Upaya meningkatkan motivasi belajar pada siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling (penelitian tindakan).

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA

MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BRIEF COUNSELING

(Penelitian Tindakan)

Adirman Telaumbanua Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: deskripsi motivasi belajar subjek penelitian, mengetahui apakah motivasi belajar keempat subjek dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling, mengetahui dalam hal apa saja motivasi belajar keempat subjek tampak meningkat. Jenis penelitian ini adalah Action Research dan dilakukan dalam dua siklus. Tindakan yang dilakukan adalah layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA SMA Budya Wacana Yogyakarta terdiri dari empat orang. Objek yang diteliti adalah peningkatan motivasi belajar pada keempat subjek dengan menggunakan pendekatan Brief Counseling. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan refleksi dari setiap siklus. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling dengan pendekatan Brief Counseling dapat meningkatkan motivasi belajar pada keempat subyek penelitian pada setiap siklus yang dilakukan (I dan siklus II). Peningkatan motivasi belajar keempat subjek dilihat dari perubahan perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku pada subjek meliputi; semangat mengerjakan tugas-tugas, mampu konsentrasi dan mencatat hal-hal penting, mendengarkan guru, bertahan lama saat belajar, dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling kelompok dengan pendektan Brief Counseling dapat membantu meningkatkan motivasi belajar pada keempat subjek dalam penelitian ini.


(2)

EFFORTS TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION ON STUDENT OF SENIOR HIGH SCHOOL BUDYA WACANA

YOGYAKARTA

THROUGH GROUP COUNSELING SERVICES WITH BRIEF COUNSELING APPROACHES

(Action Research)

Adirman Telaumbanua Universitas Sanata Dharma

2015

This study aims to determine: a description of the motivation to learn the subject of research, find out whether the motivation to study four subjects can be enhanced through group counseling services with Brief Counseling approaches, in terms of knowing what the motivation to study four subjects appears to be increasing.

This type of research is Action Research and conducted in two cycles. The action taken is the group counseling services with Brief Counseling approaches. The subjects were students of class XI MIA Senior High School Budya Wacana Yogyakarta consists of four people. The object under study is the increased motivation to learn in four subjects using the Brief Counseling approaches. The data in this study were obtained through observation, interviews and reflections of each cycle. The data obtained were analyzed qualitatively.

The results showed that counseling services with Brief Counseling approaches can increase the motivation to learn in the fourth study subjects at each cycle is done (the first and the second cycle). Increased motivation to learn four subjects seen from the changes in the behavior shown in daily life. Changes in the behavior of subjects include; spirit of tasks, capable of concentration, noting the important things, listening to the teacher, last longer during learning, and actively involved in the learning process. It can be concluded that the application of group counseling with Brief Counseling approaches can help increase motivation to learn in four subjects in this study.


(3)

i

PADA SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

DENGAN PENDEKATAN BRIEF COUNSELING (Penelitian Tindakan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

ADIRMAN TELAUMBANUA NIM: 111114064

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.

Pengkhotbah 3: 11

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.


(7)

v

SKRIPSI ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus

Seluruh Persaudaraan OSF Reute Sibolga

Para Dosen Pembimbing

Seluruh Keluarga

Teman-teman BK angkatan 2011


(8)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebukan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juli 2015

Peneliti


(9)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Adirman Telaumbanua

No. Mahasiswa : 111114064

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “UPAYA

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA BUDYA

WACANA YOGYAKARTA MELALUI LAYANAN KONSELING

KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BRIEF COUNSELINGbeserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta PadaTanggal 30 Juli 2015 Yang menyatakan


(10)

viii

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA

MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BRIEF COUNSELING

(Penelitian Tindakan)

Adirman Telaumbanua Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: deskripsi motivasi belajar subjek penelitian, mengetahui apakah motivasi belajar keempat subjek dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling, mengetahui dalam hal apa saja motivasi belajar keempat subjek tampak meningkat.

Jenis penelitian ini adalah Action Research dan dilakukan dalam dua siklus. Tindakan yang dilakukan adalah layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA SMA Budya Wacana Yogyakarta terdiri dari empat orang. Objek yang diteliti adalah peningkatan motivasi belajar pada keempat subjek dengan menggunakan pendekatan Brief Counseling. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan refleksi dari setiap siklus. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling dengan pendekatan Brief Counseling dapat meningkatkan motivasi belajar pada keempat subyek penelitian pada setiap siklus yang dilakukan (I dan siklus II). Peningkatan motivasi belajar keempat subjek dilihat dari perubahan perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku pada subjek meliputi; semangat mengerjakan tugas-tugas, mampu konsentrasi dan mencatat hal-hal penting, mendengarkan guru, bertahan lama saat belajar, dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling kelompok dengan pendektan Brief Counseling dapat membantu meningkatkan motivasi belajar pada keempat subjek dalam penelitian ini.


(11)

ix

EFFORTS TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION ON STUDENT OF SENIOR HIGH SCHOOL BUDYA WACANA

YOGYAKARTA

THROUGH GROUP COUNSELING SERVICES WITH BRIEF COUNSELING APPROACHES

(Action Research)

Adirman Telaumbanua Universitas Sanata Dharma

2015

This study aims to determine: a description of the motivation to learn the subject of research, find out whether the motivation to study four subjects can be enhanced through group counseling services with Brief Counseling approaches, in terms of knowing what the motivation to study four subjects appears to be increasing.

This type of research is Action Research and conducted in two cycles. The action taken is the group counseling services with Brief Counseling approaches. The subjects were students of class XI MIA Senior High School Budya Wacana Yogyakarta consists of four people. The object under study is the increased motivation to learn in four subjects using the Brief Counseling approaches. The data in this study were obtained through observation, interviews and reflections of each cycle. The data obtained were analyzed qualitatively.

The results showed that counseling services with Brief Counseling approaches can increase the motivation to learn in the fourth study subjects at each cycle is done (the first and the second cycle). Increased motivation to learn four subjects seen from the changes in the behavior shown in daily life. Changes in the behavior of subjects include; spirit of tasks, capable of concentration, noting the important things, listening to the teacher, last longer during learning, and actively involved in the learning process. It can be concluded that the application of group counseling with Brief Counseling approaches can help increase motivation to learn in four subjects in this study.


(12)

x

Kemuliaan dan syukur kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, atas

kelimpahan kasih dan rahmat-Nya yang selalu menyertai sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar pada

Siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta melalui Layanan Konseling Kelompok

dengan Pendekatan Brief Counseling.

Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak, baik berupa sumbangan pikiran, waktu, tenaga,

maupun kerelaan, dan kesabaran dalam membimbing peneliti selama proses

penyusunan skripsi ini hingga selesai. Oleh karena itu pada kesempatan ini,

peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan penuh kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D selaku Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Drs. R. Budi Sawono. M.A. selaku Pembimbing I, yang dengan sabar dan

rela membimbing dan menyediakan waktu, tenaga, pikiran selama proses

penyusunan skripsi ini.

4. Panitia penguji Ujian Sarjana Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti ujian sarjana

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

5. Para Dosen Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing dan mendidik


(13)

xi

dan siap sedia dalam memberikan informasi dan kemudahan dalam berbagai

urusan administrasi sehingga peneliti tidak menghadapi kesulitan.

7. Ismunawan Wibawa, S.P. selaku Kepala Sekolah SMA Budya Wacana

Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan

skripsi ini.

8. Sih Hendri Saptati, S.Pd. selaku guru kelas XI MIA SMA Budya Wacana

Yogyakarta, yang telah membantu peneliti mengumpulkan data yang

digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. C. Putut Sihantoro S. Pd, selaku guru BK di SMA Budya Wacana

Yogyakarta yang telah membantu peneliti untuk melaksanakan penelitian ini.

10.Keempat subjek penelitian (Siswa kelas XI MIA SMA Budya Wacana

Yogyakarta tahun ajaran 2015) yang telah mendukung pelaksanaan

penelitian.

11.Pemimpin Regio dan seluruh persaudaraan OSF Sibolga, yang telah

memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada peneliti untuk studi di

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

12.Para Saudariku di Komunitas Saudara Leo Yogyakarta, yang dengan penuh

kasih memberikan dukungan lewat cinta, perhatian, dan doa.

13.Orang tua (Alm) dan saudara-saudariku yang selalu memberikan dukungan,


(14)

xii Sanata Dharma Yogyakarta.

