Efikasi Diri KAJIAN TEORETIK

2012: 114 menyatakan bahwa efikasi diri mengacu pada harapan yang dipelajari seseorang bahwa dirinya mampu melakukan suatu perilaku ataupun menghasilkan sesuatu yang diharapkan dalam suatu situasi tertentu. Bandura Ni‟mah, 2012: 114 menyatakan bahwa efikasi diri merupakan perasaan, penilaian seseorang mengenai kemampuan dan kompetensi yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya. Menurut Pajares Ni‟mah, 2012: 114 efikasi diri adalah penilaian terhadap kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas khusus dalam konteks yang spesi fik, selanjutnya Marsh, Walker dan Debus Ni‟mah, 2012: 114-115 menyatakan efikasi diri fokus pada kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan sejumlah tugas dengan sukses. Myers Ni‟mah, 2012: 115 mengungkapkan bahwa efikasi diri adalah perasaan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya kompeten dan efektif dalam melakukan suatu tugas. Bandura Ni‟mah, 2012: 115, mengatakan bahwa keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan, dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh dengan tekanan. Percaya terhadap keyakinan diri atau efikasi diri merupakan faktor kunci dalam perantara hidup. Sedangkan menurut Baron dan Byrne Ni‟mah, 2012: 115 efikasi diri adalah evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan dan mengatasi hambatan. Menurut Bandura Ni‟mah, 2012: 115-116, jika seseorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI percaya bahwa tidak memiliki kekuatan untuk memproduksi suatu hasil, maka orang tersebut tidak akan berusaha untuk membuat sesuatu terjadi. Sebaliknya orang yang memiliki efikasi diri tinggi diyakini sebagai orang yang mampu berperilaku tertentu untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan, selain itu mereka juga lebih giat dan lebih tekun dalam berusaha. Menurut Bandura Ni‟mah, 2012: 117, individu yang mempunyai efikasi diri tinggi akan menetapkan target yang tinggi pula dan akan mengejar target yang lebih tinggi bila target sebelumnya telah mampu ia capai. Individu dengan kondisi efikasi diri rendah akan menetapkan target awal sekaligus membuat estimasi pencapaian hasil yang rendah. Individu tersebut akan mengurangi atau justru membatalkan target yang telah ditetapkan apabila menghadapi beberapa rintangan dan pada tugas berikutnya akan cenderung menetapkan target yang lebih rendah. Efikasi diri ini penting untuk dikembangkan karena sesuai dengan hasil penelitian Bandura dan Schunk Ni‟mah, 2012: 118 bahwa efikasi diri menekankan pada komponen kepercayaan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi-situasi yang akan datang yang masih mengandung kekaburan, tidak dapat diprediksi atau sering kali penuh dengan tekanan. 2. Komponen yang memberikan dorongan bagi terbentuknya efikasi diri. Menurut Bandura Ni‟mah, 2012: 116-117, terdapat tiga komponen yang memberikan dorongan bagi terbentuknya efikasi diri, yaitu: a. Outcome Expectancy Pengharapan Hasil, yaitu adanya harapan terhadap kemungkinan hasil dari perilaku. Harapan ini dalam bentuk pemikiran tentang kemungkinan hasil yang akan diperoleh dan kemungkinan tercapainya tujuan. b. Efficacy Expectancy Pengharapan Efikasi, yaitu harapan atas munculnya perilaku yang dipengaruhi oleh persepsi seseorang pada kemampuan kinerjanya yang berkaitan dengan hasil. Jika seseorang sering mengalami kegagalan pada suatu tugas tertentu maka ia cenderung memiliki efikasi yang rendah pada tugas tersebut. Sebaliknya jika berhasil dalam melakukan tugas tertentu maka ia mempunyai efikasi diri yang tinggi pada tugas tersebut. c. Outcome Value Nilai Hasil, yaitu nilai kebermaknaan atas hasil yang diperoleh seseorang. Nilai hasil yang sangat berarti akan memberikan pengaruh yang kuat pada motivasi seseorang untuk mendapatkannya kembali. 3. Sumber informasi efikasi diri Bandura Ni‟mah, 2012: 119-121 mengungkapkan bahwa efikasi diri memiliki empat sumber informasi, yaitu: a. Pencapaian hasil e nactive attainment Sumber informasi ini adalah yang paling penting, karena didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang secara langsung dialami oleh individu. Apabila individu pernah berhasil mencapai suatu prestasi tertentu, maka hal ini dapat meningkatkan penilaian akan efikasi dirinya. Pengalaman keberhasilan juga dapat mengurangi kegagalan, khususnya bila kegagalan tersebut timbul di saat awal terjadinya suatu peristiwa. b. Pengalaman orang lain vicarious experience Sumber informasi dari efikasi diri juga dapat diperoleh dari pengamatan terhadap pengalaman orang lain. Dengan melihat keberhasilan orang lain dalam melakukan aktivitas atau tugas tertentu maka akan meningkatkan efikasi dirinya