Pembuatan ekstrak daun cocor bebek

ekstraksi akan berjalan lebih efisien. Namun jika tingkat penghalusan simplisia terlalu tinggi dapat menyebabkan serbuk simplisia susah dipisahkan dari cairan pengekstraksi dan ekstraksi pun akan berjalan tidak optimal. Serbuk tersebut kemudian diayak dengan ayakan mesh 40 untuk membuat ukuran partikel menjadi seragam. Serbuk simplisia daun cocor bebek langsung digunakan untuk proses selanjutnya untuk meminimalkan terjadinya peningkatan kadar air selama penyimpanan.

2. Pembuatan ekstrak daun cocor bebek

Ekstrak daun cocor bebek diperoleh melalui ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan cara merendam serbuk simplisia ke dalam cairan pengekstraksi dengan penggojokan selama proses ekstraksi. Metode maserasi dipilih karena penggunaannya mudah, sederhana, dan sesuai untuk jaringan tumbuhan lunak. Prinsip metode maserasi seperti prinsip difusi yaitu masuknya sejumlah cairan pengekstraksi ke dalam ekstrak sehingga kandungan dari dalam ekstrak akan terdesak ke luar hingga mencapai titik keseimbangan. Saat cairan pengekstraksi kontak dengan serbuk simplisia, sel-sel yang rusak akibat proses penyerbukan langsung bersentuhan dengan cairan pengekstrak sehingga komponen sel akan mudah keluar dari bahan simplisia. Proses selanjutnya cairan pengekstraksi harus mampu menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel untuk melarutkan komponen sel yang tidak rusak atau terluka. Cairan pengekstraksi yang masuk ke dalam rongga sel menyebabkan komponen sel terlarut dan terdesak keluar sel karena adanya perbedaan konsentrasi. Komponen sel akan terus terdesak dari dalam sel hingga mencapai keseimbangan yaitu pada saat konsentrasi komponen sel di dalam dan di luar sel sama besar Voigt, 1995. Komponen dari daun cocor bebek yang ingin diekstraksi adalah flavonoid. Ekstraksi dilakukan dengan menimbang 200 gram serbuk daun cocor bebek kemudian dilarutkan dalam 500 ml etanol 70 selama 48 jam dengan penggojokan terus menerus selama ekstraksi. Penggojogan tersebut dilakukan agar terjadi kontak secara keseluruhan antara cairan pengekstraksi dengan serbuk simplisia sehingga proses keseimbangan lebih cepat tercapai. Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan kertas saring dan corong Buchner dengan bantuan pompa vakum untuk mempercepat proses penyaringan. Bagian serbuk sisa penyaringan kemudian dimaserasi kembali menggunakan 500 ml etanol 70 selama 48 jam untuk memaksimalkan keluarnya kandungan flavonoid dari serbuk simplisia daun cocor bebek. Filtrat hasil maserasi pertama dan kedua dicampur kemudian diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator dengan suhu 55 o C untuk menguapkan fase etanol kemudian menguapkan fase air dengan waterbath pada suhu 70 o C selama 3 jam dengan pengadukan selama 30 menit sekali. Hasil ekstraksi daun cocor bebek yang didapatkan berwarna hijau tua dengan konsistensi cairan yang mudah mengalir agar dapat bercampur dengan basis gel yang dibuat. Persen yield ekstrak etanol daun cocor bebek yang didapatkan sebanyak 8 . Menurut Voigt 1995, cairan pengekstraksi etanol dapat menghambat kerja enzim sehingga dapat meminimalkan terjadinya reaksi enzimatik, etanol 70 juga efektif digunakan sebagai cairan pengekstraksi karena mampu mengambil komponen aktif secara optimal dan lebih selektif dalam mengekstraksi komponen di dalam bahan simplisia.

3. Uji kuantitatif kandungan esktrak daun cocor bebek

Dokumen yang terkait

FORMULASI SEDIAAN GEL BASIS Na-CMC EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lmk.) Pers.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KELINCI Formulasi Sediaan Gel Basis Na-Cmc Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lmk.) Pers.) Sebagai Pe

0 10 16

FORMULASI SEDIAAN GEL BASIS Na-CMC EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lmk.) Pers.) SEBAGAI Formulasi Sediaan Gel Basis Na-Cmc Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lmk.) Pers.) Sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kelinci.

0 2 12

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

2 30 132

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

3 29 115

Optimasi gelling agent CMC-Na dan humetan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) : aplikasi desain faktorial.

4 21 113

Optimasi humektan propilenglikol dan Gelling Agent CMC-Na dalam sediaan cooling gel ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial.

0 2 88

Optimasi humektan propilenglikol dan Gelling Agent CMC-Na dalam sediaan cooling gel ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 86

Optimasi gelling agent cmc-na dan humektan polietilen glikol 400 dalam sediaan gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis mill.) dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 101