1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian. Sub- sub judul tersebut merupakan bagian dari pendahuluan yang harus ada dalam sebuah penelitian.
Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Masing-masing sub bagian pendahuluan ini akan
dijabarkan secara singkat, padat dan jelas.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran penting dan menjadi modal dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Pendidikan juga sebagai penunjang seseorang dalam
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan. Oleh sebab itu pendidikan menjadi perhatian khusus bagi pemerintah, khususnya Departemen
Pendidikan Nasional yang mewajibkan belajar sembilan tahun bagi setiap warga negara Undang-undang Pendidikan Nasional No.21989. Pendidikan yang utama
dan pertama dimulai dari lingkungan keluarga, yaitu melalui relasi anak dengan kedua orang tua serta anggota keluarga lainnya. Keluarga menjadi peletak dasar
proses pendidikan bagi seorang anak selain lembaga-lembaga pendidikan lainya, seperti halnya sekolah. Melalui interaksi dengan kedua orang tua, anak belajar
bagaimana memahami orang lain, mengungkapkan perasaan, bertutur dan berperilaku baik, peka serta peduli terhadap orang lain. Hal tersebut membuktikan
bahwa peran pendidikan sangat penting bagi setiap orang.
Pendidikan juga tidak hanya diperoleh melalui keluarga, pendidikan juga dapat dialami oleh setiap orang melalui jalur pendidikan formal. Pendidikan
formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari Sekolah
Dasar SD, Sekolah Mengah Pertama SMP, serta Sekolah Menengah AtasKejuruan SMASMK.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, tentunya memiliki visi dan misi yang mulia, dan tentunya antara sekolah satu dengan yang lain memiliki
keunikanciri khas dalam merumuskan visi dan misi. Salah satu visi yang pada umunya ada pada beberapa sekolah, misalnya saja menciptakan suasana belajar
yang kondusif, untuk mengembangkan potensi siswa dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sekolah diharapkan menjadi tempat dimana siswa tidak
hanya mampu unggul secara akademis, lebih dari itu sekolah diharapkan mampu membentuk pribadi siswa yang berkarakter yaitu bertanggung jawab, mandiri,
kreatif, menghargai orang lain, bekerja sama serta disiplin. Oleh sebab itu sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, sekolah perlu merumuskan suatu tujuan
pendidikan dengan jelas, matang, cermat dan teliti yang tertuang dalam visi dan misi.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, juga mengembangkan aturan yang berlaku untuk mengatur proses belajar mengajar. Salah satu aturan sekolah
disebut tata tertib, atau lebih dikenal dengan disiplin sekolah. Siswa dituntut untuk mentaati disiplin sekolah guna mencapai keberhasilan proses belajar mengajar,
serta membentuk pribadi yang bertanggung jawab. Aturan akan dapat berjalan
dengan baik apabila pelaku displin memiliki sikap disiplin terhadap peraturan sekolah. Beberapa peraturan sekolah yang harus ditaati oleh siswa bisanya adalah
memakai seragam dengan rapi, mengikuti kegitan belajar, serta datang tepatwaktu, artinya siswa sudah harus berada di lingkungan sekolah sebelum
pukul 07.00 WIB. Kehadiran siswa tepat waktu saat masuk sekolah sangat penting bagi proses
pembelajaran, karena dengan hadir di sekolah tepat waktu siswa mengawali proses belajar dengan perasaan yang tenang, serta membiasakan siswa menjadi
disiplin. Tu’u 2004:2 menjelaskan bahwa membudayakan disiplin dalam
kehidupan sekolah pada siswa dapat memberikan dampak yang positif bagi kehidupan siswa di luar sekolah. Disiplin yang baik dapat menghasilkan
kehidupan yang teratur. Kedisiplinan merupakan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, terutama di lingkungan sekolah Hurlock, 1980:82. Setiap siswa
diharapkan memiliki kebiasaan datang ke sekolah tepat waktu, artinya tidak terlambat. Akan tetapi pada kenyataanya fenomena siswa terlambat datang ke
sekolah bisa ditemukan di beberapa sekolah. Fenomena terlambat pada umunya dialami oleh sebagian siswa SMA Tiga
Maret. Dilihat dari usia perkembangannya, siswa SMA termasuk dalam masa remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju
masa dewasa. Elizabeth B. Hurlock 1980:207 menjelaskan bahwa salah satu ciri remaja yaitu berada pada masa periode peralihan, dimana mereka cenderung
menginginkan dan menuntut kebebasan, serta kurang mampu mempertanggung jawabkan apa yang mereka lakukan seperti halnya terlambat datang ke sekolah.
