sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam..
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan sediaan
gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam. dengan stabilitas dan sifat fisik yang baik, serta memiliki efek
farmakologis sebagai anti-inflamasi.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan gel anti-inflamasi dari ekstrak daun cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam. yang mempunyai sifat
fisik dan stabilitas yang baik.
2. Tujuan khusus
a. Menentukan perbandingan jumlah gelling agent CMC Na dan humektan
propilen glikol yang optimum pada sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik.
b. Menentukan faktor yang paling dominan antara CMC Na, propilen glikol
maupun interaksi kedua faktor yang menentukan sifat fisik sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek.
c. Mengetahui efek farmakologis sediaan gel ekstrak daun cocor bebek
sebagai anti-inflamasi.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Inflamasi
Inflamasi adalah respon biologis terhadap kerusakan sel atau jaringan yang disebabkan oleh bahan kimia atau rangsangan agen asing. Proses inflamasi
merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha menetralisir agen-agen yang berbahaya pada tempat yang mengalami kerusakan jaringan dan
untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Tanda-tanda munculnya reaksi inflamasi, yaitu:
1. Rubor kemerahan terjadi karena pembuluh darah arteriol mengalami
vasodilatasi agar suplai darah ke jaringan luka bisa menjadi lebih lancar. 2.
Kalor panas merupakan tanda-tanda inflamasi yang terjadi pada permukaan tubuh. Hal ini terjadi karena aliran darah banyak yang mengalir ke jaringan
luka pada proses inflamasi. 3.
Tumor pembengkakan disebabkan karena adanya suplai cairan maupun sel darah merah dan sel darah putih dari sirkulasi menuju jaringan interstisial
sehingga terjadi penumpukan eksudat pada jaringan luka. 4.
Dolor nyeri merupakan sinyal bahwa tubuh mengalami kerusakan jaringan. Hal ini disebabkan oleh pelepasan mediator nyeri, seperti prostaglandin,
asetilkolin, serotonin dan histamin yang akan merangsang reseptor nyeri. 5.
Functio laesa gangguan fungsi jaringan adalah dampak reaksi inflamasi berupa perubahan fungsi lokal
Nugroho, 2011.