terutama jika seseorang merasa memiliki kemampuan yang sebanding dengan orang tersebut dan mempunyai usaha yang tekun serta ulet. Dengan cara melihat keberhasilan pengalaman orang lain, maka seseorang akan cenderung merasa mampu melakukan hal yang sama apalagi dengan ditunjang kepercayaan diri yang tinggi akan kemampuan yang dimilikinya. c. Persuasi verbal verbal persuation Sumber informasi ini memberikan kesempatan kepada seseorang untuk diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan orang lain. Harapannya adalah ia mampu untuk meningkatkan keyakinan dirinya bahwa ia memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat membantu dirinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Persuasi verbal ini mengarahkan agar seseorang lebih giat dan berusaha dengan keras lagi untuk dapat memperoleh tujuan yang diinginkan dan mencapai kesuksesan. d. Kondisi fisiologis physiological state Merupakan sumber informasi berdasarkan kepekaan reaksi-reaksi internal dalam tubuh seseorang. Gejolak emosi dan keadaan fisiologis yang dialami seseorang memberikan suatu isyarat akan terjadinya sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini berarti bahwa keadaan fisik seseorang akan mempengaruhi pandangan mengenai kekuatan dan kemampuannya dalam mengerjakan tugas. 4. Faktor efikasi diri Bandura Ni ‟mah, 2012: 124-126 mengemukakan bahwa perbedaan tingkat efikasi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: a. Sifat tugas yang dihadapi apabila semakin kompleks dan sulit bagi seseorang, maka semakin besar keraguan terhadap kemampuannya. Sebaliknya jika individu dihadapkan pada tugas yang sederhana dan mudah maka dirinya sangat yakin pada kemampuannya untuk berhasil. b. Intensif eksternal atau adanya intensif berupa hadiah reward dari orang lain untuk merefleksikan keberhasilan individu dalam menguasai atau melaksanakan suatu tugas akan meningkatkan efikasi dirinya. Dalam hal ini reward yang tepat atau yang menarik akan meningkatkan motivasi seseorang. c. Status seseorang dalam lingkungan. Seseorang yang memiliki status sosial lebih tinggi akan memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi pula dibandingkan seseorang yang berstatus sosial lebih rendah. Status sosial tinggi membuat seseorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memperoleh penghargaan lebih dari orang lain sehingga memberikan pengaruh pula terhadap efikasi dirinya. d. Informasi tentang kemampuan diri. Efikasi diri akan meningkat jika seseorang mendapatkan informasi yang positif tentang dirinya, demikian sebaliknya efikasi diri akan menurun jika seseorang mendapatkan informasi negatif mengenai kemampuannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya efikasi diri dipengaruhi oleh sifat tugas yang dihadapi, adanya penghargaan, status seseorang dalam lingkungan, dan informasi terhadap kemampuannya. 5. Sumber efikasi diri Perubahan tingkah laku dalam sistem Bandura Alwisol, 2009: 288 kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi efikasi diri. Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai suatu prestasi performance a ccomplishment , pengalaman vikarius vicarious experience , persuasi sosial social persuation , dan pembangkitan emosi emotional physiological states . a. Pengalaman performansi Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu mengubah efikasi diri dan merupakan yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi masa lalu yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. b. Pengalaman vikarius Pengalaman vikarius diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri si-pengamat, pengaruh viakrus tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama. c. Persuasi sosial Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi sosial Alwisol, 2009: 289. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan. d. Keadaan emosi Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu Alwisol, 2009: 289. Emosi yang kuat, takut, cemas, dan stres, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa pula terjadi, peningkatan emosi yang tidak berlebihan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat meningkatkan efikasi diri. Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau ekspektasi efikasinya berubah. 6. Efikasi diri sebagai prediktor tingkah laku Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu tingkah laku mendatang yang penting. Efikasi diri yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku Alwisol, 2009: 290. Hal tersebut akan dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Prediksi Tingkah Laku Efikasi Diri yang Tinggi atau Rendah Dikombinasikan dengan Lingkungan yang Responsif atau Tidak Responsif Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku Tinggi Responsif Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya. Rendah Tidak responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggap sulit. Tinggi Tidak responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan. Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Indikator-indikator efikasi diri Di bawah ini adalah indikator-indikator efikasi diri Bandura, 1999: 76, 258-269 a. Academic self-efficacy 1 Mendapatkan bantuan guru saat kesulitan Siswa memperoleh bantuan dari guru pada saat mengalami hambatan dalam belajar melalui pengarahan yang diberikan oleh guru. Pengarahan dari guru ini dilakukan kepada para siswa dengan tidak memberikan jawaban secara langsung, melainkan menuntun para siswa. Hal ini dapat terjadi apabila para siswa menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran. 2 Konsentrasi belajar Konsentrasi belajar para siswa dipengaruhi oleh kemampuan kognitifnya dan juga lingkungan belajarnya pada saat itu. Selain itu, perbedaan konsentrasi belajar pada para siswa juga dipengaruhi oleh gaya belajar mereka. Asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh melalui apa yang dikonsumsi siswa juga dapat membantu meningkatkan konsentrasi belajar. 3 Mempelajari bahan ujian Guru telah menentukan materi mana saja yang akan diujikan kepada para siswa. Materi-materi tersebut biasanya telah diajarkan dan dibahas oleh guru sebelum dilaksanakannya ujian. Sebelum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ujian berlangsung, diharapkan para siswa mempersiapkan ujian dengan sungguh-sungguh. 4 Menyelesaikan PR Terdapat berbagai cara untuk semakin meningkatkan pemahaman para siswa terhadap materi pelajaran. Salah satu diantaranya adalah dengan memberi tugas rumah. Para siswa diharapkan dapat menyelesaikan pekerjaan rumah yang telah diberikan pada saat di sekolah untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan pemahaman mereka. 5 Berkonsentrasi saat pembelajaran Proses belajar membutuhkan konsentrasi. Para siswa diharapkan mampu memusatkan perhatiannya pada pembelajaran. Para siswa juga dihimbau untuk tidak melakukan tidak memikirkan kegiatan lain di luar proses belajar yang tidak berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. 6 Memahami materi pelajaran Setelah proses belajar dilakukan, para siswa diharapkan mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru maupun yang dipelajari secara personal. Pada proses belajar di dalam kelas, tingkat pemahaman siswa terhadap materi belajar juga ditentukan oleh media pembelajaran yang digunakan. Maka dari itu, sebisa mungkin guru mempersiapkan media pembelajaran yang interaktif. 7 Memuaskan orang tua melalui hasil belajar Hasil belajar para siswa tergantung pada beberapa aspek yang dinilai oleh guru, misalnya sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar yang baik dapat membuat orang tua mereka merasa bangga dan puas. Hasil belajar yang baik juga tergantung pada usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih hasil yang baik tersebut. Hasil tidak mengkhianati usaha. 8 Menyelesaikan ujian Para siswa diharapkan mampu menyelesaikan ujian dengan tepat waktu dan jujur. Kemampuan menyelesaikan ujian mempengaruhi hasil belajar para siswa. Maka dari itu hendaknya mereka mampu menyelesaikan ujian sesuai dengan yang diharapkan. b. Social self-efficacy 1 Mengekspresikan pendapat Selama proses pembelajaran berlangsung, biasanya guru akan meminta pendapat para siswa. Apabila para siswa memiliki suatu pendapat, sebaiknya tidak hanya memendamnya saja, melainkan mengutarakan pendapat tersebut. 2 Menjadi teman bagi yang lainnya Seseorang diharapkan mampu menjadi teman bagi orang lain dengan tidak membeda-bedakan. Dalam situasi apapun, diharapkan seseorang mampu menjadi teman yang baik bagi sesamanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI manusia, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. 3 Berteman dengan teman „baru‟ Dalam kehidupan ini tidak jarang kita menemui banyak orang yang baru kita kenal. Hubungan pertemanan baru tersebut dapat terjadi melalui berbagai aktivitas manusia. Seseorang bersedia menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain yang belum pernah dikenal sebelumnya merupakan perbuatan yang baik. 4 Bekerja sama dalam kelompok Seseorang diharapkan mampu bekerja sama dalam kelompok dan bukan menjadi seorang yang egois dalam kelompok. Dalam proses pembelajaran aktif, biasanya para siswa akan dikelompokkan untuk tujuan tertentu, misalnya diskusi, presentasi, maupun permainan. Dalam berbagai kegiatan tersebut para siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dalam kelompok. 