femoralis. Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan
berlangsung dalam waktu yang pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer, tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi
primer tersebut. Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati dapat mengakibatkan timbulnya relaps Brusch, 2010.
5. Diagnosis
Penegakan diagnosis harus dilakukan sedini mungkin agar bisa diberikan terapi yang tepat serta meminimalkan terjadinya komplikasi. Penegakan diagnosis
demam tifoid ini masih kurang lengkap apabila belum ditunjang dengan hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium secara konvensional dapat
dilakukan melalui identifikasi adanya antigen antibodi sample darah dan melalui kultur mikroorganisme. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
meliputi pemeriksaan hematologi, urinalisis, kimia klinik, imunoserologi, dan mikrobiologi Brusch, 2010.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis demam tifoid, antara lain:
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat menurun atau tetap normal apabila terjadi pendarahan diusus atau perforasi. Jumlah leukosit sering rendah leukopenia
tetapi dapat juga normal atau tinggi, sedangkan jumlah trombosit sering menurun atau tetap normal Brusch, 2010.
b. Urinalisis
Adanya protein didalam urin bervariasi dari negatif sampai positif akibat demam. Jumlah eritrosit dan leukosit normal, apabila terjadi peningkatan,
dimungkinkan akibat adanya pendarahan Brusch, 2010. c.
Kimia Klinik Enzim hati SGPT dan SGOT akan meningkat sebagai gambaran adanya
komplikasi pada fungsi hati mulai dari peradangan hingga hepatitis akut Brusch, 2010.
d. Imunoserologi
Pemeriksaan serologi Widal ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella thypii parathypii reagen.
Uji ini merupakan tes kuno yang masih amat populer dan paling sering digunakan terutama di negara dimana penyakit ini endemis seperti di
Indonesia. Sebagai uji cepat rapid test hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi, karena itulah antibodi jenis ini
dikenal sebagai febrile agglutinin Brusch, 2010. Reaksi Widal adalah suatu reaksi pengendapan antara antigen dan antibodi
aglutinin. Aglutinin yang spesifik terdapat pada serum penderita penyakit demam tifoid. Reaksi Widal bertujuan untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum
penderita yang
disangka menderita
demam tifoid
Jurwanto, 2009. Hasil uji Widal dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat
memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat
disebabkan oleh faktor-faktor seperti pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain Enterobacteriaciae sp., reaksi amnestik pernah
sakit, dan adanya faktor rheumatoid RF. Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena beberapa faktor, antara lain penderita sudah
mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit
imunologik lain Sherwal et al, 2004. Selain menggunakan Uji Widal, dapat dilakukan pula pemeriksaan anti
Salmonella typhi Imunoglobulin M IgM dengan reagen TubexRTF sebagai
solusi pemeriksaan yang cukup sensitif, spesifik, praktis untuk mendeteksi penyebab demam akibat infeksi bakteri Salmonella typhi Pemeriksaan anti
Salmonella typhi IgM dengan reagen TubexRTF ini dilakukan untuk
mendeteksi antibody terhadap antigen lipopolisakarida O9 yang sangat spesifik terhadap bakteri Salmonella typhi.
Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena
hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit Judarwanto, 2012.
Tubex, mendeteksi kemampuan antibodi anti-Salmonella O9 dari serum pasien dengan cara menghambat ikatan antara indikator antibodi-partikel dan
magnetik antigen-partikel. Tes ini juga spesifik untuk mendeteksi antigen Salmonella O9 lipopolisakarida grup D dalam larutan dan memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi organisme Salmonella grup D secara langsung dari koloni agar atau kultur darah. Hal tersebut membuat Tubex
menjadi tes yang unik. Kemampuannya mendeteksi antibodi dan antigen secara
teoritis penting untuk diagnosis serologis penyakit infeksi akut, karena antigen yang diharapkan muncul pada infeksi pertama Judarwanto, 2012.
e. Mikrobiologi
Uji kultur merupakan standar baku untuk pemeriksaan demam tifoid. Apabila hasil biakan positif maka diagnosis pasti untuk demam tifoid. Apabila
hasilnya negatif, maka belum tentu bukan demam tifoid, karena hasil negatif palsu dapat terjadi dan disebabkan oleh beberapa faktor seperti jumlah darah
sample yang terlalu sedikit, adanya kesalahan pada saat tahap preparasi, sudah mendapat terapi antibiotika, atau sudah mendapat vaksinasi demam tifoid
sebelumnya WHO, 2003.
6. Penatalaksanaan