14.Teman-teman seperjuangan: Sr. Laura Naibaho KSSY, dan Hare Farida

Elisabeth Hilapok yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

15.Teman-teman BK’11 kelas B dan A yang selalu memberi warna dan tawa selama perkuliahan yang membuat kehidupan kuliah menjadi lebih

bermakna.

16.Rm. Tarsis, SSCC, dan Rm. Hermen, Pr yang bersedia membantu saya

menerjemahkan beberapa buku dan memberikan bantuan berupa buku,

semangat, dukungan, doa serta mendengarkan kesulitan saya.

17.Kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu, yang

telah memberikan dukungan kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab

itu masukan berupa saran, dan kritikan terhadap karya ini sangat diperlukan.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak

pihak.

Yogyakarta, 30 Juli 2015

Peneliti


(15)

xiii

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. HAKEKAT MOTIVASI BELAJAR ... 11

1. Definisi Motivasi Belajar ... 11

2. Jenis Motivasi dalam Belajar ... 14


(16)

xiv

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 17

6. Karakteristik Siswa yang Mempunyai Motivasi Tinggi ... 19

7. Karakteristik Siswa yang Memiliki Motivasi Rendah ... 20

B. HAKIKAT KONSELING KELOMPOK ………...20

1. Definisi Konseling Kelompok ... 20

2. Fungsi Layanan Konseling Kelompok ... 22

3. Tujuan Layanan Konseling Kelompok ... 23

4. Tahap-tahap Layanan Konseling Kelompok ... 25

C. HAKEKAT BRIEF COUNSELING ... 27

1. Sejarah Munculnya Brief Counseling ... 27

2. Definisi Brief Counseling ... 28

3. Asumsi dan Pokok-pokok Pikiran Brief Counseling ... 29

4. Prinsip-prinsip yang Mendasari Brief Counseling ... 30

5. Keutamaan Brief Counseling ... 30

6. Teknik-teknik Brief Counseling ... 32

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 37

E. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Tempat Penelitian ... 43

C. Waktu Penelitian ... 44

D. Partisipan dalam Penelitian ... 48

E. Peran dan Posisi Peneliti ... 48

F. Tahapan Penelitian ... 49

G. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 53

H. Data dan Sumber Data ... 53

I. Teknik Pengumpulan Data ... 53

J. Instrumen Pengumpulan Data ... 58

K. Teknik Analisis Data ... 59


(17)

xv

A. Deskripsi Proses Penelitian ... 62

1. Pra tindakan penelitian ... 62

2. Siklus I ... 67

3. Siklus II ... 74

B. Hasil Penelitian ... 80

1. Pra tindakan ... 80

2. Siklus I ... 80

3. Siklus II ... 80

C. Pembahasan ... 87

BAB V PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Keterbatasan Penelitian ... 100

C. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Wawancara Guru Pra Tindakan ... 104

Lampiran 2. Hasil Wawancara Siswa Pra Tindakan ... 108

Lampiran 3. Skema Brief Counseling Siklus I... 112

Lampiran 4. Hasil Wawancara dan observasi Guru Sesudah Siklus I (Siswa) .... 120

Lampiran 5. Skema Brief Counseling Siklus II ... 135

Lampiran 6. Hasil wawancara dan observasi ... 135

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 152

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 153

Lampiran 9. Foto Penelitian ... 154


(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Agenda Penelitian………... ... 44

Tabel 2. Rencana Kegiatan Penelitian ... 51

Tabel 3. Kisi-kisi Motivasi Belajar………. ... 54

Tabel 4. Pedoaman Wawancara Guru………. ... 55

Tabel 5. Pedoman Wawancara untuk Siswa ... 56

Tabel 6. Pedoman Wawancara Tertutup……….. ... 56

Tabel 7. Pedoman Observasi... ... 58


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Tahapan Teknik Brief Counseling…………. ... 32

Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir…………... 40

Gambar 3. Siklus Model Kemmis………….... ... 43


(21)

1

PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian. Ketujuh sub-judul

tersebut, akan dibahas oleh peneliti secara detail. Setiap pengertian dan

penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada

setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi

tahu sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar, merupakan kegiatan pokok

sekolah yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar.

Proses interaktif yang terjadi adalah interaksi edukatif antara guru dan siswa,

sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat

pengetahuan, pemahaman dan keterampilan ataupun sikap. Melalui proses

mengajar tersebut akan dicapai tujuan pendidikan, tidak hanya dalam hal

membentuk perubahan tingkah laku dalam diri siswa, akan tetapi juga

meningkatkan pengetahuan yang ada dalam diri siswa.

Salah satu yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang

diharapkan ada dalam diri siswa adalah motivasi belajar. Tanpa motivasi tidak


(22)

memiliki motivasi belajar rendah. Kenyataan ini, tak jarang membuat para

guru seringkali mengalami kesulitan. Misalnya: ketika menghadapi siswa-siswi

yang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Pada dasarnya, para pendidik

berjuang untuk mendukung setiap peserta didik agar memiliki motivasi yang

tinggi dalam belajar. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa meskipun para

pendidik telah berusaha tetapi masih terdapat siswa yang memiliki motivasi

rendah dalam belajar. Siswa-siswi yang memiliki motivasi rendah akan

menjadi perhatian para pendidik. Mereka akan berusaha bagaimana cara

supaya siswa tersebut dapat termotivasi dalam belajar, sehingga dapat

mencapai tujuan yang diharapkan.

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang. Motivasi membuat

seseorang terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu, sehingga mencapai

hasil atau tujuan tertentu. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha

untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu berdasarkan kemauan sendiri. Bila ia tidak suka, maka ia

berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi,

motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di

dalam diri seseorang.

Motivasi dalam kegiatan belajar, dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar.

Motivasi yang kuat menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan


(23)

subjek dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai

banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar yang dapat mendukung

tercapainya suatu hasil belajar secara optimal. Tetapi sebaliknya, siswa yang

memiliki motivasi rendah akan mempengaruhi rendahnya hasil belajar

sehingga tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang

sedang belajar. Motivasi, dapat menggambarkan proses yang dapat

memunculkan dan mendorong perilaku, memberikan arah dan tujuan perilaku

tertentu. Motivasi menjadi dasar yang sangat penting untuk mencapai

keberhasilan tujuan pembelajaran dan efektivitas kegiatan pembelajaran.

Motivasi siswa untuk belajar membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk

mengikuti dan menghargai segala kegiatan yang berhubungan dengan proses

pembelajaran.

Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan

akademik. Motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa

menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi

untuk belajar sesuatu, akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi

dalam mempelajari materi, sehingga siswa itu akan menyerap dan

mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah

merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa. Seorang guru di

samping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan

melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan siswa,


(24)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK dan guru wali kelas XI

MIA di SMA Budya Wacana Yogyakarta, peneliti memperoleh informasi

bahwa, di SMA Budya Wacana terdapat beberapa siswa yang memiliki

motivasi belajar rendah. Selain data dari guru, peneliti juga melakukan

observasi dan wawancara selama melaksanakan PPL. Berdasarkan data

wawancara dan observasi guru, peneliti mendapat rekomendasi melaksanakan

penelitian di kelas XI MIA. Peneliti memperoleh informasi bahwa di kelas XI

MIA terdapat beberapa siswa yang motivasi belajarnya rendah. Pada umumnya

mereka tidak semangat untuk belajar, tidak ada kemauan untuk mengerjakan

tugas-tugas dari guru, sering keluar masuk kelas saat proses belajar mengajar

berlangsung, tidur di kelas saat pelajaran berlangsung, ribut di kelas, bermain

game, dan datang ke sekolah sebagai rutinitas saja.

Berhadapan dengan masalah di atas, sering kali guru-guru di SMA Budya

Wacana mengalami kesulitan untuk mendampingi siswa-siswi tersebut. Mereka

telah mencoba berusaha mendampingi, namun tetap saja terdapat siswa-siswi

yang tidak termotivasi dalam belajar. Kenyataan tersebut sering menimbulkan

kekhawatiran bagi para guru tentang masa depan siswa-siswi yang

bersangkutan. Menurut pihak sekolah masalah ini merupakan masalah yang

cukup serius dan membutuhkan penanganan segera. Jika masalah ini dibiarkan

akan memberi dampak negatif bagi pribadi siswa yang bersangkutan. Oleh

sebab itu, peneliti melihat bahwa hal ini adalah sebuah keprihatinan yang


(25)

melakukan penelitian tindakan dengan menggunakan pendekatan Brief

Counseling.

