D. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan menarik suatu zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan ekstraksi adalah kecepatan difusi zat yang melewati lapisan-lapisan antara cairan pengekstrak dengan bahan yang mengandung zat
tersebut. Senyawa yang hanya larut sedikit dalam air kepolarannya memadai untuk diekstraksi dengan baik menggunakan metanol, etanol, atau aseton.
Ekstraksi kembali larutan dalam air dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi bersifat agak polar bertujuan untuk memisahkan senyawa yang
dituju dari senyawa yang lebih polar seperti karbohidrat Robinson, 1991. Salah satu metode ekstraksi yang paling sederhana adalah maserasi.
Prinsip maserasi adalah masuknya sejumlah cairan pengekstraksi ke dalam ekstrak sehingga kandungan dari dalam ekstrak akan terdesak ke luar hingga
mencapai titik keseimbangan. Saat cairan pengekstraksi kontak dengan serbuk simplisia, maka sel-sel yang rusak akibat proses penyerbukan langsung
bersentuhan dengan cairan pengekstrak sehingga komponen sel akan mudah keluar dari bahan simplisia. Proses selanjutnya cairan pengekstraksi harus mampu
menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel untuk melarutkan komponen sel yang tidak rusak atau terluka. Cairan pengekstraksi yang masuk ke dalam rongga
sel menyebabkan komponen sel terlarut dan terdesak keluar sel karena adanya perbedaan konsentrasi. Komponen sel akan terus terdesak dari dalam sel hingga
mencapai keseimbangan yaitu pada saat konsentrasi komponen sel di dalam dan di luar sel sama besar Voigt, 1995.
E. Gel
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV 1995, gel adalah sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel mempunyai kandungan air yang tinggi dibandingkan dengan sediaan
semi solid yang lain. Setelah gel diaplikasikan pada kulit, air akan berevaporasi dan memberikan efek dingin. Hal ini menjadi salah satu kelebihan gel jika
digunakan untuk sediaan anti-inflamasi dan sunscreen Baki dan Alexander, 2015. Gel juga bersifat lunak, lembut, mudah dioleskan, dan tidak meninggalkan
lapisan berminyak pada permukaan kulit Abdassah, Sumiwi, dan Hendrayana, 2009.
Gel dapat diklasifikasikan menjadi inorganik gel dan organik gel. Inorganik gel biasanya mempunyai sistem dua fase, sedangkan organik gel
mempunyai sistem satu fase yang mengandung gelling agent seperti carbomer dan CMC Na. Berdasarkan sifat pembawanya, gel juga diklasifikasikan menjadi
hidrogel dan organogel. Hidrogel memiliki komponen yang larut dalam air, sedangkan organogel memiliki komponen yang larut dalam pelarut nonaqueous
Allen dan Ansel, 2014.
F. Gelling Agent