Counseling merupakan kegiatan inti dalam penelitian ini, oleh sebab itu simulasi konseling kelompok penting dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut agar peneliti
menjadi lebih terampil dan siap ketika memberikan tindakan konseling kelompok kepada ke-enam subyek dalam penelitian ini.
Berikut ini akan dijelaskan secara rinci persiapan yang dilakukan oleh peneliti mulai dari pelaksanaan siklus I dan siklus II.
1. Siklus I
a. Data awal
Peneliti memperoleh data awal sebelum tindakan siklus I diberikan melalui wawancara dengan wali kelas X MIA dan X IIS, serta catatan
guru piket. Melalui diagram dibawah ini, peneliti akan memaparkan jumlah kerterlambatan dari ke-enam subyek mulai dari catatan guru piket
tanggal 1 Oktober sampai dengan 22 November 2014 melalui tabel dibawah ini.
Tabel 10. Tabel Jumlah Keterlambatan Subyek sebelum diberikan Tindakan selama 45 Hari Efektif Sekolah
b. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti terlebih dahulu membuat perencanaan. Perencanaan tersebut meliputi penentuan hari dan tanggal
Subyek Jumlah keterlambatan
FY 23
CR 22
DI 18
YN 23
WS 22
ZB 22
pelasanaan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling, membuat skema, membuat absensi, serta simulasi konseling kelompok
dengan kelompok lain. Selain itu peneliti menentukan teman kolaboratif yang akan mengobsevasi proses pelaksanaan konseling kelompok dengan
pendekatan Brief Counseling. Seluruh tindakan siklus I maupun II, akan diobservasi oleh teman kolaboratif peneliti. Hal tersebut dilakukan agar
peneliti dapat mengevaluasi proses tindakan yang diberikan, melalui hasil observasi yang dilakukan oleh teman kolaboratif. Dengan demikian
peneliti dapat melaksanakan tindakan sesuai dengan prosedur yang ada. Skema konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling siklus I,
dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 110. c.
Pelaksanaan tindakan Peneliti melakukan tindakan yaitu konseling kelompok dengan
pendekatan Brief Counseling, pada hari kamis tanggal 15 Januari 2015 pukul 13.00-13.40 WIB. Konseling kelompok dengan pendekatan Brief
Counseling tersebut dilaksanakan di ruang aula. Berikut penjelasan pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling.
1 Pembukaan
Peneliti mengawali kegiatan dengan mengajak siswa untuk berdoa terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan perkenalan masing-masing
siswa. Peneliti meminta siswa munuliskan nama pada selembar kertas yang sudah disediakan, dan menempelkannya disaku seragam, hal ini
agar dapat memudahkan peneliti dalam mengingat nama mereka. Setelah itu peneliti membuat kesepakatan peraturan bersama siswa, peraturan
dibuat agar proses konseling kelompok dapat berjalan dengan baik. Peneliti juga mengawali kegiatan dengan ice breaking, yaitu
permainan oper bola pimpong. Peneliti mengopermelempar bola secara acak kepada siswa, siswa yang menerimanya diminta menceritakan
pengalaman bahagiahal yang positif yang sudah dialami. Kegiatan ini dilakukan agar siswa merasa rileks, dan nyaman karena sudah mengawali
pertemuan dengan cerita dan pengalaman yang positif. 2
Kegiatan inti Dalam kegiatan inti ini peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
diadakanya konseling kelompok, setelah itu peneliti mempersilahkan siswa menceritakan masalah mereka, sedangkan peneliti dan siswa lainya
menjadi pendengar yang aktif, pendengar yang aktif disini bukan berarti
tidak memberikan tanggapan atau respon dari apa yang disampaikan oleh siswakonseli yang sedang mensheringkan apa yang menjadi masalahnya.