Peneliti menemukan kebiasaan datang terlambat ke sekolah pada sebagian siswa-siswi SMA Tiga Maret, selama melaksanakan tugas Program Pengalaman
Lapangan Bimbingan dan Konseling PPL BK. Dari hasil pengamatan peneliti, hampir setiap hari ada beberapa siswa terlambat datang ke sekolah. Kebiasaan
terlambat tersebut sering dialami oleh siswa yang sama. Siswa yang terlambat akan mendapatkan sangsi. Sangsi yang diberikan biasanya siswa tidak diijinkan
mengikuti satu jam pelajaran, dan diminta membersihkan tamanhalaman sekolah, menyiram tanaman, membersihkan WC guru maupun siswa, membuat tugas
pribadi, dan lain sebagainya. Pemberian sangsi tersebut salah satu upaya menghentikan atau mengurangi kebiasaan-kebiasaan terlambat pada siswa, akan
tetapi siswa yang mendapat sangsi tersebut justru tidak merasa jera, artinya hari berikutnya siswa tersebut masih mengulangi kesalahan yang sama. Sangat
disayangkan jika hal ini dibiarkan saja, karena hal tersebut akan berdampak pada waktu belajar siswa tersita.
Peran guru terutama guru Bimbingan dan Konseling tentu saja sangat stategis dalam memecahkan masalah tersebut, jika pemberian sangsi tidak lagi
berhasil mengatasi kebiasaan datang terlambat pada siswa. Guru Bimbingan dan Konseling memiliki tanggung jawab dalam mendampingi siswa yang bermasalah,
khususnya bagi siswa yang sering terlambat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru kelas serta guru BK SMA Tiga Maret, beberapa
guru mengaku kehabisan cara dalam mengatasi masalah tersebut. Kebiasaan datang terlambat pada beberapa siswa seakan sudah menjadi darah daging dalam
diri mereka, sehingga berbagai sangsi yang diterima, sindirian dari guru piket,
serta omelan dari guru kelas, dianggap hal yang biasa saja. Melihat kondisi tersebut, peneliti tertarik mengunakan metode Brief Counseling sebagai upaya
mengatasi kebiasaan siswa terlambat datang ke sekolah, melalui layanan Konseling Kelompok. Konseling kelompok merupakan salah satu strategi layanan
konseling. Perbedaan mendasar konsep konseling kelompok dengan konseling individual adalah terletak pada proses kelompok dengan menekankan pada
interaksi sosial antar anggota kelompok
.
Selain itu masalah yang ditangani melalui konseling kelompok merupakan masalah yang sama, artinya antara
konseli yang satu dengan yang lain mengalami permasalahan yang sama. Sedangkan Brief Counseling dikenal sebagai pendekatan konseling yang singkat
dan berfokus pada solusi, artinya dalam proses konseling konselor memfokuskan pada pemecahan masalah konseli tanpa melihat atau menggali lebih dalam
timbulnya masalah konseli. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul
“Upaya Mengurangi Kebiasaan Datang Terlambat ke Sekolah Pada Siswa-Siswi SMA Tiga Maret Melalui Layanan Konseling
Kelompok dengan Pendekatan Brief Counseling ” dalam pemenuhan tugas
akhir. Melalui skripsi ini peneliti berharap akan ada manfaat yang dapat diambil oleh SMA Tiga Maret, dalam usaha mengurangi kebiasaan siswa terlambat datang
ke sekolah. Pemilihan subyek yaitu siswa-siswi yang sering mengalami terlambat datang ke sekolah setiap harinya.
B. Identifikasi Masalah