Berdasarkan tabel XIV, hasil validasi gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek memasuki  rentang  hasil  teoritis  yaitu  pada  viskositas  408,333  dan  daya  sebar
4,483.  Kesimpulan  yang  didapat  adalah  persamaan  yang  digunakan  untuk mendapatkan area komposisi optimum valid.
J. Uji Aktivitas Anti-inflamasi
Uji aktivitas anti-inflamasi gel ekstrak daun cocor bebek dilakukan untuk mengetahui apakah gel ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas antinflamasi
atau  tidak.  Pengujian  dilakukan  menggunakan  metode  karagenan-induced  paw yang  paling  sering  digunakan  untuk  skrining  obat  anti-inflamasi  Vogel,  2002.
Iritan  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  karagenan.  Karagenan merupakan  senyawa  iritan  yang  biasa  digunakan  untuk  menimbulkan  inflamasi
akut  yang  bersifat  lokal  dan  non  antigenik.  Kelebihan  karagenan  adalah  tidak menimbulkan  kerusakan  jaringan,  memberi  respon  yang  lebih  peka  terhadap
senyawa  antiinflamasi  dan  bersifat  lokal,  sesuai  dengan  gel  ekstrak  daun  cocor bebek  yang  mempunyai  efek  lokal  Siswanto  dan  Nurulita,  2005.  Menurut
penelitian  Di  Rosa,  Giround,  dan  Willoughbby  1971,  karagenan  menginduksi proses  inflamasi  akut  pada  tikus  melalui  3  fase  utama  yaitu  fase  1  pelepasan
histamin  dan  serotonin  pada  90  menit  pertama,  dilanjutkan  dengan  fase  2  yang diperantarai  kinin  dan  fase  terakhir  diperantarai  oleh  prostaglandin.  Kontrol
positif  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  Voltadex
®
yang  memiliki  zat aktif  sodium  diklofenak.  Sodium  diklofenak  merupakan  obat  anti-inflamasi  non
steroid  turunan  asam  fenilasetat  yang  bekerja  dengan  menghambat  enzim siklooksigenase.
Formula gel ekstrak daun cocor bebek yang digunakan pada uji aktivitas ini  adalah  gel  dengan  komposisi  CMC  Na  7,45  gram  dan  propilen  glikol  29,5
gram.  Gel  tersebut  merupakan  gel  ekstrak  daun  cocor  bebek  formula  optimum. Telapak  kaki  tikus  yang  sudah  mengalami  edema  diukur  menggunakan  jangka
sorong  digital.  Pengukuran  ini  memiliki  kelebihan  karena  penggunaannya  relatif sederhana  dan  meminimalkan  terjadinya  kesalahan  pembacaan  dibanding  jangka
sorong  biasa  serta  tidak  perlu  melakukan  pemotongan  terhadap  kaki  hewan  uji. Jangka  sorong  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  mempunyai  rentang
pengukuran 0-150 mm. Hewan  uji  dibagi  menjadi  tiga  kelompok  uji  yaitu  kelompok  kontrol
negatif, kelompok kontrol positif Voltadex
®
, dan kelompok perlakuan gel ekstrak daun  cocor  bebek  formula  optimum.  Hasil  uji  anti-inflamasi  gel  berupa  persen
penghambatan  edema  yang  didapatkan  dari  perhitungan  nilai  edema  dan  nilai AUC  Area  Under  the  Curve  yaitu  luas  daerah  di  bawah  kurva  antara  rata-rata
nilai  edema  terhadap  waktu  pengamatan.  Hasil  uji  anti-inflamasi  terlihat  pada gambar 14 dan tabel XV.
Gambar 14.  Grafik rata-rata nilai edema kaki tikus
Gambar  14  menunjukkan  bahwa  setelah  diinjeksi  suspensi  karagenan-salin  1 terjadi peningkatan nilai edema kaki tikus. Pada menit ke-180 terjadi peningkatan
edema pada kontrol negatif hingga 0,58 mm.jam, sedangkan pada kontrol positif Voltadex
®
dan gel ekstrak daun cocor bebek terjadi peningkatan edema yang lebih kecil  yaitu  0,21  mm.jam  dan  0,33  mm.jam.  Adanya  penghambatan  edema  kaki
tikus  merupakan  salah  satu  parameter  yang  menunjukkan  adanya  efek  anti- inflamasi.
Tabel XV. Data rata-rata AUC dan persen penghambatan edema
Perlakuan AUC
mm.jam Persen
penghambatan edema
Kontrol negatif 1, 213
Kontrol positif Voltadex
®
0,413 65,934
Gel ekstrak daun cocor bebek 0,649
46,497 Tabel  XV menunjukkan  bahwa kontrol positif Voltadex
®
memiliki nilai AUC  paling  kecil,  gel  ekstrak  daun  cocor  bebek  memiliki  AUC  lebih  besar
dibanding  kontrol  positif,  dan  kontrol  negatif  memiliki  nilai  AUC  yang  paling besar. Semakin kecil nilai AUC maka efek anti-inflamasi yang dihasilkan semakin
besar.  Nilai  AUC  kontrol  positif  Voltadex
®
dan  gel  ekstrak  daun  cocor  bebek dibandingkan  dengan  nilai  AUC  kontrol  negatif  maka  dapat  dihitung  persen
penghambatan edema. Persen penghambatan edema gel ekstrak daun cocor bebek 46,497,  nilai  tersebut  menunjukkan  bahwa  gel  ekstrak  daun  cocor  bebek
memiliki aktivitas anti-inflamasi. Nilai  persen  penghambatan  edema  diuji  statistik  menggunakan  uji  t-
independen antara kontrol positif Voltadex
®
dan gel ekstrak daun cocor bebek dan didapatkan p-value 0,0286. Nilai p-value tersebut menunjukkan bahwa gel ekstrak
daun cocor bebek memiliki persen penghambatan edema yang berbeda bermakna dibandingkan  dengan  gel  Voltadex
®
,  dikarenakan  gel  Voltadex
®
merupakan  zat aktif senyawa tunggal hasil sintesis.
Kesimpulan  yang  didapatkan  adalah  gel  ekstrak  daun  cocor  bebek memiliki  aktivitas  anti-inflamasi,  namun  nilai  persen  penghambatan  edemanya
berbeda signifikan dengan kontrol positif Voltadex
®
.
58
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Perbandingan  jumlah  gelling  agent  CMC  Na  dan  humektan  propilen  glikol
yang  optimum  dapat  diperoleh  pada  sediaan  gel  anti-inflamasi  ekstrak  daun cocor bebek yang memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik.
2. Faktor  CMC  Na  merupakan  faktor  yang  paling  dominan  dalam  menentukan
sifat fisik sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek. 3.
Gel  ekstrak  daun  cocor  bebek  memberikan  efek  farmakologis  sebagai  anti- inflamasi dengan persen penghambatan edema 46,497.
B. Saran
1. Uji  extrudability  terhadap  gel  anti-inflamasi  ekstrak  daun  cocor  bebek  perlu
dilakukan. 2.
Optimasi  terhadap  kecepatan  putar  dan  lama  pencampuran  untuk  membuat sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek yang memenuhi parameter
sifat fisik dan stabilitas fisik perlu dilakukan. 3.
Uji  pelepasan  zat  aktif  secara  in  vitro  perlu  dilakukan  untuk  mengetahui kemampuan pelepasan senyawa aktif sediaan gel ekstrak daun cocor bebek.