Tanaman Cocor Bebek Flavonoid

B. Tanaman Cocor Bebek

Gambar 1. Tanaman dan daun cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam. Majaz, Tatiya, Khurshid, Nazim, dan Siraj, 2011 Tanaman cocor bebek gambar 1 merupakan tanaman hias dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae – Tumbuhan Divisio : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida – Dikotil Ordo : Rosales Famili : Crassulaceae Genus : Kalanchoe Spesies : Kalanchoe pinnata Lam. Sinonim : Bryophyllum pinnatum, Crassula pinnata, Cotyledon pinnat. Nama daerah : sosor bebek, cocor bebek Prasad, Kuma, Iyer, dan Sudani, 2012. Morfologi cocor bebek bulu berupa herba sukulen dengan tinggi 0,3 sampai 2 meter. Batang berbentuk bulat dan daun berwarna hijau buram atau hijau kebiruan. Daun berbentuk bulat telur atau agak lonjong, berukuran 20x15 cm dan daun yang kecil berukuran 5 x 2,5 cm. Lembaran daun tebal dan mengandung banyak air dan tepian daun bergerigi. Tunas-tunas muda muncul dari tepian daun cocor bebek yang disebut tunas adventif. Bunga berkelamin ganda, umumnya berbunga pada bulan Mei-Desember. Bunga berwarna merah muda dan buahnya jarang terbentuk. Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan dengan penanaman tunas muda atau stek batang Suhono dan Tim LIPI, 2010. Tanaman cocor bebek mengandung komponen aktif seperti alkaloid, triterpen, lipid, flavonoid, glikosida, bufadienolides, fenol dan asam organik. Bagian daun tanaman ini mempunyai kandungan aktif flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi Afzal dkk., 2012. Kandungan tanaman cocor bebek biasa digunakan sebagai obat untuk mematangkan bisul atau mengobati koreng. Daunnya yang ditumbuk halus juga dapat digunakan sebagai kompres untuk anggota badan yang mengalami pembengkakan Suhono dan Tim LIPI, 2010.

C. Flavonoid

Gambar 2. Struktur dasar flavonoid Khumar dan Pandey, 2013 Flavonoid adalah senyawa golongon polifenol yang secara alami hampir terdapat pada semua jenis tumbuhan. Flavonoid mempunyai dua atau lebih cincin aromatik masing-masing berikatan dengan gugus hidroksil dan heterosiklik piran. Flavonoid banyak ditemukan pada bagian buah, sayuran, herba, batang, bunga dan daun. Flavonoid di dalam tumbuhan biasanya berbentuk glikosida flavonoid Lafuente dkk.,2009. Flavonoid dapat berperan dalam aktivitas anti-inflamasi dengan beberapa mekanisme. Flavonoid bersifat antioksidatif dan mampu memodulasi aktivitas enzim yang memetabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin. Aktivitas anti-inflamasi dari senyawa flavonoid tersebut timbul karena adanya efek sinergis dengan aktivitas antioksidan Lafuente dkk.,2009. Mekanisme flavonoid dalam aktivitas anti-inflamasi adalah dengan menghambat pembentukan maupun aktivitas enzim siklooksigenase COX baik siklooksigenase 1 COX-1 maupun siklooksigenase 2 COX-2. Enzim siklooksigenase tersebut merupakan enzim yang memperantarai terbentuknya prostaglandin dari asam arakidonat yang muncul pada jaringan yang rusak. Asam arakidonat terbentuk dari fosfolipid yang diperantarai oleh enzim fosfolipase A2 yang selanjutnya akan dioksidasi menjadi prostaglandin melalui aksi enzim siklooksigenase tersebut Ferreira dkk., 2014. Inflamasi dapat terjadi karena adanya radikal bebas yang diproduksi selama proses metabolisme normal atau diinduksi faktor eksogen. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan menghambat radikal bebas dan menghambat pembentukan radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh sehingga kerusakan jaringan atau sel dapat dihambat Lafuente dkk., 2009.

D. Ekstraksi

Dokumen yang terkait

FORMULASI SEDIAAN GEL BASIS Na-CMC EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lmk.) Pers.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KELINCI Formulasi Sediaan Gel Basis Na-Cmc Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lmk.) Pers.) Sebagai Pe

0 10 16

FORMULASI SEDIAAN GEL BASIS Na-CMC EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lmk.) Pers.) SEBAGAI Formulasi Sediaan Gel Basis Na-Cmc Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lmk.) Pers.) Sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kelinci.

0 2 12

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

2 30 132

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

3 29 115

Optimasi gelling agent CMC-Na dan humetan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) : aplikasi desain faktorial.

4 21 113

Optimasi humektan propilenglikol dan Gelling Agent CMC-Na dalam sediaan cooling gel ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial.

0 2 88

Optimasi humektan propilenglikol dan Gelling Agent CMC-Na dalam sediaan cooling gel ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 86

Optimasi gelling agent cmc-na dan humektan polietilen glikol 400 dalam sediaan gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis mill.) dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 101