5 Mengomunikasikan hal yang tidak disukai kepada orang lain Banyak orang yang kita jumpai tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan rasa ketidaksukaannya kepada orang lain. Bahkan terkadang diri kita sendiri mengalami hal serupa. Apabila terdapat sesuatu yang mengganjal dalam hati yang tidak disukai, sebaiknya seseorang menyampaikan hal tersebut kepada orang lain. 6 Membuat lelucon Manusia diciptakan beraneka ragam dan sifatnya. Beberapa orang yang kita kenal memiliki selerah humor yang tinggi. Seseorang yang memiliki selera humor yang tinggi biasanya mampu mencairkan suasana yang kaku, juga mampu menghibur orang lain dengan lelucon yang dibuatnya. 7 Mempertahankan hubungan pertemanan Berusaha menjaga hubungan baik dengan orang lain dan tidak memutuskan hubungan baik tersebut merupakan suatu wujud mempertahankan hubungan. Mempertahankan hubungan pertemanan juga berarti tidak melakukan tindakan yang mengancam retaknya hubungan baik dengan orang lain. 8 Mencegah pertengkaran Mencegah pertengkaran sama halnya dengan mempertahankan hubungan pertemanan. Menjaga dan mempertahankan kualitas hubungan dengan orang lain merupakan salah satu upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi pertengkaran. Mencegah pertengkaran dapat pula dilakukan dengan cara diam, tidak membalas dan tetap mengasihi ketika orang lain tidak mengasihi kita. c. Emotional self-efficacy 1 Menyemangati diri sendiri saat mengalami keadaan tidak menyenangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Terkadang seseorang merasa bahwa tidak ada orang lain di sekitarnya yang peduli akan keadaannya. Sebaiknya seseorang memunculkan energi positif dalam diri sendiri pada saat dibawah tekanan dan mengalami sesuatu buruk yang tidak diinginkan. 2 Mengendalikan diri saat kesulitan Tidak dipungkiri bahwa seseorang terkadang berada pada keadaan yang sulit. Dalam keadaan sulit tersebut seseorang hendaknya mampu mengendalikan diri. Tidak mudah panik ataupun emosi, tetap sabar, dan tenang merupakan beberapa cara untuk mengendalikan diri pada saat mengalami kesulitan. 3 Mengendalikan diri untuk tidak gugup Terkadang seseorang dihadapkan pada keadaan yang membuat dirinya gugup. Keadaan tersebut terjadi ketika seseorang merasa tidak siap namun terpaksa. Berusaha bersikap tenang mengadapi sesuatu yang menegangkan maupun membuat gugup, tetap percaya diri, dan tidak mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi merupakan upaya pengendalian diri untuk tidak gugup. 4 Mengendalikan perasaan Mampu mengendalikan perasaan disini maksudnya adalah tidak mudah tersulut api emosi, tidak mudah menangis dengan sendirinya, dan berusaha tetap netral. Mengendalikan perasaan terbilang hal yang cukup penting karena kita tidak tahu apakah orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lain di sekitar kita merasa nyaman atau tidak apabila kita tidak mampu mengendalikan perasaan kita. 5 Menyemangati diri saat lemah Menyemangati diri sendiri di saat lemah tidak kalah pentingnya dengan menyemangati orang lain di saat lemah. Menumbuhkan kekuatan dalam diri sendiri saat dalam keadaan lemah memang tidak mudah, namun hal tersebut akan menjadi sesuatu yang biasa apabila kita mampu melatihnya. 6 Mengomunikasikan ketidaksukaan pada orang lain Banyak orang yang kita jumpai tidak memiliki suatu keberanian untuk mengungkapkan rasa ketidaksukaannya kepada orang lain. Bahkan terkadang diri kita sendiri mengalami hal serupa. Apabila terdapat sesuatu yang mengganjal dalam hati yang tidak disukai, maka seseorang sebaiknya menyampaikan hal tersebut kepada orang lain. Rasa tidak suka tersebut dapat timbul akibat adanya sesuatu yang dilakukan orang lain namun tidak berkenan di hati kita. 7 Mengendalikan diri dalam pengalaman yang tidak menyenangkan Pengalaman hidup terdapat dua macam yaitu pengalaman yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Seseorang pastilah berbahagia apabila memiliki pengalaman yang menyenangkan. Namun pengalaman yang tidak menyenangkan justru terkadang membuat seseorang tidak mampu mengendalikan diri sendiri. Dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan biasanya timbul berbagai reaksi seperti emosi yang terkadang berdampak tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi orang-orang sekitar. Maka dari itu sangat penting untuk mampu mengendalikan diri pada saat mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan. 8 Tidak mengawatirkan hal yang akan terjadi Tidak merasa khawatir maupun mencemaskan hari esok dan peristiwa yang menyertai. Mengkhawatirkan hal yang belum terjadi hanya akan membuat kita overthinking . Hal tersebut tidak baik untuk kesehatan dan dapat mengganggu aktivitas kita.

