Tugas perkembangan remaja. Hakikat Remaja.

3. Tugas perkembangan remaja.

Erikson Adams Gullotta, 1983: 36-37; Coger, 1977: 92-93 berpendapat bahwa remaja merupakan masa perkembangannya identity. Identity merupakan vocalpoit dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini. Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan siapa saya who am I?. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang yang menyimpang delingquent, melakukan krimininalitas, atau menutup diri dari masyrakat. Menurut Hurlock 1990: 209 tugas perkembangan pada masa remaja akhir adalah sebagai berikut: a. Berusaha mampu menerima keadaan fisiknya. Sebagian remaja merasa sulit menerima keadaan fisiknya yang banyak mengalami perubahan. Remaja diharapkan mampu menerima bukan menolak keadaan fisiknya yang mulai mengalami beberapa perubahan. b. Berusaha mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. Memahami peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminim dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuain diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui mengenai lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. c. Berusaha mencapai kemandirian emosional. Bagi remaja yang sangat mendambagakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun kemandirian emosional tidaklah sma dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergangguan emosi pada orang tua atau orang-orang dewsa lain. d. Berusaha mencapai kemandirian ekonomis. Kemandirian ekonomis tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan kemandirian ekonomis bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. e. Berusaha mengembangkan konsep dan keterampilan-keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melukukan peran sebagai anggota masyarakat. Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial. Namun hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereaka yang aktif dalam berbagai aktivitas ekstrakurikuler menguasai praktek demikian, namun mereka yang tidak aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh teman-teman, maka tidak memperoleh kesempatan mengembangkan keterampilan dan kecakapan sosial. f. Berusaha memahami dan mengintemalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk nilai- nilai yang sesuai dengan nilai-nilai orang dewasa; orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. g. Berusaha mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. Erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilai-nilain yang selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab. Sebagaian besar remaja ingin ingin diterima oleh teman-teman sebaya, tetapi hal ini sering kali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab. Misalnya saja, saat menolong memberikan jawaban ujian kepada teman, maka rema harus memilih antara standar dewasa dan standar teman sebaya. h. Berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. Kecenderungan untuk menikah diusia dini atau muda, maka persiapan pernikahan merupakan tugas perkembangan yang sangat penting dalam tahun-tahun remaja. i. Berusaha memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

C. Hakikat Konseling Kelompok.

Dokumen yang terkait

UPAYA MENGURANGI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

5 35 71

UPAYA MENGURANGI PERILAKU AGRESIF DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMK 2 SWADHIPA NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 57 84

PENGARUH KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIORAL TEKNIK SHAPING TERHADAP KEBIASAAN TERLAMBAT HADIR KE SEKOLAH SISWA SMA NEGERI 2 LUBUK PAKAM T.A 2015 – 2016.

0 3 31

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONSELING KELOMPOK REALITA TERHADAP PERILAKU TERLAMBAT PADA SISWA SMK TRI KARYA TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 3 21

Upaya menurunkan intensitas kecemasan pada anak tunanetra melalui konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling di Panti Asuhan Karya Murni Medan : action research.

0 3 158

Upaya mengurangi kecenderungan perilaku bullying melalui bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama (penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2013/2014).

1 11 155

Upaya meningkatkan motivasi belajar pada siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling (penelitian tindakan).

2 9 175

MENGURANGI PERILAKU KONSUMTIF MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 MUNTILAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

4 3 178

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN SOLUTION FOCUSED BRIEF THERAPY UNTUK MENINGKATKAN SELF ESTEEM DAN SELF DISCLOSURE SISWA SMA NEGERI 12 PEKANBARU -

0 1 27

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENGURANGI PERILAKU TERLAMBAT MASUK SEKOLAH (Studi Pada Siswa Kelas X SMA 1 Gebog Tahun 2014/2015)

0 0 11