TABEL VI. Jenis DRPs Penggunaan Antibiotika Pasien Demam Tifoid Kelompok Pediatrik di RS. Emanuel Purwareja Klampok Pada Tahun 2013
No Jenis DRPs
Nomor Kasus Di Lampiran
Jumlah DRPs
n=36
1 Terapi tanpa indikasi
unecessary drug therapy 06, 09, 30
3
2 Dosis terlalu rendah dosage too
low 01, 02, 03, 04, 05, 07. 08, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 31, 32 29
3 Dosis terlalu tinggi dosage too
high 10, 16, 19, 27
4
1. Terapi tanpa indikasi unecessary drug therapy
Penyebab kategori DRPs jenis ini antara lain terapi yang diperoleh sudah tidak sesuai, menggunakan terapi polifarmasi atau kombinasi yang seharusnya
bisa menggunakan terapi tunggal, kondisi yang seharusnya mendapat terapi non farmakologi, terapi efek samping yang dapat diganti dengan obat lain, dan
penyalahgunaan obat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 3 kasus DRPs kategori terapi tanpa indikasi yang disebabkan oleh penggunaan terapi kombinasi
yang seharusnya masih bisa menggunakan terapi tunggal, yaitu pada kasus nomor 06, 09, dan 30.
Penggunaan kombinasi antibiotika memiliki tujuan-tujuan tertentu, seperti mencegah resistensi bakteri terhadap antibiotika yang sifatnya mendadak,
mendapatkan manfaat dari dua atau lebih antibiotika yang mekanisme kerjanya saling bersinergi, menangani kemungkinan adanya infeksi yang disebabkan oleh
lebih dari satu jenis bakteri, memperluas spektrum aktivitas kerjanya dalam membunuh bakteri, dan digunakan untuk menangani suatu kasus infeksi yang
berat Murray et al., 2009. Penggunaan kombinasi antibiotika pada kasus-kasus yang ditemukan pada penelitian ini antara lain kombinasi ceftriaxone dengan
cefixime, dan cefixime yang digantikan dengan cefotaxime. Kombinasi ceftriaxone dan cefixime kurang tepat, karena ditinjau dari bakteri penyebab
demam tifoid, yaitu Salmonella thypi, kombinasi antibiotika umumnya digunakan untuk menangani infeksi berat yang disebabkan oleh lebih dari satu jenis bakteri
polimikroba dengan memanfaatkan efek sinergisme yang saling menunjang efektivitasnya satu sama lain, sedangkan pada kasus-kasus hasil penelitian ini
pasien dinyatakan hanya terdiagnosa demam tifoid dan tidak disertai penyakit lain yang kemungkinan disebabkan oleh kuman atau bakteri lainnya selain Salmonella
thypi , sehingga dalam penanganannya cukup diberikan terapi tunggal antibiotika.
Hasil penelitian ini menunjukkan efek dari pemberian kombinasi antibiotika yang tidak tepat karena seharusnya masih dapat menggunakan terapi
tunggal tidak tampak pada pasien karena pada catatan keperawatan di lembar rekam medik pasien ditunjukkan bahwa pasien-pasien tersebut tidak
mengutarakan keluhan yang berkaitan dengan terapi tanpa indikasi unecessary drug therapy
, dan pasien juga keluar rumah sakit atau pulang rumah dengan status sembuh dan diizinkan oleh dokter. Sehingga dapat dikatakan bahwa DRPs
yang terjadi pada kasus-kasus terkait dosis yang terlalu rendah tersebut merupakan DRPs potensial.
2. Dosis terlalu rendah dosage too low