Landasan Hukum Musyarakah Pembiayaan Musyarakah 1. Pengertian Musyarakah

36 Adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak shahibul mal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Dalam semua bentuk syirkah tersebut, kecuali syirkah mudharabah berlaku jika usaha bisnis untung maka pembagian keuntungannya didasarkan menurut nisbah bagi hasil yang telah disepakati oleh pihak- pihak yang berakad. Dan bila bisnis rugi maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu akibat kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

4. Manfaat Pembiayaan Musyarakah

a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. b. Bank tidak berkewajiban dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaika dengan pendapatan usaha Bank, sehingga Bank tidak akan mengalami negative spead. c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flowarus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. d. Bank akan selektif dan berhati-hati prodent mencari usaha yang benar- benar halal, aman, menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi maka itulah yang dibagikan. 37 e. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prisip bunga tetap, dimana bank akan menagih penerimaan pembiayan nasabah satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. 22

5. Rukun dan Syarat Musyarakah

Dalam ajaran islam untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan rukun dan syarat dari suatu akad. Para ulama dan praktisi perbankan telah menjabarkan rukun musyarakah sebagai berikut. 23 a. Bentuk shighat penawaran dan penerimaan ijab qabul b. Pihak yang berkontrak c. Objek kesepakatan modal dan kerja Adapun syarat musyarakah yaitu : a. Baik pemilik modal maupun keduanya cakap hukum b. Modal harus tunai, dalam jumlah yang dapat dihitungterukur c. Porsi sebagian keuntungan disepakati bersama

6. Sebab Berakhirnya Musyarakah

Ada beberapa hal yang menyebabkan berakhirnya suatu akad musyarakah. Menurut ulama fiqh hal-hal yang dapat membatalkan atau menunjukkan berakhirnya akad musyarakah, ada yang bersifat umum 22 Muhammad Syafe‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori Praktik Jakarta : Gema Insani Press, 2003 h. 93 23 Tim Pengembangan perbankan Syariah. Institut Bankir Indonesia, Konsep, Implementasi, Operasional Bank Syariah Jakarta: Djambatab, 2003, h.181. 38 general dan sebab-sebab yang bersifat khusus spesifik. Adapun hal-hal yang bersifat umum, yaitu: a. Salah satu pihak membatalkan atau mengundurkan diri, meskipun tanpa persetujuan yang lainnya. b. Salah satu pihak kehilangan kecakapannya bertindak hukum dalam mengelola harta, seperti orang gila. c. Salah satu orang meninggal dunia, tetapi jika salah satu anggota musyarakah lebih dari dua yang batal hannya yang meninggal dunia saja. d. Orang yang jatuh bangkrut akibat tidak berkuasanya lagi atas harta yang menjadi saham musyarakah. e. Salah satu pihak berada dibawah pengampunan. Kemudian ulam fiqh juga mengumumkan hal-hal yang bersifat khusus yang membuat berakhirnya akad perserikatan, jika dilihat dan dibentuknya perserikatan yang dilakukan, sebagai berikut: 24 a. Syirkah Al –Amwal, akad ini perserikatan ini dianggap halal apabila semua atau sebagian modal perserikatan hilang, karena objek dalam perserikatan ini adalah harta. Maka dengan hilangnya harta berarti perserikannya juga berakhir. b. Syirkah Al- muwafadhah, perserikatan ini dinyatakan batal apabila modal masing-masing pihak tidak sama kuantitasnya, karena al- muawafadhah itu sendiri berarti persamaan, baik dalam modal, kerja, 24 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat, Jakarta : PT. Radar Jaya Pratama, 2000 h. 175