Peran guru Bimbingan dan Konseling tentu saja sangat penting dalam

memecahkan masalah di atas. Guru Bimbingan dan Konseling memiliki

tanggung jawab dalam mendampingi setiap siswa, baik yang bermasalah

maupun yang tidak bermasalah. Guru bimbingan dan konseling diharapkan

dapat membantu siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar rendah. Dari hasil

wawancara dengan guru di SMA Budya Wacana, terungkap bahwa terdapat

beberapa siswa-siswi yang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Oleh sebab

itu, peneliti tertarik meneliti hal tersebut dengan mengunakan pendekatan Brief

Counseling untuk menguji seberapa baik/efektif brief counseling dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa SMA Budya Wacana dalam setting

konseling kelompok.

Konseling kelompok merupakan salah satu strategi layanan konseling.

Perbedaan mendasar konsep konseling kelompok dengan konseling individual

adalah terletak pada proses kelompok dengan menekankan pada interaksi sosial

antar anggota kelompok. Selain itu masalah yang ditangani melalui konseling

kelompok merupakan masalah yang sama. Artinya antara konseli yang satu

dengan yang lain mengalami permasalahan yang cenderung sama.

Brief Counseling dikenal sebagai konseling singkat yang berfokus pada

solusi. Terapi singkat berfokus solusi didasarkan pada asumsi optimis bahwa

orang yang sehat dan kompeten memiliki kemampuan untuk membangun


(26)

membangun harapan dan optimisme konseli dengan menciptakan ekspektasi

positif bahwa perubahan itu mungkin. SFBT adalah pendekatan non patologis

yang menekankan kompetensi daripada kekurangan dan kekuatan bukan

kelemahan (Metcalf, 2001).

Merujuk pada hasil penelitian para ahli tentang Brief Counseling, peneliti

tertarik dan meyakini bahwa pendekatan ini bisa membantu keempat subjek

penelitian dalam upaya meningkatkan motivasi belajar. Penelitian tentang Brief

Counseling dilakukan oleh Tina Hayati Dahlan (2009) dengan judul Model

Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focused Brief Counseling) Untuk

Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa. Hasil uji empiris terhadap model

konseling ini menunjukkan bahwa secara spesifik model konseling ini efektif

untuk meningkatkan hampir semua aspek-aspek daya psikologis kecuali aspek

asertivitas. Selain itu, hasil penelitian dari Heny Ermawati (2010) dengan judul

“Terapi Berfokus Solusi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Mojolaban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut konseling terapi berfokus solusi dapat digunakan secara cukup efektif meningkatkan

motivasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk

mengangkat judul skripsi ini : “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA Budya Wancana Yogyakarta Melalui Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Brief Counseling. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi oleh peneliti. Peneliti berharap agar penelitian


(27)

dan skripsi ini bermanfaat bagi SMA Budya Wacana dalam usaha

meningkatkan motivasi belajar pada siswa-siswi dan juga bagi peneliti sendiri

dalam upaya mendampingi peserta didik. Peneliti juga menyadari bahwa

pendekatan Brief Counseling belum familiar di Indonesia dan di

sekolah-sekolah. Namun peneliti optimis menggunakan pendekatan brief counseling

ini, untuk membantu meningkatkan motivasi belajar subjek penelitian yang

selama ini teridentifikasi memiliki motivasi belajar rendah. Pemilihan subyek

penelitian, yaitu siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar rendah,

didasarkan atas data-data dari sekolah berupa hasil wawancara dengan guru,

dan hasil observasi langsung terhadap peserta didik.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, upaya meningkatkan

motivasi belajar pada siswa-siswi SMA Budya Wacana melalui layanan

konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling, dapat diidentifikasi

berbagai masalah sebagai berikut:

1. Beberapa siswa teridentifikasi memiliki motivasi belajar rendah.

2. Beberapa siswa menunjukkan sikap tidak semangat dalam kegiatan belajar,

tidak konsentrasi, kurang serius, dan cuek pada saat mengikuti proses

belajar mengajar di kelas bahkan keluar masuk kelas saat kegitan belajar

mengajar berlangsung.

3. Beberapa siswa datang ke sekolah terkesan hanya untuk memenuhi presensi


(28)

adanya kemauan untuk mengerjakan tugas, tidur di kelas saat pelajaran

berlangsung, sibuk dengan HP, main game, tanpa mempedulikan guru yang

sedang mengajar di kelas.

4. Guru, khususnya wali kelas mengalami kesulitan menghadapi siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah dan guru cenderung hanya menasihati.

C.Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian penelitian diarahkan untuk menjawab

masalah-masalah yang teridentifikasi khususnya masalah mengenai Apakah

pendekatan Brief Counseling yang dilaksanakan dalam setting kelompok

efektif untuk membantu subjek penelitian dalam meningkatkan motivasi

belajar?.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah motivasi belajar keempat subjek dapat ditingkatkan melalui

konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling?

2. Dalam hal apa saja motivasi belajar keempat subjek tampak meningkat?

E. Tujuan Penelitian


(29)

1. Untuk mengetahui apakah motivasi belajar keempat subjek dapat

ditingkatkan melalui konseling kelompok dengan pendekatan Brief

Counseling.

2. Untuk mengetahui dalam hal apa saja motivasi belajar keempat subjek

tampak meningkat.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat ymemberikan sumbangan terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi teori konseling

kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Penelitian ini diharapkan

mampu memberikan sumbangan untuk meningkatkan motivasi belajar

pada subjek penelitian, dan menjadi pembelajaran untuk guru dan pendidik

lainnya dalam membuat program pendampingan dalam membantu

meningkatkan motivasi belajar pada siswa yang memiliki motivasi belajar

rendah

2. Manfaat praktis

a. Bagi lembaga pendidikan sekolah SMA Budywa Wacana

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi sekolah


(30)

siswa-siswi yang memiliki motivasi belajara rendah melalui pemberian

layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling.

b. Bagi siswa

Membantu subjek penelitian untuk meningkatkan motivasi belajar.

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah daya

juang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar, seperti mendengarkan dengan

penuh perhatian, tertarik pada pelajaran, tekun belajar, antusias mengerjakan

tugas, konsentrasi saat belajar, menulis hal-hal yang dianggap penting, dan

terlibat dalam seluruh proses belajar mengajar secara aktif.

2. Yang dimaksud dengan konseling kelompok dalam penelitian ini adalah

layanan konseling yang diberikan konselor kepada sekelompok siswa yang

terdiri dari empat orang yang teridentifikasi selama ini memiliki motivasi

belajar rendah berdasarkan pendapat guru melalui hasil wawancara dan

observasi.

3. Yang dimaksud dengan Brief Counseling dalam penelitian ini adalah suatu

pendekatan konseling yang mengutamakan kekuatan-kekuatan dalam diri

konseli, pada umumnya lebih singkat dibanding teknik konseling lain karena

brief counseling lebih berfokus pada solusi dan tidak mengorek-ngorek


(31)

11

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan kajian teori, kajian penelitian yang

relevan, dan kerangka berpikir. Keempat sub-judul tersebut dibahas oleh

peneliti melalui studi kepustakaan. Peneliti mengangkat beberapa teori yang

bisa menjadi rujukan dan landasan dalam menjelaskan masalah yang diangkat

oleh peneliti dalam skripsi ini. Selain itu landasan teoritis ini membantu

peneliti dalam penelitian tentang motivasi belajar siswa di SMA Budya

Wacana Yogyakarta.

A. Hakekat Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman, 2001: 71). Kata motif itu

sendiri diartikan sebagai daya upaya yang mendoroang seseorang untuk

melakukan sesuatu (Sardiman 2008: 73). Menurut Donald dalam Sardiman

(2008: 73) yang dimaksud dengan motivasi adalah perubahan energi

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Sardiman

menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat

non-intelektual. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan

orang dalam bertingkah laku dan mendorong orang untuk mencapai tujuan


(32)

menggerakkan. Wlodkowski menjelaskan bahwa motivasi merupakan

dorongan yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan

yang memberi arah serta ketahanan pada perilaku yang bersangkutan

(Siregar dan Hartini Nara, 2010: 49). Sedangkan menurut Donald motivasi

adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi orang yang ditandai

dengan timbulnya afeksi (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan

(Djamarah, 2011: 148). Motivasi adalah dorongan psikologis yang

mengarahkan orang ke arah suatu tujuan. Motivasi juga merupakan

keadaan dalam diri individu yang mendorong perilaku ke arah tujuan

(Purwanto 2002: 71).

Selain pengertian etimologis dan pandangan para ahli di atas, ada

beberapa pendapat lain yang memberi definisi tentang motivasi. Soeharto

mengatakan bahwa motivasi adalah “keadaan dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan”

(Soeharto, dkk., 2003:110). Dalyono (2005:55) memaparkan bahwa

motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu

pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar (Purwanto

2007 : 61). Senada dengan Daylon, Sartain mengatakan bahwa motivasi

adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang

mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang

(incentive). Tujuan adalah sesuatu yang membatasi/menentukan tingkah


(33)

mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173).

Winkel (2012: 169) secara khusus menjelaskan tentang motivasi

belajar. Menurut Winkel motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi

menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada

kegiatan itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan

perubahan tingkah laku (Uno, 2008: 23).

Dari beberapa defenisi mengenai motivasi yang dikemukakan di

atas, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri

individu yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan

perilaku-perilaku individu yang bersangkutan guna mencapai tujuannya. Motivasi

dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan

dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.

Dengan demikian motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif

permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau

penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Siswa

yang memiliki motivasi yang cukup baik dalam belajar akan menentukan

baik tidaknya hasil belajar siswa yang bersangkutan. Keberhasilan dalam

belajar sangat tergantung seberapa tinggi/seberapa baik motivasi seseorang


(34)

Menurut Sardiman (2006:89) ada 2 jenis motivasi, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif

atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang

siswa melakukan belajar karena didorong oleh tujuan ingin

mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.

b. Motivasi Ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif

dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu

motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang

di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan

dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas

belajar.

Winkel (2012) menyebutkan beberapa bentuk motivasi belajar

yang ekstrinsik yaitu:

a. Belajar demi memenuhi kewajiban

b. Belajar demi menghindari hukuman

c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan

d. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting misalnya


(35)

Menurut Sardiman (2006 :83) motivasi yang ada dalam diri seseorang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu

yang lama,tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk

sukses).

d. Mempunyai orientasi ke masa depan.

e. Lebih senang bekerja mandiri.

f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

g. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

h. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang

tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar

mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet

dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.

Selain itu siswa juga harus peka dan responsif terhadap masalah umum

dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi

memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami

kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu


(36)

seseorang yang belajar akan melahirkan prestasi belajar yang baik.

4. Fungsi Motivasi

Sardiman (2006:85) mengungkapkan bahwa, motivasi belajar

berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi juga berfungsi

sebagai:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang telah dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana

yang akan dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, menurut Cecco

seperti yang dikutip oleh Abd. Rachman (1989: 155), ada 4 fungsi

motivasi, yaitu

a. Fungsi memambangkitkan (arousal function)

Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi yang


(37)

Jika seseorang berhasil melakukan tugasnya atau berhasil dalam

kegiatan belajarnya, dia dapat memperoleh dan mencapai

harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya.

c. Fungsi insentif (insentive function)

Individu termotivasi melakukan aktivitas karena mengharapkan

insentif atau imbalan yang akan diterimanya.

d. Fungsi disiplin (Disciplin function)

Seseorang yang termotivasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan,

maka dia akan berusaha sekuat tenaga untuk meraih keinginan

tersebut dengan disiplin yang tinggi. Sedangkan tujuan motivasi

adalah untuk menggerakkan para siswa agar timbul keinginan atau

kemauan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai

tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di

dalam kurikulum sekolah.

5. Faktor-taktor yang Mempengaruhi Motivasi

Max Darsono, dkk (2000:65) menyatakan bahwa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu :

a. Cita-cita atau aspirasi siswa adalah suatu target yang ingin dicapai.

Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar.

b. Kemampuan belajar. Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.


(38)

fantasi.

c. Kondisi siswa. Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan

psikofisik. Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar di sini

berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis. Seorang siswa

yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan mengganggu

perhatian belajar siswa, begitu juga sebaliknya.

d. Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang

datang dari luar diri siswa. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan

hidup, keterlibatan pergaulan perlu dipertinggi mutunya dengan

lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semanngat dan

motivasi belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar. Unsur-unsur dinamis dalam

belajar, yaitu unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar

mengajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan

bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah

belajar, situasi dalam keluarga dan lain-lain.

f. Upaya guru dalam pembelajaran siswa. Upaya yang dimaksud disini,

adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam pembelajaran,

mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikan, menarik perhatian

siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa, dan lain-lain. Bila

upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan


(39)

Beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi

(Dimyati dan Mujiono, 2009: 30-31 dan Sardiman, 2010; 84) yaitu:

a. Mempunyai dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar.

Karakteristik siswa yang mempunyai dorongan untuk melaksanakan

kegiatan belajar adalah:

1) Tertarik pada cara guru mengajar

2) Tertarik pada semua mata pelajaran yang diajarkan

3) Mempunyai semangat tinggi dalam belajar

4) Berusaha menyelesaikan tugas secara benar dan tepat waktu

5) Ingin diakui sebagai siswa yang pintar

b. Mempunyai arah dalam melaksanakan kegiatan belajar.

Karakteristik siswa yang mempunyai arah dalam melaksanakan

kegiatan belajar adalah:

1) Membina hubungan yang akrab dengan teman satu kelas

2) Mempunyai tujuan untuk berhasil dalam belajar

3) Melaksanakan kegiatan belajar tanpa tergantung bimbingan guru

4) Memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah untuk belajar

c. Mampu bertahan selama melaksanakan kegiatan belajar.

Karakateristik siswa yang mampu bertahan selama melaksanakan

kegiatan belajar adalah:


(40)

menerus dalam waktu lama

3) Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh

4) Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin

5) Tidak mudah melepas apa yang diyakini

Ciri-ciri inilah yang dijadikan dasar penyusunan instrumen dalam

penelitian ini.

7. Karakteristik Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah

Winkel (2012: 196-197) menyebutkan beberapa ciri siswa yang memiliki

motivasi belajar rendah, yaitu:

a. Berkurangnya perhatian siswa pada waktu pelajaran

b. Kelalaian dalam mengerjakan tugas/pekerjaan rumah

c. Penundaan persiapan ulangan/ujian sampai saat terakhir (belajar

musiman)

d. Pandangan “asal lulus, asal cukup”.

B. Hakikat Konseling Kelompok

1. Definisi Konseling Kelompok.

Konseling kelompok, menurut Pauline Harrison (2002) adalah

konseling yang terdiri dari empat sampai delapan konseli yang bertemu

dengan satu sampai dua konselor. Dalam prosesnya, konseling kelompok


(41)

keterampilan-keterampilan dalam mengatasi masalah. Pengertian tersebut

sejalan dengan pendapat Juntika Nurihsan (2006:24) yang mengatakan

bahwa konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam

situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta

diarahkan pada kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

Sukardi (2003) menyatakan, bahwa konseling kelompok

merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan

memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu.

Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang

muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam

segenap bidang bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan

karier).

Sejalan dengan pengertian di atas, Winkel (2007) mendefinikan

konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang

terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Corey (1990) dalam

Group Counseling a Developmental Approach memberi pengertian

konseling kelompok adalah sebuah proses interpersonal yang dinamis

yang terfokus pada kesadaran, pikiran dan perilaku yang berguna sebagai

fungsi terapi, pemahaman yang benar, pelepasan (katarsis), membangun

kepercayaan saling peduli, saling memahami, saling menerima, dan saling


(42)

interpersonal process involing a counselor and several members who

explore themselves and their situations in an attempt to modify their

attitudes and behaviors. Pernyataan ini menjelaskan bahwa konseling

kelompok adalah proses interpersonal yang melibatkan konselor dan

beberapa anggota yang mengeksplorasi diri dan situasi mereka dalam

upaya untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Dari uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan salah satu layanan

konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok yang

memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan konseling

yang hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban. Hal ini merupakan

upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani

perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan

perbaikan. Konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman

masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya

pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

2. Fungsi Layanan Konseling Kelompok.

Berdasakan definisi konseling kelompok sebagaimana telah

disebutkan di atas, maka konseling kelompok mempunyai dua fungsi,


(43)

a. Fungsi layanan kuratif.

Fungsi layanan kuratif, yaitu layanan yang diarahkan untuk

mengatasi persoalan yang dialami individu.

b. Funsi layanan preventif.

Fungsi layanan preventif, yaitu layanan yang diarahkan untuk

mencegah terjadinya persoalan pada diri individu. Konseling

kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa individu yang

dibantu mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar

di masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam

kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi

dengan orang lain. Sedangkan konseling kelompok bersifat

penyembuhan dalam pengertian membantu individu untuk dapat

keluar dari persoalan yang dialaminya dengan cara memberikan

kesempatan, dorongan, dan pengarahan kepada individu untuk

mengubah sikap dan perilakunya agar selaras dengan lingkungannya.

3. Tujuan Layanan Konseling Kelompok.

Tujuan umum dari layanan konseling kelompok dapat ditemukan dalam

sejumlah literatur profesional yang mengupas tentang tujuan konseling

kelompok, sebagaimana ditulis oleh Ohlsen, Dinkmeyer, Muro, serta Corey


(44)

dirinya sendiri dengan lebih baik. Berdasarkan pemahaman diri

tersebut, konseli rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka

terhadap aspek-aspek positif kepribadiannya.

b. Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara

satu individu dengan individu yang lain, sehingga mereka dapat

saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas

perkembangan yang khas pada setiap fase-fase perkembangannya.

c. Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan

mengarahkan hidupnya sendiri, dimulai dari hubungan antarpribadi

di dalam kelompok, dan dilanjutkan kemudian dalam kehidupan

sehari-hari di luar lingkungan kelompoknya.

d. Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan

lebih mampu menghayati/memahami perasaan orang lain. Kepekaan

dan pemahaman ini akan membuat para konseli lebih sensitif

terhadap kebutuhan psikologis diri sendiri dan orang lain.

e. Masing-masing konseli menetapkan suatu sasaran/target yang ingin

dicapai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih

konstruktif.

f. Konseli lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan

manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan


(45)

Adapun tahapan-tahapan konseling kelompok terdiri dari:

a. Pembukaan.

Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antarpribadi

(working relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan

terbuka dan terarah pada penyelesaian masalah. Yang paling pokok

adalah pembukaan pada awal proses konseling kelompok, bila

kelompok saling bertemu untuk pertama kali. Mengingat jumlah

pertemuan pertemuan lebih dari satu kali, pertemuan-pertemuan

berikutnya juga memakai suatu pembukaan, tetapi caranya akan lain

dibanding dengan pembukaan pada waktu saling bertemu untuk

pertama kali. Selain itu dalam pembukaan ini terjadi perkenalan

konseli satu dengan yang lain serta konselor sendiri.

b. Penjelasan masalah.

Masing-masing konseli mengutarakan masalah yang dihadapi

berkaitan dengan materi diskusi, sambil mengungkapkan pikiran dan

perasaannya secara bebas. Selama seseorang konseli mengungkapkan

apa yang dipandangnya perlu dikemukakan, konseli lainnya

mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan berusaha ikut

menghayati ungkapkan pikiran perasaan temanya. Mereka dapat

menanggapi ungkapan teman dengan memberikan komentar singkat,

yang menunjukan ungkapan itu telah ditangkap dengan konkret.


(46)

masing-masing konseli dan mengusulkan suatu perumusan masalah

yang umum, yang mencakup semua ungkapan yang telah

dikemukakan oleh para konseli.

c. Penggalian latar belakang masalah.

Karena para konseli pada fase (2) biasanya belum menyajikan

gambaran lengkap mengenai kedudukan masalah dalam keseluruhan

situasi hidup masing-masing, diperlukan penjelasan lebih mendetail

dan mendalam. Pada fase ini konselor membawa kelompok masuk ke

fase analisis kasus, dengan tujuan supaya para konseli lebih

memahami latarbelakang masalahnya sendiri-sendiri dan masalah

teman, sekaligus mulai sedikit mengerti tentang asal-usul

permasalahan yang dibahas bersama.

d. Penyelesaian masalah.

Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase analisis kasus,

konselor dan para konseli membahas bagaimana persoalan dapat

diatasi. Kelompok konseli selama fase ini harus ikut berpikir,

memandang, dan mempertimbangkan, narnun peranan konselor di

institusi pendidikan dalam mencari bersama penyelesaian

permasalahan pada umumnya lebih besar.

e. Penutup.

Bilamana kelompok sudah siap untuk melaksanakan apa yang telah


(47)

belum selesai, pertemuan yang sedang berlangsung ditutup untuk

dilanjutkan pada lain hari.

C. Hakekat Brief Counseling

Sebelum peneliti menjelaskan hakikat brief counseling, peneliti akan

mendeskripsikan secara singkat sejarah munculnya Brief Counseling.

1. Sejarah Muculnya Brief Counseling

Pada akhir tahun 1970an, psikoterapi di Amerika Serikat mengalami

masa puncaknya. Bukti dari kejayaan ini adalah pelayan kesehatan mental

menjadi yang utama. Selain itu buku-buku tentang self-help banyak

ditemukan dan menjadi daftar buku terlaris. Pada awal tahun 1990an, ada

perubahan secara dramatis. Walaupun buku-buku tentang self-help,

menjadi buku terlaris, dan profesi psikoterapi mendominasi saat itu.

Sesuatu yang lain yang terjadi pada masa itu, di Milwaukee, Wisconsin,

sebuah tim yang dipimpin oleh Insoo Kim Berg dan Steve de Shazer mulai

bekerja dengan klien melalui pendekatan baru yang sangat berbeda. Brief

Counseling atau biasa lebih dikenal dengan Konseling Singkat Berfokus

Pada Solusi (Kelly. S.M., Kim.S.J., Franklin.C;2008).

Melalui pendekatan ini, klien sendiri dipandang sebagai ahli dalam

permasalahannya sendiri. Ide-ide utamanya bahwa kekuatan klien sangat

berpengaruh, perubahan klien itu terjadi terus menerus, dan klien dapat


(48)

teknik-teknik seperti miracle question, coping questions, dan scaling

questions untuk mengidentifikasi tujuan dan kekuatan klien untuk

membantu mereka membuat perubahan dalam hidupnya.

2. Definisi Brief Counseling

Brief dalam bahasa Indonesia berarti singkat atau ringkas. Brief

Counseling berarti konseling singkat atau konseling ringkas yang berpusat

pada solusi. Singkat atau ringkas mengindikasikan waktu yang pendek,

dan hasil efektif. Brief Counseling menemukan shortcut yang

menghubungkan antara pikiran, perasaan dengan perilaku. Di antara ketiga

hal itu terdapat rangkaian kode-kode perilaku yang kemudian diekstrak

dan dijabarkan menjadi teknik-teknik konseling yang dapat diaplikasikan

secara mudah. Dalam konseling singkat berfokus pada solusi, konseli

mendapatkan makna yang sangat pribadi dari setiap kejadian dalam

hidupnya, sebagaimana ia jelaskan dalam narasi yang juga bersifat

personal. Dalam pemahaman ini, penting bagi konselor untuk memberikan

empati lebih besar lagi, siap sedia bekerjasama, menjaga sikap ingin tahu,


(49)

Solusi

a. Konseling lebih berfokus pada mencari solusi daripada memecahkan

masalah.

b. Perhatian diarahkan pada masa depan yang diinginkan konseli dan

bukan pada masalah-masalah masa lalu atau konflik-konflik yang

dialami saat ini.

c. Konseli didorong dan dibantu untuk terus melakukan (menambah

frekuensi dari) perilaku-perilaku saat ini yang berguna/positif.

d. Tidak setiap saat masalah itu terjadi. Ada kekecualian-kekecualiannya

(ada saatnya atau waktu, di mana dapat saja terjadi masalah tetapi

ternyata tidak terjadi) yang dapat dimanfaatkan oleh konseli dan

konselor untuk menemukan solusi.

e. Konselor membantu konseli untuk menemukan alternatif-alternatif dari

pola-pola perilaku, cara berpikir dan cara berinteraksi saat ini yang

tidak diinginkan yang masih dalam batas kemampuan konseli atau

yang dapat ditentukan oleh konselor bersama dengan konseli.

f. Pendekatan konseling befokus pada solusi ini beranggapan bahwa

perilaku yang positif yang akan membawa kemajuan ada dalam diri

konseli.

g. Pendekatan konseling berfokus pada solusi menekankan bahwa

perubahan yang positif sekecil apapun dapat menghasilkan perubahan


(50)

(Sharly, J. 2007)

a. Berfokus pada perubahan dan kemungkinan-kemungkinan yang

terbuka bagi konseli.

b. Menentukan tujuan dan masa depan yang diinginkan.

c. Melihat atau mencari hal yang baik dan hal yang berlangsung dengan

baik sesuai dengan yang diinginkan.

d. Dengan penuh hormat memperhatikan dan mengenal konseli.

e. Mengusahakan kerja sama dan kolaborasi.

5. Keutamaan Brief Counseling

Erford (2010) mengatakan Brief Counseling memiliki lima keutamaan,

yaitu:

a. Brief Counseling berbasis pada kekuatan konseli.

