D. Pembuatan Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek
Suatu sediaan farmasi yang diaplikasikan secara topikal memiliki dua komponen penting yaitu zat aktif dan eksipien. Zat aktif merupakan komponen
yang memberikan efek farmakologis sediaan sedangkan eksipien digunakan sebagai zat tambahan yang membantu menghantarkan zat aktif hingga mencapai
target aksi yang diinginkan. Zat aktif yang digunakan pada penelitian ini adalah flavonoid. Zat aktif flavonoid terdapat pada daun cocor bebek Kalanchoe pinnata
Lam. Afzal dkk., 2012. Senyawa flavonoid tersebut mempunyai aktivitas anti- inflamasi dan antioksidan yang bekerja secara sinergis sehingga dapat
menimbulkan efek yang optimal. Gel ekstrak daun cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam. menggunakan
beberapa eksipien yaitu CMC Na sebagai gelling agent, propilen glikol sebagai humektan, TEA, metil paraben, etanol, dan aquadest.
CMC Na merupakan komponen penting yang berperan sebagai gelling agent
pada sediaan ini. CMC Na merupakan polimer anionik rantai panjang yang dapat membentuk jembatan hidrogen dengan molekul CMC Na yang lain. CMC
Na akan menjadi bentuk H-CMC dan viskositas dari sediaan akan meningkat seiring terbentuknya crosslink pada gel. Peningkatan konsentrasi CMC Na dapat
meningkatkan viskositas sediaan gel Bochek, Yususpova, Zabilova, dan Petropavlovskii, 2011. Menurut Rowe dkk. 2009, selain berfungsi sebagai
gelling agent pada konsentrasi 3-6 , CMC Na juga berperan sebagai basis gel.
CMC Na bersifat tidak toksik dan tidak iritan sehingga aman jika terpapar langsung dengan kulit. CMC Na dapat dikombinasikan dengan propilen glikol
sebagai humektan untuk mempertahankan kestabilan sediaan gel dengan mengabsorbsi lembab dari lingkungan. Menurut Rowe dkk. 2009, propilen
glikol digunakan sebagai humektan pada sediaan topikal pada konsentrasi hingga 15 . Propilen glikol bersifat tidak toksik dan secara topikal membantu difusi zat
aktif melalui stratum korneum kulit. Propilen glikol juga berperan sebagai pelarut dan pengawet untuk menghindarkan sediaan dari tumbuhnya kapang dan khamir.
Trietanolamin TEA pada sediaan ini berperan untuk meningkatkan pH sediaan gel agar sesuai dengan pH kulit yaitu 5,5
–6,5 Tranggono dan Latifah, 2007. Sediaan pada penelitian ini merupakan hidrogel yang mempunyai kandungan air
cukup banyak sehingga kemungkinan besar terjadi kontaminasi oleh mikroba. Penambahan pengawet ditujukan untuk mencegah kontaminasi dan pertumbuhan
mikroba pada sediaan gel. Pengawet yang digunakan adalah metil paraben. Pemilihan metil paraben pada sediaan ini karena metil paraben mudah larut dalam
larutan aqueous, mempunyai spektrum aktivitas mikroba yang luas dan efektif pada rentang pH sediaan hidrogel. Metil paraben juga akan meningkat
efektivitasnya dengan penambahan propilen glikol pada sediaan gel Rowe dkk., 2009.
Formula yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil modifikasi dari formula acuan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasyim dkk.
2012. Jumlah gelling agent CMC Na dan humektan propilen glikol berdasarkan hasil orientasi level faktor penelitian yaitu level rendah 6 gram dan level tinggi 7,5
gram untuk faktor CMC Na dan level rendah 20 gram dan level tinggi 30 gram untuk faktor propilen glikol. Pembuatan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor
bebek diawali dengan mengembangkan CMC Na dalam aquadest selama 24 jam. Metil paraben dilarutkan terlebih dahulu pada etanol dan ditambahkan propilen
glikol kemudian dicampurkan dengan CMC Na yang telah mengembang. Penambahan TEA dilakukan di menit pertama pada proses mixing. Proses mixing
dilakukan selama 5 menit menggunakan mixer pada skala putar 1. Waktu pengadukan dan kecepatan putar yang terlalu besar akan menimbulkan gelembung
udara yang terperangkap dalam sediaan.
E. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Gel