teoritis penting untuk diagnosis serologis penyakit infeksi akut, karena antigen yang diharapkan muncul pada infeksi pertama Judarwanto, 2012.
e. Mikrobiologi
Uji kultur merupakan standar baku untuk pemeriksaan demam tifoid. Apabila hasil biakan positif maka diagnosis pasti untuk demam tifoid. Apabila
hasilnya negatif, maka belum tentu bukan demam tifoid, karena hasil negatif palsu dapat terjadi dan disebabkan oleh beberapa faktor seperti jumlah darah
sample yang terlalu sedikit, adanya kesalahan pada saat tahap preparasi, sudah mendapat terapi antibiotika, atau sudah mendapat vaksinasi demam tifoid
sebelumnya WHO, 2003.
6. Penatalaksanaan
Tata laksana pengobatan demam tifoid antara lain adalah dengan penggunaan antibiotika. Antibiotika yang biasa diberikan antara lain adalah
kloramfenikol, amoksisilin, ampisilin serta golongan sefalosporin generasi ketiga seperti Cefixime, Cefotaxime, dan Ceftriaxone Shah et al., 2006.
Kloramfenikol merupakan salah satu obat pilihan utama dalam pengobatan demam tifoid. Kloramfenikol biasanya diberikan secara oral kepada pasien,
namun tidak menutup kemungkinan juga apabila kloramfenikol diberikan melalui saluran intravena dengan tujuan untuk mempercepat kerja obat apabila pasien
sudah benar-benar membutuhkan pertolongan. Kloramfenikol mempunyai ketersediaan biologik sebesar 80 pada pemberian intravena. Waktu paruh
plasmanya 3 jam pada bayi baru lahir dan bila terjadi sirosis hepatik diperpanjang sampai dengan 6 jam. Pada anak berusia 6-12 tahun diberikan dosis sebesar 40-50
mgkgBBhari, sedangkan pada anak berumur 1-3 tahun membutuhkan dosis sebesar 50-100 mgkgBBhari. Bila diberikan secara intravena, kloramfenikol
dapat diberikan sebesar 50-80 mgkgBBhari pada anak berusia 7-12 tahun, dan 50-100 mgkgBBhari pada anak berusia 2-6 tahun Lacy et al., 2006.
Ampisilin dan amoksisilin memiliki kemampuan menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Obat ini mempunyai
ketersediaan biologik sebesar 60 dan waktu paruh plasma 1,5 jam pada bayi baru lahir: 3,5 jam. Dosis yang dianjurkan diberikan pada anak adalah 100-200
mgkgBBhari Lacy et al., 2006. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO,menyebutkan antibiotika lain yang
dapat digunakan untuk pengobatan demam tifoid selain kloramfenikol dan amoksisilin adalah antibiotika golongan fluorokuinolon dan sefalosporin generasi
ketiga. Antibiotika golongan fluorokuinolon yang dapat digunakan dalam pengobatan demam tifoid contohnya yaitu ofloxacin dan ciprofloxacin dengan
dosis dan frekuensi pemberian 15 mgkgBB per 12 jam. Antibiotika golongan fluorokuinolon diketahui memiliki kekuatan penetrasi dinding sel bakteri lebih
besar dibandingkan dengan antibiotika pendahulunya seperti kloramfenikol, ampicillin dan amoxicillin. Namun pada prakteknya, penggunaan antibiotika
golongan kuinolon tidak dianjurkan pada anak-anak karena dapat menyebabkan toksisitas pada tulang yang berakibat terhambatnya pertumbuhan anak
Shah et al., 2006. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Baker et al., 2009 juga menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika golongan kuinolon pada anak
usia 18 tahun dapat meningkatkan terjadinya ruptur tendon.
Antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga yang dapat menjadi pilihan untuk pengobatan demam tifoid antara lain cefixime, cefotaxime, dan
ceftriaxone. Cefixime bisa dijadikan sebagai pilihan pertama pengobatan demam tifoid. Cefixime memiliki ketersediaan biologik sebesar 40-50, waktu paruh
eleminasi 3-4 jam, serta membutuhkan waktu sekitar 2-6 jam untuk mencapai konsentrasi maksimum. Dosis yang biasa digunakan pada anak-anak adalah 15-20
mgkgBBhari selama 10-14 hari Lacy et al., 2006. Cefotaxime dan ceftriaxone merupakan alternatif antibiotika yang dapat
digunakan untuk pengobatan demam tifoid yang disertai dengan beberapa komplikasi penyakit penyerta lain. Cefotaxime dan ceftriaxone digunakan sebagai
pilihan pertama apabila ditemukan adanya riwayat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotika golongan kuinolon. Dosis Cefotaxime untuk anak berumur
lebih dari 12 tahun adalah 1-2 gram setiap 4-12 jam dan untuk anak berumur kurang dari 12 tahun dengan berat badan kurang dari 50 kg adalah 50-200
mgkgBBhari. Dosis ceftriaxone untuk anak-anak adalah 50-100 mgkgBBhari dengan interval 1-2 kali perharinya dengan dosis maksimum perhari 4 gram Lacy
et al ., 2006. WHO, 2003.
Tabel I. Terapi yang direkomendasikan WHO untuk demam tifoid
Selain dengan terapi antibiotik, terapi lain juga perlu dilakukan pada pengobatan demam tifoid, antara lain seperti pemberian oral atau intravena cairan
tubuh, pemberian antipiretik, serta asupan nutrisi yang cukup kedalam tubuh WHO, 2003.
B. Antibiotika 1. Definisi