Dalam sesi konseling kelompok, masing-masing konseli memang

mengemukakan masalahnya. Tetapi konselor tidak terlalu

berkepentingan untuk mendalami setiap masalah konseli. Setiap

konseli akan mendengar masalah dari teman-teman kelompoknya,

tetapi pada fase yang lebih lanjut, konselor akan lebih fokus pada

solusi dan kekuatan masing-masing konseli. Sehingga kemungkinan

relasi yang diakibatkan oleh rasa malu, minder, dan tidak enak dengan


(51)

Seluruh mekanisme konseling akan berpusat pada klien. Konselor

adalah fasilitator yang akan membantu konseli menggali

kekuatan-kekuatan mereka, membantu merumuskan tujuan yang ingin dicapai,

dan merumuskan bentuk-bentuk tingkah laku pasca konseling. Peran

konselor bukan sebagai “yang maha pintar” tetapi seorang penggali

kekuatan yang baik.

c. Brief Counseling membangun komitmen perubahan kecil.

Seorang yang terbiasa menunda pekerjaan, akan dapat

menyelesaikan seluruh pekerjaan ketika ia berhasil dalam pelajaran

menuntaskan sebuah pekerjaan kecil. Spirit brief counseling adalah

sebuah perubahan kecil akan diikuti oleh perubahan yang lebih besar.

Jadi target konseling dengan teknik ini bukan meyelesaikan seluruh

permasalahan dalam satu kali tebas, tetapi membagun komitmen untuk

berubah dari sesuatu yang sangat kecil, yakni sebuah perilaku yang

diharapkan membuat mereka bahagia.

d. Brief Counseling itu bersifat portable

Mudah dibawa kemana. Tidak membutuhkan equipment

(peralatan) yang rumit. Mudah diaplikasikan dalam berbagai konteks

kehidupan, seperti konseling pastoral, konseling individual, konseling


(52)

Teknik Brief Counseling ini berkembang dalam budaya Amerika,

tetapi sesungguhnya teknik ini sangat mudah disesuaikan dengan

berbagai kultur.

6. Teknik-teknik Brief Konseling.

Brief counseling memiliki lima teknik, yang diawali dengan teknik

bercerita bebas, kemudian terapetik, serta penutup (Corey, 2005; Capuzzi

dan Gross, 2003). Terapetik merupakan inti dari keseluruhan proses Brief

counseling, di mana di dalamnya terdapat empat teknik yang sangat

penting, yaitu: penskalaan, pengecualian, pertanyaan ajaib, dan

menjinakkan ranjau. Di bawah ini akan dijelaskan melaui bagan dan

keterangannya mengenai teknik konseling singkat berfokus pada solusi.

Gambar.1 Bagan Tahapan Teknik Brief Counseling

Keterangan bagan:

a. Teknik Bercerita Bebas

Teknik bercerita bebas merupakan awal dari kegitan konseling

singkat berfokus pada solusi, dalam teknik ini konselor mengajak Bercerita bebas

Terapetik

Penutup

Penskalaan

Pertanyaan ajaib pengecualiaan


(53)

yang membuat mereka bahagia kepada konseli lainya. George, Iveson dan Ratner (1990) merumuskan teknik ini sebagai solusi penting

yang berfokus pada teknik dan sangat bermanfaat untuk tetap menjaga

kedekatan dengan klien. Dengan teknik ini konselor mengajak klien

mendiskusikan hal-hal positif dalam hidup, hal-hal baik yang terjadi

dalam hidup dan apa yang bermanfaat bagi mereka. Sebagai sebuah

teknik berfokus pada solusi, teknik berceritera bebas ini sangat

bermanfaat untuk menghindari percakapan yang justru memperlemah

semangat dan sumber daya konseli. Hal ini membuktikan bahwa

kemampuan, perhatian, sumber daya dan kekuatan konseli sangatlah

penting untuk mengimbangi kondisi tidak stabil, sakit, stress dan

gejala-gejala lain.

b. Penskalaan

Penskalaan adalah sebuah teknik yang dapat menuntun konselor

maupun konseli untuk membuat permasalahan yang pada mulanya

terasa kompleks dan abstrak menjadi lebih konkrit dan manajebel

(De Jong & Miller, 1995). Acap kali pikiran, perasaan, dan perilaku

konseli tidak realistik atau mengawang-awang, maka dibutuhkan

teknik konseling untuk mendaratkan pikiran dan perasaannya agar

menjadi lebih konkrit. Ketika pikiran dan perasaan konseli lebih


(54)

ia akan lebih mudah diarahkan untuk. fokus pada solusi. Pertanyaan

penskalaan yang diajukan oleh seorang konselor kepada konseli akan

menuntun konseli beranjak dari konsep konsep abstrak menuju goal

yang realistik. Contohnya, seorang konselor menanyakan kepada konseli

"Dalam skala 1 sampai 10, dimana satu merepresentasikan keadaan

yang paling buruk, dan angka sepuluh merepresentasikan sesuatu

yang paling baik, dimanakah posisi Anda saat ini?”.

Disadari atau tidak, pertanyaan itu akan sedikit memaksa

konseli untuk menempatkan diri pada posisi tertentu dalam semesta

permasalahannya. Langkah ini disebut reorientasi. Seseorang yang

terbelit oleh sebuah permasalahan sering kehilangan orientasi,

mereka membutuhkan bantuan untuk mereorientasi diri supaya lebih

fokus pada solusi atas permasalahannya. Penskalaan juga bisa

mengukur progres dari proses konseling yang tengah terjadi. Di

tengah-tengah proses konseling, konselor dimungkinkan untuk

mengajukan pertanyaan yang bertujuan mengukur sampai di mana

progres konseling saat itu. Konselor bisa menanyakan kepada

konseli "Saya ingin tahu di mana posisi Anda saat ini

sebenarnya, bila angka 1 adalah kondisi Anda yang penuh

dengan masalah, dan angka 10 menggambarkan kondisi Anda

yang telah bebas dari masalah, dimanakah posisi Anda saat


(55)

Menemukan pengecualian adalah teknik yang sangat penting

dalam mencari solusi dalam sebuah proses konseling. Yang dimaksud

dengan pengecualian adalah: menujuk pada waktu ketika sebuah

problem belum/tidak terjadi. Teknik ini akan menandai pencapaian

seorang konseli meskipun bersifat sementara. Inti dari teknik

pengecualian mendasarkan pada asumsi bahwa semua problem telah

teratasi, kondisi itu akan bermanfaat untuk mendapatkan solusi yang

sesungguhnya. Kita (dan juga klien), cenderung melihat sebuah

persoalan seolah-olah konstan, terus menerus terjadi, dan seolah-olah

tidak pernah melunak sejenak pun.

Jika kita mengenali pengecualian ini, kita cenderung mengelak

hal-hal yang signifikan pada masalah itu. Suasana ini akan memberikan

angin segar bagi otak untuk memfilter, memproses dan menyimpan

informasi yang bermanfaat. Konselor profesional selalu mendengar

pengecualian ini, mengeluarkan dari pikiran konseli, dan

memanfaatkannya untuk medapatkan solusi. Dengan teknik ini, konseli

mendapatkan pengharapan, dan diteguhkan dengan kemampuan dirinya

mendapatkan menafaat dari sebuah keadaaan.

d. Pertanyaan Ajaib.

Inti dari teknik ini adalah mengajak konseli untuk


(56)

konselor juga mengajak konseli untuk mengidentifikasi cara-cara

menyelesaikan masalah untuk membangun masa depannya. Inilah

yang disebut solution focused therapy.

e. Flagging The Minifield (Menjinakkan Ranjau)

Flagging the Minefield, atau dalam bahasa Indonesia

ditejemahkan teknik menjinakkan ranjau, menurut Sklare (2005)

adalah sebuah teknik yang dapat membimbing konseli untuk patuh

pada apa yang ia dapatkan dalam sessi konseling untuk diterapkan ke

dalam situasi nyata yang ia temui. Kadang kala konseli mendapatkan

banyak pemahaman dalam sessi konseling, tetapi bingung ketika

menghadapi situasi nyata. Dengan menerapkan teknik ini pada saat

penutupan sesi, konseli akan sangat terbantu untuk mengidentifikasi

situasi sulit yang mungkin akan dijumpainya. Dengan teknik ini

konselor membantu konseli untuk mengadaptasi pelajaran dalam sessi

konseling ke dalam situasi nyata. Pendeknya, teknik menjinakkan

ranjau adalah teknik penggeneralisasian insight yang diperoleh

dalam konseling, niat-niat untuk berperilaku yang telah dirumuskan,

pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan untuk ditransfer dalam seting


(57)

Penutup merupakan teknik terakhir pada setiap pendekatan

konseling, baik konseling individual maupun konseling kelompok.

