Sebaliknya, bawahan yang memiliki kualitas hubungan yang rendah akan mendapat waktu yang terbatas dari atasannya, menjalin
hubungan antara atasan dan bawahan berdasar pada hubungan formal yang dapat dilihat dari penggunaan bahasa pada saat berkomunikasi. Karyawan
dengan kualitas hubungan yang rendah juga cenderung memandang hubungan atasan dan bawahan tidak lebih dari hubungan kontraktual
sesuai dengan surat kontrak, dimana karyawan bekerja ‘delapan jam
untuk upah delapan jam’ dalam pekerjaan, serta tingginya turnover Graen, Liden, Hoel dalam Landy, 2010.
B. Employee Engagement
1. Definisi Employee Engagement
Kahn dalam Chaurasia, 2013 menjelaskan employee engagement sebagai investasi energi fisik, emosional, dan kognitif karyawan secara
terus menerus dalam peran pekerjaan mereka. Menurut CLC dan Blessing dalam Muthuveloo, 2013, employee engagement merupakan penekanan
terhadap hubungan kognitif antarpekerja untuk bekerja dan perilaku selanjutnya yang ditunjukkan pekerja terhadap kepuasan kerja, serta
efeknya mengenai seberapa sulit pekerja ingin untuk bekerja. Di sisi lain, Gubman dan Bates dalam Muthuveloo, 2013 mendefinisikan employee
engagement sebagai kelekatan emosional yang dibawa pekerja ke pekerjaan mereka, organisasi, dan manajer.
Schaufeli dalam Heger, 2007 mendefinisikan employee engagement sebagai sebuah pemenuhan positif keadaan mental yang
berhubungan dengan pekerjaan yang melibatkan faktor rasional dan emosional mengenai apa yang dipikir dan dirasa oleh karyawan mengenai
pekerjaannya dan organisasi. Faktor rasional meliputi hubungan yang lebih luas yang dimiliki karyawan dengan organisasi, seperti memiliki
sumber daya, peralatan, dan dukungan yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan. Faktor emosional meliputi rasa akan inspirasi dan
prestasi yang karyawan dapatkan dengan menjadi anggota dari perusahaan dan dari pekerjaan mereka. Menurut Robbins 2015, employee
engagement adalah keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme seorang individu terhadap pekerjaan yang dilakukan. Pekerja yang sangat terlibat
akan memiliki gairah dalam pekerjaannya dan merasakan hubungan yang dalam dengan perusahaannya.
Merujuk pada definisi yang telah dikemukakan, peneliti menyimpulkan employee engagement sebagai tingkat keterlibatan,
kepuasan, dan antusiasme karyawan mengenai pekerjaannya dan organisasi, sehingga karyawan memiliki gairah dalam pekerjaannya dan
merasakan hubungan yang dalam dengan perusahaannya.
2. Aspek Employee Engagement