Saat siswakonseli menceritakan masalah mereka, konselor maupun konseli lainya bisa memberikan tanggapan, maupun pertanyaan. Lalu
peneliti menanyakan harapanmotivasi mereka mengikuti kegiatan konseling kelompok, niatgool yang akan dicapai setelah mengikuti
kegitan konseling kelompok. Setelah itu peneliti mulai mengajukan beberapa pertanyaan dengan mengunakan teknik dalam pendekatan Brief
Counseling. Teknik yang digunakan peneliti ialah: bercerita bebas, pen- skalaan, pertanyaan ajaib, dan pengecualian, dan menyapu ranjau.
Penjelasan mengenai teknik yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada bagian bab III, halaman 33-37.
3 Penutup
Sebelum peneliti menutup kegiatan konseling kelompok, peneliti mengajak siswa untuk mengetahui hambatan apa yang sekiranya
menjadi penghambat mereka dalam melaksanakan niat yang sudah mereka rumuskan. Hal tersebut merupakan teknik “menjinakkan
ranjau” dalam pendekatan Brief Counseling, teknik tersebut digunakan disesi terakhir konseling kelompok. Selain itu peneliti mengajak siswa
untuk memberikan semangatbombongan satu sama lain. Kemudian peneliti meringkas seluruh proses konseling kelompok dengan
pendekatan Brief Counseling, serta memberikan peneguhan kepada seluruh subyek agar mereka mampu melaksanakan niat mereka dalam
kehidupan sehari-hari. Peneliti dan siswa menutup kegiatan dengan doa penutup.
d. Hasil pengamatan
Selama proses konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling berlangsung, pengamatan dilakukan oleh mitra kolaboratif yaitu
dua mahasiswi rekan peneliti. Hasil pengamatan kegitan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling pada siklus I, bahwa
beberapa siswa terlihat kurang mengerti atas pertanyaan ajaib yang peneliti ajukantanyakan. Selain itu beberapa siswa kurang serius dalam menjawab
pertanyaan peneliti, serta beberapa siswa menertawakan jawaban siswa yang lain, dan hal ini membuat siswa tersebut terbata-bata dan kurang jelas dalam
menjawab. e.
Hasil refleksi Setelah melaksanakan tindakan pada siklus I, peneliti menyadari bahwa
masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki agar pelaksanaan
kegiatan siklus II berjalan lebih baik. Bereapa hal yang perlu diperbaiki ialah:
1 Kesiapan peneliti
Peneliti merasa nervose dalam melaksanakan tindakan pada siklus I. Hal ini tanpak pada sikap peneliti yang kurang fokus pada beberapa
subyek, khususnya ketika subyek menjawab pertanyaan, peneliti justru mncatat jawaban subyek tanpa memberikan perhatian kepada subyek.
Hal tersebut tentu saja membuat subyek merasa kurang didengarkan dan diperhatikan. Selain itu selama proses konseling berlangsung,
peneliti kurang mampu mengontrol diri, artinya bahwa ketika beberapa subyek menertawakan jawaban teman yang lain, peneliti justru ikut
tertawa sehingga suasana konseling kurang begitu kondusif. 2
Penguasaan teknik Peneliti menyadari bahwa ada satu teknik yang kurang begitu dipahami
dalam penyampaiannya. Teknik tesebut ialah pertanyaan ajaib, peneliti kurang mampu merumuskan pertanyaan ajaib dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami oleh subyek. Hal tersebut membuat subyek merasa bingung dalam menjawab. Selain itu peneliti kurang
mampu menggali jawaban subyek yang belum begitu jelas, namun
justru sebaliknya hal-hal yang sekiranya tidak terlalu penting dibahasdigali oleh peneliti. Kekurangan peneliti dalam melaksanakan
tindakan siklus I ini, tidak menyurutkan semangat peneliti dalam melaksanakan tindakan disiklus II. Justru hal ini akan menjadi tolak
ukur bagi peneliti untuk bisa menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan siklus II, agar dapat berjalan lebih baik lagi.
2. Siklus II