Tugas konselor dalam teknik penutup pada pendekatan konseling

singkat berfokus pada solusi ini, mengajak konseli untuk saling

memberikan semangat/bombongan terhadap niat yang sudah

dirumuskan oleh masing-masing konseli.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang brief counseling pernah dilakukan oleh Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Dosen Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia dalam artikel (Penelitian dan Pengembangan

pada mahasiswa S1 Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2009) dengan

judul Model Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focuced Brief

Counseling) untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa.

Penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan model konseling singkat berfokus solusi untuk meningkatkan daya psikologis mahasiswa. Metode

penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan yang terdiri atas

empat tahapan utama, yaitu studi pendahuluan, pengembangan model, validasi

rasional model, dan validasi empiris model. Sampel penelitian adalah mahasiswa

S1 UPI angkatan 2009 dengan menggunakan teknik simple random sampling

hasil studi pendahuluan tentang permasalahan mahasiswa dalam aspek


(58)

tidak memahami tanggung jawab yang melekat pada pilihan menempati

persentase tertinggi sebagai permasalahan urutan pertama. Tingkat daya

psikologis mahasiswa pada umumnya berada dalam kategori rata-rata (43,76%).

Persentase mahasiswa yang memiliki daya psikologis di bawah rata-rata lebih

banyak dibandingkan yang di atas rata-rata dengan selisih 0,85%. Untuk

persentase mahasiswa yang memiliki tingkat daya psikologis kategori sangat

rendah, fakultas pendidikan bahasa dan sastra menempati urutan tertinggi,

sehingga dapat diasumsikan bahwa pada umumnya mahasiswa fpbs lebih

membutuhkan konseling dibandingkan mahasiswa fakultas lainnya.

Hasil validasi rasional pakar bimbingan dan konseling terhadap model hipotetis konseling singkat berfokus solusi untuk meningkatkan daya psikologis

menunjukkan bahwa model yang dikembangkan dinilai layak sebagai suatu

model intervensi menuju keberfungsian psikologis yang sehat. Hasil uji empiris

terhadap model konseling ini untuk meningkatkan daya psikologis mahasiswa

menunjukkan bahwa secara spesifik model konseling ini efektif untuk

meningkatkan hampir semua aspek-aspek daya psikologis kecuali aspek

asertivitas. Rekomendasi penelitian ini ditujukan kepada pusat psikologi terapan

(p2t) jurusan psikologi UPI, dosen pembimbing akademik, unit pelayanan teknis

layanan BK UPI, konselor dan guru BK, serta program studi BK sps UPI dan

peneliti selanjutnya.

Selain itu, penelitian mengenai Brief Counseling juga dilakukan oleh Dwi Lestari, dalam jurnal Pendidikan Penabur-No.21/Tahun ke-12/Desember 2013


(59)

Konseling Singkat Berfokus Solusi di SDK BPK Penabur Bintaro Jaya Jakarta

tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan mengurangi perilaku bullying secara

verbal melalui Konseling Singkat Berfokus Solusi. Bullying verbal meliputi:

menyebut nama seseorang dengan sembarangan atau membuat lelucon aneh,

cara berpakaian, etnis, gender, orientasi seksual, agama atau ketidakmampuan

seseorang. Responden penelitian berjumlah enam siswa yang duduk di kelas 6

SD. Analisis hasil penelitian menunjukkan penurunan perilaku bullying secara

verbal pada siswa melalui pendekatan konseling singkat berfokus solusi. Selain

itu hasil penelitian juga menunjukkan pemahaman siswa tentang bullying verbal

dan adanya keinginan siswa untuk menghentikan perilaku bullying verbal.

E. Kerangka Berpikir

Pendekatan brief counseling diyakini dapat meningkatkan motivasi

belajar pada subjek penelitian yang memiliki motivasi belajar rendah. Subjek

(siswa) yang memiliki motivasi belajar rendah perlu mendapatka perhatian

dan pendampingan khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar mereka.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar

pada siswa (subjek penelitian) yang memiliki motivasi belajar rendah, adalah

dengan melakukan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan

brief counseling. Berikut ini proses pelaksanaan penelitian yang akan

dilakukan peneliti dengan konseling kelompok melalui pendekatan Brief


(60)

Gambar 2. Kerangka berpikir

Peneliti memilih desain penelitian tindakan dalam melaksanakan layanan

konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling. Penelitian tindakan ini

dalam setiap siklusnya memuat adanya perencenaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Penelitian ini membutuhkan kolaborasi dengan pihak lain yaitu guru, dan

subjek penelitian. Siswa

Out Come

Meningkatnya motivasi belajar ditandai dengan semangat belajar,

konsentrasi, mencatat hal penting, mengerjakan tugas dengan baik, dan dapat mengatasi

gangguan yang muncul saat belajar di kelas.

Motivasi Belajar Rendah

Saat di kelas: tidak semangat belajar, tidak konsentrasi, tidak mencatat ,tidak mengejakan tugas-tugas, mengantuk sampai tertidur di kelas.

Layanan Konseling Kelompok dengan pendekatan Brief Counseling


(61)

41

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan metode penelitian (jenis penelitian), tempat

penelitian, tujuan penelitian, waktu penelitian, partisipan penelitian, peran dan

posisi penelitian, tahapan penelitian, hasil intervensi tindakan yang diharapkan,

data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data,

dan teknis analisis data, dan keabsahan data. Ketigabelas sub-judul tersebut

merupakan bagian-bagian dari metode penelitian yang harus ada dalam sebuah

penelitian tindakan. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada

pemahaman logis, ilmiah, dan dapat dipertanggungjawabkan.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam skripsi ini adalah penelitian

tindakan. Penelitian tindakan merupakan penelitian reflektif yang dilakukan oleh

peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatakan penalaran dan

keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka

terhadap praktik-praktik tersebut dilakukan (Carr dan Kemmis, 1986, juga dikutip

oleh Kemmis dan Mc Taggart, 1988:5-6 dan oleh Burns, 1999:30). Penelitian

tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam

situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang

dilakukan di dalamnya, dan melibatkan kolaborasi kerja sama para peneliti,


(62)

a. Perencanaan merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan

apa yang terjadi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih

menekankan pada sifat-sifat strategic yang mampu menjawab tantangan yang

muncul dalam perubahan social dan mengenal rintangan yang sebenarnya.

b. Tindakan merupakan langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah

tindakan yang terkontrol secara seksama. Tindakan yang baik adalah tindakan

yang mengandung tiga unsur penting, yaitu the improvement of practice, the

improvement of understanding individually and collaboratively, and

improvement of the situation in which the action takes place.

c. Observasi dalam penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasi

implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Observasi yang baik adalah

observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul

baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

d. Reflektif merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan

yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam

observasi. Langkah reflektif ini berguna untuk melakukan peninjauan,

membuat gambaran kerja yang hidup dalam situasi proses penelitian,

hambatan yang muncul dalam tindakan dan kemungkinan lain yang muncul

selama proses penelitian.

Model penelitian tindakan yang digunakan peneliti adalah model Kemmis.

Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun


(63)

yang saling terkait. Antara langkah satu dengan langkah berikutnya yang

secara singkat akan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Siklus Model Kemmis

B. Tempat Penelitaian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Budya Wacana Yogyakarta, yang


(64)

Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari minggu ke III, dimana peneliti

mengumpulkan data awal siswa yang memiliki motivasi belajar rendah melalui

wawancara dengan guru BK dan wali kelas. Bulan Januari februari minggu ke II

peneliti melaksanakan tindakan, dan dilanjutkan pengambilan data sampai bulan

maret minggu pertama setelah pelaksanaan tindakan. Berikut ini akan dijelaskan

secara rinci mengenai pelaksanaan penelitian melalui tabel waktu penelitian.

Tabel 1 Agenda Penelitian

No Tanggal Kegitan Keterangan

1 15 Januari 2015 a. Wawancara guru

BK

b. Wawancara wali

kelas X MIA

Wawancara dilakukan untuk

memperoleh data awal mengenai

siswa yang memiliki motivasi belajar

rendah. Dari hasil wawancara, ada 4

siswa dalam satu kelas yang

masalahnya sama memiliki motivasi

belajar rendah.

