3 Berteman dengan teman „baru‟
Dalam kehidupan ini tidak jarang kita menemui banyak orang yang baru kita kenal. Hubungan pertemanan baru tersebut dapat
terjadi melalui berbagai aktivitas manusia. Seseorang bersedia menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain yang belum
pernah dikenal sebelumnya merupakan perbuatan yang baik. 4
Bekerja sama dalam kelompok Seseorang diharapkan mampu bekerja sama dalam kelompok
dan bukan menjadi seorang yang egois dalam kelompok. Dalam proses pembelajaran aktif, biasanya para siswa akan dikelompokkan
untuk tujuan tertentu, misalnya diskusi, presentasi, maupun permainan. Dalam berbagai kegiatan tersebut para siswa dituntut
untuk mampu bekerja sama dalam kelompok. 5
Mengomunikasikan hal yang tidak disukai kepada orang lain Banyak orang yang kita jumpai tidak memiliki keberanian
untuk mengungkapkan rasa ketidaksukaannya kepada orang lain. Bahkan terkadang diri kita sendiri mengalami hal serupa. Apabila
terdapat sesuatu yang mengganjal dalam hati yang tidak disukai, sebaiknya seseorang menyampaikan hal tersebut kepada orang lain.
6 Membuat lelucon
Manusia diciptakan beraneka ragam dan sifatnya. Beberapa orang yang kita kenal memiliki selerah humor yang tinggi.
Seseorang yang memiliki selera humor yang tinggi biasanya mampu mencairkan suasana yang kaku, juga mampu menghibur orang lain
dengan lelucon yang dibuatnya. 7
Mempertahankan hubungan pertemanan Berusaha menjaga hubungan baik dengan orang lain dan tidak
memutuskan hubungan baik tersebut merupakan suatu wujud mempertahankan hubungan. Mempertahankan hubungan pertemanan
juga berarti tidak melakukan tindakan yang mengancam retaknya hubungan baik dengan orang lain.
8 Mencegah pertengkaran
Mencegah pertengkaran sama halnya dengan mempertahankan hubungan pertemanan. Menjaga dan mempertahankan kualitas
hubungan dengan orang lain merupakan salah satu upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi pertengkaran. Mencegah pertengkaran
dapat pula dilakukan dengan cara diam, tidak membalas dan tetap mengasihi ketika orang lain tidak mengasihi kita.
c.
Emotional self-efficacy
1 Menyemangati diri sendiri saat mengalami keadaan tidak
menyenangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terkadang seseorang merasa bahwa tidak ada orang lain di sekitarnya yang peduli akan keadaannya. Sebaiknya seseorang
memunculkan energi positif dalam diri sendiri pada saat dibawah tekanan dan mengalami sesuatu buruk yang tidak diinginkan.
2 Mengendalikan diri saat kesulitan
Tidak dipungkiri bahwa seseorang terkadang berada pada keadaan yang sulit. Dalam keadaan sulit tersebut seseorang
hendaknya mampu mengendalikan diri. Tidak mudah panik ataupun emosi, tetap sabar, dan tenang merupakan beberapa cara untuk
mengendalikan diri pada saat mengalami kesulitan. 3
Mengendalikan diri untuk tidak gugup Terkadang seseorang dihadapkan pada keadaan yang membuat
dirinya gugup. Keadaan tersebut terjadi ketika seseorang merasa tidak siap namun terpaksa. Berusaha bersikap tenang mengadapi
sesuatu yang menegangkan maupun membuat gugup, tetap percaya diri, dan tidak mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi
merupakan upaya pengendalian diri untuk tidak gugup. 4
Mengendalikan perasaan Mampu mengendalikan perasaan disini maksudnya adalah
tidak mudah tersulut api emosi, tidak mudah menangis dengan sendirinya, dan berusaha tetap netral. Mengendalikan perasaan
terbilang hal yang cukup penting karena kita tidak tahu apakah orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain di sekitar kita merasa nyaman atau tidak apabila kita tidak mampu mengendalikan perasaan kita.
5 Menyemangati diri saat lemah
Menyemangati diri sendiri di saat lemah tidak kalah pentingnya dengan menyemangati orang lain di saat lemah.
Menumbuhkan kekuatan dalam diri sendiri saat dalam keadaan lemah memang tidak mudah, namun hal tersebut akan menjadi
sesuatu yang biasa apabila kita mampu melatihnya. 6
Mengomunikasikan ketidaksukaan pada orang lain Banyak orang yang kita jumpai tidak memiliki suatu
keberanian untuk mengungkapkan rasa ketidaksukaannya kepada orang lain. Bahkan terkadang diri kita sendiri mengalami hal serupa.
Apabila terdapat sesuatu yang mengganjal dalam hati yang tidak disukai, maka seseorang sebaiknya menyampaikan hal tersebut
kepada orang lain. Rasa tidak suka tersebut dapat timbul akibat adanya sesuatu yang dilakukan orang lain namun tidak berkenan di
hati kita. 7
Mengendalikan diri dalam pengalaman yang tidak menyenangkan Pengalaman hidup terdapat dua macam yaitu pengalaman yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Seseorang pastilah berbahagia apabila memiliki pengalaman yang menyenangkan.
Namun pengalaman yang tidak menyenangkan justru terkadang membuat seseorang tidak mampu mengendalikan diri sendiri. Dalam
menghadapi situasi yang tidak menyenangkan biasanya timbul berbagai reaksi seperti emosi yang terkadang berdampak tidak hanya
bagi diri sendiri melainkan juga bagi orang-orang sekitar. Maka dari itu sangat penting untuk mampu mengendalikan diri pada saat
mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan. 8
Tidak mengawatirkan hal yang akan terjadi Tidak merasa khawatir maupun mencemaskan hari esok dan
peristiwa yang menyertai. Mengkhawatirkan hal yang belum terjadi hanya akan membuat kita
overthinking
. Hal tersebut tidak baik untuk kesehatan dan dapat mengganggu aktivitas kita.