D. Kurikulum 2013

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Permendikbud, 2013: 4 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 20132014 memenuhi kedua dimensi tersebut. Pola pembelajaran dalam kurikulum 2013 berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama. Pola pembelajaran menjadi pembelajaran yang interaktif, antara guru, peserta didik, masyarakat, lingkungan alam, dan sumber atau media lainnya. Peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi, serta diperoleh melalui internet. Pola pembelajaran siswa aktif dirasa ampuh selama proses pembelajaran berlangsung di luar maupun di dalam kelas dengan pembelajaran berbasis tim menjadi sarana penunjangnya. Selain itu pola pembelajaran yang pasif diubah menjadi pembelajaran kritis. Menurut berita dalam liputan6.com 09122014, 20:27, kurikulum 2013 membentuk paket kelas, di mana semua siswa dan guru terlibat dalam PBM, tidak berbasis pada satu ilmu, dan juga membentuk student center.

E. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif Terdapat beberapa indikator dalam pembelajaran aktif diantaranya adalah bersifat pemecahan masalah. Selama proses pembelajaran, terdapat berbagai macam kegiatan, seperti diskusi kelompok, debat, presentasi, demonstrasi, dan berbagai kegiatan yang melibatkan aktivitas berpikir. Berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan salah satu indikator pembelajaran aktif, yaitu melibatkan aktivitas fisik, mental, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keseluruhan indera. Dengan adanya kegiatan pemecahan masalah dan terlibatnya aktivitas fisik, mental, dan keseluruhan indera, pola pikir siswa akan semakin terasah. Kegiatan pembelajaran aktif dilaksanakan di sekolah secara terus menerus, maka keterampilan berpikir kreatif siswa juga semakin terasah. Setelah dipaparkan mengenai beberapa teori, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif diduga memiliki hubungan dengan keterampilan berpikir kreatif. Dalam pembelajaran aktif, selama proses pembelajaran siswa dituntut untuk lebih berperan aktif, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang memberi arahan, menuntun, memantau, memberi saran maupun kritik yang membangun seandainya terjadi miskonsepsi. Segala aktivitas yang dialami siswa dalam pembelajaran aktif akan merangsang keterampilan berpikir kreatifnya, sehingga siswa akan semakin berkembang. Maka dari itu, diduga terdapat hubungan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif siswa. 2. Hubungan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan efikasi diri Setelah dipaparkan mengenai beberapa teori, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif memiliki hubungan dengan efikasi diri. Terdapat beberapa indikator dalam variabel pembelajaran aktif, salah satunya adalah bersifat pemecahan masalah. Selama proses pembelajaran aktif, siswa diberi tugas penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran, baik tugas individu maupun tugas kelompok. Tugas- tugas penyelesaian masalah yang diberikan kepada siswa diharapkan mampu menumbuhkan keyakinan bahwa siswa mampu melakukan tugas- tugas tersebut. Stimulus berupa kemampuan siswa lain dalam melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya dapat membuat dirinya terdorong untuk memiliki keyakinan yang sama di dalam dirinya. Apabila hal tersebut selalu dilakukan dalam pembelajaran aktif, maka efikasi diri akan meningkat dan terdapat suatu dorongan dalam dirinya untuk yakin bahwa individu mampu berusaha dengan keras, gigih, dan tekun dalam rangka menyelesaikan tugas. Berbagai macam kegiatan selama proses pembelajaran aktif dapat merangsang timbulnya kepercayaan pada diri siswa bahwa dirinya mampu melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran aktif juga memungkinkan siswa mengembangkan sikap terbuka terhadap hasil pembelajarannya. Hal tersebut adalah salah satu indikator dari pembelajaran aktif. Siswa tidak takut dalam mengungkapkan perasaannya selam proses pembelajaran, melainkan siswa memiliki suatu keyakinan bahwa ia mampu mengungkapkan apa yang mengganjal dalam hatinya, misalnya ketika terjadi perbedaan pendapat. Maka dari itu, diduga terdapat hubungan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan efikasi diri siswa.

F. Model Penelitian

Model penelitian hubungan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif dan efikasi diri siswa digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Model Penelitian Keterangan: X : Keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi Y 1 : Keterampilan berpikir kreatif Y 2 : Efikasi diri X Y 1 Y 2

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survey pada siswa kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013.

0 0 165

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo.

0 18 171

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 2 229

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

5 14 226

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 169

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa

0 0 158

Hubungan Efikasi Diri dengan Tingkat Kontrol Asma.

0 1 4