yang positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan efikasi diri siswa.
D. Pembahasan
1. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi
akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif Berdasarkan interpretasi data bahwa dari 213 siswa terdapat 38 siswa
17,84 yang memiliki persepsi terhadap keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kategori sangat tinggi, 92 siswa
43,19 memiliki persepsi dengan kategori tinggi pada keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi, 43 siswa 20,19 memiliki
persepsi dengan kategori cukup terhadap keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi, sebanyak 26 siswa 12,21 memiliki
persepsi rendah terhadap keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi, dan kategori persepsi sangat rendah terhadap keterlaksanaan
pembelajaran aktif pada materi akuntansi dimiliki oleh 14 siswa 6,57. Dalam variabel keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi
ini diperoleh hasil perhitungan rata-rata
mean
adalah 92,7418, nilai tengah
median
95, dan terdapat dua nilai yang paling sering muncul
bimodal
yaitu 95 dan 105 dengan frekuensi 11 kali kemunculan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran aktif yang
dialami oleh sebagian besar siswa sudah termasuk dalam kategori tinggi frekuensi: 92.
Sementara itu, pada hasil interpretasi variabel keterampilan berpikir kreatif menunjukkan bahwa dari 213 siswa terdapat 6 siswa 2,82 yang
memiliki persepsi pada keterampilan berpikir kreatif dengan kategori sangat tinggi, 66 siswa 30,99 memiliki persepsi dengan kategori tinggi
pada keterampilan berpikir kreatif, 71 siswa 33,33 memiliki persepsi dengan kategori cukup terhadap keterampilan berpikir kreatif, sebanyak 49
siswa 23,00 memiliki persepsi rendah terhadap keterampilan berpikir kreatif, dan kategori persepsi sangat rendah terhadap keterampilan berpikir
kreatif dimiliki oleh 21 siswa 9,86. Dalam variabel keterampilan berpikir kreatif ini diperoleh hasil perhitungan rata-rata
mean
adalah 54,3239, nilai tengah
median
55, dan nilai yang paling sering muncul
modus
yaitu 57 dengan frekuensi 18 kali kemunculan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki keterampilan
berpikir kreatif pada kategori cukup frekuensi: 71 selama proses pembelajaran aktif yang dialami.
Jika kita lihat dalam hasil uji hipotesis, hubungan antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan
keterampilan berpikir kreatif tampak bahwa kurang kuatnya korelasi +0,235. Kategori tersebut termasuk dalam kategori korelasi lemah 0,20
– 0,399. Namun kedua variabel berkorelasi secara signifikan yang ditunjukkan pada bagian
Sig. 1-tailed
, diperoleh angka probabilitas 0,000
atau kurang dari 0,01. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keduanya. Oleh karena itu terdapat
hubungan yang positif signifikan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir
kreatif siswa. Dalam penelitian ini, persepsi siswa terhadap keterlaksanaan
pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif berada pada kategori tinggi. Sementara pada keterampilan berpikir
kreatif persepsi siswa menempati kategori cukup. Namun demikian, tingkat koefisien korelasi keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi
akuntansi dan keterampilan berpikir kreatif menunjukkan hubungan yang positif signifikan dengan kategori lemah. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya hubungan yang kurang sensitif antara kedua variabel. Hubungan yang kurang sensitif tersebut kemungkinan dapat terjadi karena adanya
ketidakkonsistenan responden dalam menjawab pernyataan masing-masing variabel dalam kuesioner yang menghasilkan skor sama-sama tinggi atau
menghasilkan skor sama-sama rendah. Maka dari itu korelasi antara keduanya lemah. Sedangkan hubungan yang sensitif terjadi ketika semua
responden konsisten dalam menjawab tiap pernyataan pada masing-masing variabel menghasilkan skor sama-sama tinggi atau menghasilkan skor
sama-sama rendah, sehingga korelasi keduanya menjadi kuat. Dalam pembelajaran aktif Hollingsworth dan Gina, 2008: viii-ix,
siswa belajar secara aktif ketika mereka secara terus-menerus terlibat, baik secara mental ataupun secara fisik. Wibisono dalam bukunya
Active Learning with Case Method
2014: 2 menyatakan bahwa belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan suatu hal yang aktif, mahasiswa melakukan sebagian besar dari aktivitas itu. Mereka menggunakan otak mereka, mempelajari ide,
memecahkan masalah, dan menerapkannya saat mereka belajar. Salah satu indikator dalam pembelajaran aktif adalah bersifat pemecahan masalah.
Maksudnya adalah keterampilan penyelesaian masalah siswa terasah melalui kegiatan dalam proses pembelajaran, misalnya berupa
penyelesaian kasus. Hilgard dalam Hamzah dkk., 2014, 113 melihat bahwa berpikir kreatif sebagai suatu bentuk pemikiran, berusaha
menemukan hubungan-hubungan baru, mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam menanggapi suatu masalah, atau menghasilkan
bentuk-bentuk artistik baru. Schwartz mendefinisikan berpikir kreatif adalah menemukan cara baru yang lebih baik untuk mengerjakan segala
sesuatu. Berpikir kreatif adalah proses yang digunakan ketika mengajukan suatu gagasan baru. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran aktif
pastilah diperlukan adanya keterampilan berpikir kreatif untuk melakukan segala aktivitas yang diadakan. Juga dalam proses pembelajaran aktif,
salah satu muatan yang harus dimunculkan adalah pemecahan masalah. Dalam hal tersebut siswa dituntut untuk mau berpikir dan berkontribusi
dalam pembelajaran baik dalam bentuk berpendapat ataupun memikirkan berbagai cara demi penyelesaian masalah. Sehingga dari situ dapat
diketahui bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa akan semakin terasah. Maka dapat dijelaskan bahwa selain berhubungan, antara keterlaksanaan
pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kreatif memiliki hubungan yang positif. Hubungan positif menunjukkan bahwa ketika keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi
yang dialami oleh siswa semakin tinggi atau dengan kata lain semakin nyata dialami dalam hidupnya, maka hal tersebut akan meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif mereka. Sebaliknya, keterampilan berpikir kreatif yang tinggi dapat membantu siswa selama proses pembelajaran
aktif dilaksanakan. Hal tersebut dapat terjadi melalui adanya kegiatan diskusi kelompok, pemecahan masalah, penyampaian pendapat, juga
kegiatan-kegiatan lain selama proses pembelajaran aktif. 2.
Hubungan keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan efikasi diri
Berdasarkan interpretasi data bahwa dari 213 siswa terdapat 38 siswa 17,84 yang memiliki persepsi terhadap keterlaksanaan pembelajaran
aktif pada materi akuntansi dengan kategori sangat tinggi, 92 siswa 43,19 memiliki persepsi dengan kategori tinggi pada keterlaksanaan
pembelajaran aktif pada materi akuntansi, 43 siswa 20,19 memiliki persepsi dengan kategori cukup terhadap keterlaksanaan pembelajaran
aktif pada materi akuntansi, sebanyak 26 siswa 12,21 memiliki persepsi rendah terhadap keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi
akuntansi, dan kategori persepsi sangat rendah terhadap keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dimiliki oleh 14 siswa 6,57.
Dalam variabel keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi ini diperoleh hasil perhitungan rata-rata
mean
adalah 92,7418, nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI