64
tersebuat juga harus melampirkan rekening koran selama 3 bulan terakhir atau melampirkan laporan keuangan 2 tahun terakhir. Hal
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kelancaran aktivitas dan kelancaran
keuangan perusahaan
tersebut, sehingga
dapat meyakinkan pihak BMT untuk memberikan pembiayaannya.
e. Condition Condition adalah analisis terhadap kondisi perekonomian,
pihak kreditur harus mempertimbangkan sektor usaha calon debitur dikaitkan dengan kondisi ekonomi.
Kelayakan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya akan dilihat dari hasil survey, wawancara, dan lainnya setelah itu maka
akan diadakan rapat oleh komite jika BMT menyatakan hasil survey, wawancara dan yang lainnya bagus maka pembiayaan akan dilaksanakan.
Namun jika hasil survey, wawancara dan yang lainnya tidak bagus maka BMT Usaha Mulya berhak menolak pengajuan pembiayaan tersebut dan
memberitahu kepada anggotanasabah tentang penolakan tanpa harus menjelaskan alasan penolakan.
6. Keputusan pembiayaan Keputusan
pembiayaan adalah
untuk menentukan
apakah pembiayaan layak untuk diberikan pembiayaan atau tidak,
jika layak maka calon nasabah akan dihubungi. Dan penanda tanganan akad, dan
persiapan administrasi oleh BMT keputusan pembiayaan akan mencakup:
65
akad pembiayaan yang akan ditandatangani, jumlah uang yang akan dicairkan, jangka waktu pembiayaan, dan biaya-biaya lainnya.
Syarat Modal a. Modal musyarakah adalah modal yang dikeluarkan untuk membiayaai
modal kerja nasabah sesuai analisa dan kebutuhan modal kerja. b. Modal musyarakah harus digunakan sesuai dengan tujuan penggunaan
pembiayaan yang diajukan. 7. Perhitungan bagi hasil
Nisbah bagi hasil ditetapkan melalui negoisasi antara pihak BMT dengan nasabah. Negosiasi ini akan timbul kesepakatan antara BMT dan
nasabah dalam berbagi keuntungan dan kerugian. Besarnya usaha yang diperoleh baik nasabah maupun pihak BMT amat tergantung pada nisbah
yang disetujui pada awal akad. Dalam hal ini para ulama fiqh membuat kaidah bahwa keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan perbandingan
presentase jumlah modalnya. Metode perhitungan bagi hasil dalam pembiayan musyarakah pada
BMT Usaha Mulya berlandaskan pada teori profit sharing Adapun cara perhitungan pembiayaan musyarakah pada BMT Usaha Mulya adalah
sebagai berikut : Contoh perhitungan bagi hasil
Linda seorang pengusaha kayu ia memerlukan modal Rp. 35.000.000 namun linda hannya mempunyai modal Rp.17.500.000 dan ia
memperoleh pembiayaan dari BMT Usaha Mulya sebesar Rp. 17.500.000
66
untuk membiayai usaha jual beli kayu dengan kesepakatan 50 : 50 keuntungan yang di dapat pada bulan pertama sebesar
Rp. 1.968.500 setelah dikuragi biaya-biaya satu bulan sebesar Rp.357.000 menjadi Rp.
1.661.500. Diketahui :
Dana dari BMT Usaha mulya Rp. 17.500.000 Laba bersih Rp. 1.611.500 bulan ke 1
Nisbah bagi hasil 50 : 50 Jangka waktu pengembalian 4 bulan
Jawab : Rp 1.661.500 : 2 = Rp. 805.750 Maka jumlah yang harus diberikan ke BMT Usaha Mulya bulan ke 1
sebesar Rp. 805.750 sedangkan pokok pinjamannya bisa dibayar sekaligus pada saat jatuh tempo atau setiap bulan sesuai dengan keinginan mudharib
untuk bulan selanjutnya yang harus diserahkan ke BMT usaha Mulya tidak selalu sama karena keuntungan yang didapatkan dari usaha tersebut tidak
selalu sama. 8. Pembayaran Angsuran
a. Keuntungan dari pengembangan dana musyarakah dibagikan kepada BMT dan nasabah sesuai nisbah porsi bagi hasil yang disepakati.
b. Pembayaran angsuran
oleh nasabah
dilakukan dengan
cara pengembalian modal dan bagi hasil secara bulanan sampai masa
pembiayaan berakhir.
67
9. Pemutusan Kontrak kerja Pembiayaan
Musyarakah dapat
dihentikan sebelum
jangka waktunya apabila:
a. Nasabah terbukti melanggar hal-hal yang telah disepakati dalam kontrak.
b. Nasabah dan BMT sepakat untuk mengakhiri kontrak. c. Salah satu pihak meninggal dunia.
d. Terjadinya kecenderungan penurunan usaha terus menerus. 10. Akad Pembiayaan
Akad pembiayaan sah jika ada ijab penyertaan harta dari pemilik modal dan qabul yang menerima modal. Para ulama bersepakat bahwa
akad musyarakah tidak wajib sebelum pihak pelaksana memulai usahanya, karena pemilik modal dan pelaksana bisa membatalkannya, dengan alasan
jika itu dibatalkan setelah beroperasi akan membawa mudharat
keburukan baik penerima modal maupun menerima modal.
C. Persyaratan Pengajuan Pembiayaan Musyarakah
1. Persyaratan mengajukan permohonan pembiayaan yaitu: Usaha telah berjalan minimal 1 tahun, radius lokasinya di jakarta
selatan, dan mengisi formulir Aplikasi dengan melampirkan: a. Foto copy KTP Suami Istri
b. Foto copy Kartu Keluarga c. Surat keterangan domisili dari RT setempat
68
d. Foto copy berkas jaminan BPKB, Sertifikat+SPPT, SK PNS untuk pembiayaan Rp. 1.500.000.- dan lembaga
e. Foto copy akta pendirianperubahan, SIUP TDP, NPWP Domosili usaha untuk pembiayaan perusahaanlembaga
f. Melampirkan Rekening koran 3 bulam terakhir lembaga g. Melapirkan laporan Keuangan 2 tahun terakhir lembaga
2. Dokumen-dokumen yang harus di lengkapi : Setelah persyaratan dan dokumen-dokumen yang diminta sudah
lengkap dan BMT menyetujui pembiayaan maka proses pembiayaan sekitar beberapa hari setelah pengajuan.
Dalam beberapa produk pembiayan di BMT Usaha Mulya melakukan standar minimal dan maksimal pengajuan pembiayaan, namun
tidak dengan pembiayaan musyarakah pemberian pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan dana nasabah dan ketentuan minimal dan maksimal
disesuaikan dengan kebijakan masing-masing Bank dan BMT.
D. Data Dana Pembiayaan Yang di Salurkan BMT Usaha Mulya
BMT Usaha Mulya Data Pembiayaan
No Tahun
Pembiayaan Rp 1
2008 2.480.380.000
2 2009
3.696.415.000 3
2010 3.224.365.000
4 2011
3.977.450.000 5
2012 4.638.800.000
69
Dari data diatas menunjukkan bahwa pembiayaan pada BMT usaha Mulya
tahun 2008 berjumlah Rp. 2. 480.380.000 pada tahun 2009 menjadi Rp 3.696.415.000 maka pada tahun tersebut pembiayaan pada
BMT Usaha
Mulya mengalami
peningkatan yaitu
sebesar Rp
1.215.765.000, sedangkan dari tahun 2009 dengan 2010 pembiayaan
menalami penurunan sebesar Rp 470.250.000, sedangkan dari tahun 2010 dengan 2011 pembiayaan
BMT mengalami kenaikan sebesar Rp 753.085.000, dan dari tahun 2011 dengan tahun 2012 pembiayaan BMT
mengalami kenaikan sebesar Rp 839 350 000.
E. Strategi Pemasaran BMT Usaha Mulya
Pembiayaan Musyarakah pada BMT Usaha Mulya saat ini belum berkembang dari segi nasabahnya. Adanya jenis pembiayaan lain yang ada di
BMT Usaha Mulya seperti murabahah yang lebih dulu ada menyebabkan masih identiknya pembiayaan murabahah. Selain itu jenis pembiayaan
musyarakah di BMT Usaha Mulya ini belum maksimal pemasarannya di masyarakat.
Strategi pemasaran adalah suatu cara untuk memperkenalkan atau memasarkan produk dari suatu lembaga. Pemasaran produk dapat melalui
selebaran brosur atau ikalan di media cetak atau elektronik. BMT Usaha Mulya
memasarkan produk
pembiayaannya termasuk
musyarakah menggunakan media elektronik dan media cetak. Media elektronik yang
diguanakan BMT Usaha Mulya berupa blog di internet dengan alamat
70
bmtusahamulya.blogspot.com. media cetak berupa brosur, Selain itu pemasaran melalui informasi dari nasabah lain.
Nasabah pembiayaan musyarakah pada BMT Usaha Mulya sekarang ini sudah mencakup wilayah Depok dan Jakarta Selatan. Pemantauan usaha
yang dilakukan menjadi alasan mengapa wilayahnya baru mencapai wilayah tersebut. Umur bidang pembiayaan musyarakah pada BMT Usaha mulya
yang baru, juga menjadi alasan kenapa baru mencakup wilayah Depok dan Jakarta selatan.
F. Analisis Kesesuaian Pembiayaan Musyarakah pada BMT Usaha Mulya Dengan Fatwa
DSN No.08DSN-MUIIV2000 Tentang Pembiayaan
Musyarakah
Fatwa tentang pembiayaan musyarakah No: 08DSN-MUIIV2000 memiliki ketentuan tentang pembiayaan tersebut. Ketentuan tersebut adalah
pernyataan ijab qobul, kecakapan hukum pihak-pihak yang berkontrak, obyek akad modal, kerja, keuntungan, kerugian dan biaya operasional. BMT
Usaha Mulya berdasarkan fatwa MUI tersebut telah memenuhi ketentuan yang difatwakan tersebut. Ijab qobul yang dilakukan BMT Usaha Mulya
terlebih dahulu dilakukan penawaran dan kemudian hasil dari penawaran terhadap kontrak pembiayaan tersebut yang telah disetujui akan dilanjutkan
dengan akad kontrak pembiayaan yang tertulis. BMT Usaha Mulya memberikan modal pembiaayan musyarakah
berupa uang tunai atau aset yang senilai dengan uang pada nasabah yang berkontrak pada BMT tersebut. BMT Usaha Mulya meminta jaminan pada
71
nasabah dalam memenuhi persyaratan sebagai nasabah pembiayaan
musyarakah. Keuntungan dan kerugian dari suatu usaha yang telah disepakati pihak nasabah dan BMT Usaha Mulya
dibagi dan ditanggung bersama. Apabila terjadi kerugian pada usaha yang telah disepakati dan dikelola terjadi
karena kelalaian pihak nasabah, maka kerugian ditanggung oleh pihak nasabah dan apabila tidak bisa melunasi kerugian tersebut maka akan
dimusyawarahkan kembali. Biaya operasional tergantung pada kontrak yang disepakati, apabila berupa uang, biaya operasional menjadi beban bersama
dan apabila berupa aset, maka beban operasional menjadi tanggung jawab nasabah.
BMT Usaha Mulya hanya memberikan bantuan pembiaayan tanpa harus berpartisipasi dalam kerja atau operasional suatu usaha yang dijalankan
nasabahnya. Dari penjelasan tersebut maka BMT Usaha Mulya telah memenuhi kaidah yang terdapat pada fatwah DSN No. 08DSN –
MUIIV2000.