2 18 Januari 2015 Wawancara dengan

subyk penelitian.

Setelah peneliti mendapat informasi

dari guru tentang siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah,

Peneliti melakukan wawancara

dengan siswa sendiri, guna


(65)

direkomendasikan sebagai subjek

penelitian.

3 29 Januari 2015 Merancang skema

konseling kelompok

dengan pendekatan

Brief Counseling dan

mengkonsultasikannya

dengan dosen

pembimbing

Sebelum memberikan tindakan,

peneliti merancang skema agar

proses konseling kelompok dengan

pendekatan Brief Counseling dapat

berjalan dengan lancar.

4 3 Februari 2015 Simulasi konseling

kelompok

Peneliti melakukan simulasi/latihan

konseling kelompok dengan

pendekatan Brief Counseling.

Simulasi ini dilaksanankan oleh

peneliti di komunitas suster bersama

rekan suster di komunitas Demangan.

Hal dilakukan agar peneliti

benar-benar siap dan mampu memberikan

konseling kelompok pada siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah.

5 9 Februari 2015 Wawancara dengan

subjek sebelum

tindakan

Sebelum peneliti melaksanakan

tindakan pada 4 subjek penelitian,


(66)

motivasi belajar mereka

6 13 Februari

2015

Memberikan tindakan

konseling kelompok

dengan pendekatan

Brief Counseling siklus

I

7 15 Januari Perbaiakan dan refleksi

siklus I

Perbaikan dan refleksi dilakukan

untuk melihat hal-hal apa saja yang

kurang sesuai selama proses

pemberian konseling kelompok di

siklus I

8 16-21 februari

2015

Observasi siklus I Peneliti melakukan observasi, apakah

ada perubahan perilaku setelah

mengalami tindakan pada ke-empat

subjek

9 22 Februari

2015

Memberikan tindakan

konseling kelompok

dengan pendekatan

Brief Counseling siklus

II

Pada akhir siklus II ini peneliti

melakukan post tes pada subjek

penelitian untuk mengukur apakah

ada peningkatan motivasi belajar

sesudah mengikuti konseling

kelompok


(67)

11 27 Februari-3

maret 2105

a. Observasi subyek

untuk memperoleh

data akhir setelah

dilakukannya

tindakan selama II

siklus

b. Menyerahkan

lembar observasi

kepada teman

kolaboratif yaitu

wali kelas XI MIA

untuk ditindak

lanjuti.

Peneliti kembali melakukan

observasi terhadap subyek.

Peneliti juga menjelaskan dan

menyerahkan lembar obsevasi

kepada teman kolaboratif untuk

ditindak lanjuti, karena masa tugas

PPL peneliti di SMA Budya Wacana

sudah selesai.

12 8 Maret 2015 a. Pengambilan

lembar observasi

b. Wawancara pada

wali kelas XI MIA

c. Wawancara

terhadap subyek

Peneliti mengambil lembar observasi

karena waktu yang telah ditentukan

untuk mengobservasi subyek sudah

cukup. Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara kepada wali

kelas XI MIA, apakah ada perubahan

perilaku pada subyek. Peneliti juga

melakukan wawancara terhadap


(68)

E. Partisipan dalam Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari empat orang siswa SMA Budya

Wacana kelas XI MIA (satu orang perempuan dan tiga orang laki-laki). Pemilihan

subjek berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas XI MIA dan guru BK

serta menurut hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPL BK).

F. Peran dan Posisi Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pihak luar yang sedang

mengadakan penelitian dan ingin memberikan kontribusi dalam konteks

layananan konseling kelompok kepada empat siswa yang selama ini teridentifikasi

sebagai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Oleh sebab itu peneliti perlu

membicarakan peran dan tugas masing-masing yaitu:

1. Pelaksana tindakan.

Peneliti sendiri menjadi pelaksana tindakan perbaikan yang sudah

direncanakan. Peneliti terlibat penuh dalam menerapkan pendekatan Brief menerima konseling kelompok, dan

perubahan-perubahan pada diri

mereka.

13 9 Maret 2015 Analisis data dan


(69)

intrumen penelitian yaitu sebagai alat pengumpulan data dan validasi data

yang dikumpulkan.

2. Kolabolator.

Kolabolator berperan sebagai pihak yang membantu peneliti mengumpulkan

data penelitian dan merencanakan tindakan perbaikan untuk setiap

pertemuan yang akan diadakan. Pekerjaan inti kolabolator ketika

pelaksanaan tindakan adalah sebagai observer proses. Kolabolator yang

dilibatkan adalah guru BK dan wali kelas.

G. Tahapan Penelitian

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan analisis

terhadap situasi yang terjadi pada subjek penelitian. Pada tahap berikutnya peneliti

mulai menyusun rencana penelitian dan mendesain intervensi Brief Counseling


(1)

Nama : DL Kelas : XI MIA

Situasi : Di kelas

Tempat : SMA Budya Wacana

Motivasi belajar Ya/ Tidak

26/02/15 27/02/15 28/02/15 03/03/15 04/03/15 05/03/15 Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk 1 Subjek mendengar

dgn penuh perhatian saat guru mengajar

√ √ √ √ √ √

2 Subjek tertarik pada pelajaran dan mencatat hal yg penting

√ √ √ √ √ √

3 Subjek mengerjakan tugas dgn baik

√ √ √ √ √ √

4 Subjek tertarik membaca buku2 pelajaran

√ √ √ √ √ √

5 Subjek belajar dengan sungguh2

√ √ √ √ √ √

6 Subjek konsentrasi saat belajar

√ √ √ √ √ √

7 Subjek mempelajari ulang apa yang telah diajarkan

√ √ √ √ √ √

8 Subjek terlibat aktif saat belajar

√ √ √ √ √ √

9 Subjek betah duduk di kelas saat belajar


(2)

10 Subjek mampu mengatasi gangguan yang muncul saat belajar

√ √ √ √ √ √

11 Subjek memanfaatkan waktu kosong untuk belajar

√ √ √ √ √ √

12 Subjek tekun dan bertahan lama saat belajar

√ √ √ √ √ √

Kesimpulan: dari hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa subjek mengalami peningkatan motivasi belajar ke arah yang lebih baik.


(3)

(4)

(5)

(6)

Biodata Penulis

Adirman Telaumbanua, lahir di Tundrumbaho pada tanggal 30 September 1985. Pendidikan dasar diperoleh di SDN Lahusa Idanotae, Nias-Sumatera Utara, tamat pada tahun 1997. Setelah tamat SD menganggur satu tahun, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMPN 1 Gomo, Nias-Sumatera Utara dan tamat pada tahun 2001. Pendidikan menengah umum diperoleh di SMUN 1 Gomo, Nias-Sumatera Utara dan tamat pada tahun 2004. Setelah selesai dari SMUN, berkat panggilan Tuhan ia memulai hidup membiara masuk di kongregasi OSF Sibolga (Ordo Santo Frasisikus) pada tahun 2004 dan mengikrarkan kaul perdana pada tahun 2008. Tahun 2008-2011 bertugas menjadi pendamping anak-anak di Panti Asuhan St. Antonius di Hiliweto Gido, Nias-Sumatera Utara. Pada tahun 2011 persaudaraan OSF mengutus untuk memulai studi di Universitas Sanata Dharma dan mengambil program studi Bimbingan dan Konseling. Untuk memperoleh gelar sarjana, ia menulis skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta melalui Layanan Konseling Kelompok dengan Pendekatan Brief Counseling”.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 29 Bandung.

0 5 39

Upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) materi aritmetika sosial pada siswa kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta.

0 1 204

Upaya mengurangi kebiasaan datang terlambat ke sekolah pada siswa-siswi SMA Tiga Maret melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling : penelitian tindakan.

1 4 156

Upaya menurunkan intensitas kecemasan pada anak tunanetra melalui konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling di Panti Asuhan Karya Murni Medan : action research.

0 3 158

Upaya peningkatan motivasi belajar siswa SMK melalui bimbingan kelompok menggunakan media film inspiratif : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas XIC SMK Marsudiluhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

0 0 144

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

0 0 8

SOLUTION FOCUSED BRIEF COUNSELING (SFBC): ALTERNATIF PENDEKATAN DALAM KONSELING KELUARGA

0 1 10

UPAYA MENINGKATKAN KOMITMEN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI MAL UIN SU MEDAN - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 9

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF MONITORING PADA KARYAWAN

0 0 20

Penerapan model pembelajaran kooperatif permainan estafet sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada materi protista - USD Repository

0 1 209