126
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan. Meskipun demikian
angka kurang zat besi di masyarakat terutama pada kelompok rentan masalah gizi seperti bayi, balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil, dan menyusui, serta usia lanjut
masih tetap menjadi masalah.Kebutuhan zat besi pada remaja juga megalami peningkatan kebutuhan yang cukup besar selama pubertas, pada remaja putri, awal
menstruasi memberikan beban ganda. Dimana remaja putri membutuhkan lebih banyak zat besi untuk menggantikan zat besi yang hilang bersama darah haid. Prinsip
dasar dalam pencegahan anemia karena defisiensi zat besi adalah memastikan konsumsi zat besi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan meningkatkan
kandungan serta biovailabilitas ketersediaan hayati zat besi dalam makanan.
6.3.1 Hubungan Pengetahuan Siswi dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan
Pada variabel pengetahuan dalam penelitian ini dilihat dari semua jawaban soal-soal pengetahuan tentang anemia yang berjumlah 30 pertanyaan. Semua jawaban
yang benar dikategorikan menjadi skor yang tinggi jika jawaban lebih atau sama dengan nilai median ≥18 soal, dan rendah jika kurang dari nilai median atau 18
soal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan baik 51,2, lebih banyak daripada responden yang memiliki
pengetahuan kurang 48,8. Hasil penelitian menunjukkan besarnya presentase pengetahuan baik pada siswi MTs, hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian
Farida 2007 yang menyatakan bahwa sebagian siswi yang memiliki pengetahuan baik sebesar 82,2.
127
Pada penelitian ini, variabel pengetahuan bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa mengenai pengertian anemia, dimana siswa mendengar informasi
mengenai anemia, dimana siswa mendapat penyuluhan anemia jika siswi pernah mengikuti penyuluhan, gejala anemia, penyebab anemia, cara pemeriksaan anemia,
kadar hemoglobin normal, dampak anemia, penanggulangan anemia, makanan sumber zat besi serta makanan yang membantu dan menghambat penyerapan zat besi.
Berdasarkan hasil penelitian, semua siswi 100 pernah mendengar kata anemia dan mengetahui pengertian anemia dari saudarakeluargateman, petugas
kesehatan, pelajaran sekolah, berbagai mediamassa koran, majalah, radio, TV dan sebagainya. Sebagian besar siswi mengetahui pengertian anemia berasal dari
pelajaran sekolah, namun belum dijelaskan secara mendalam sebanyak 64, sedangkan melalui media massa paling sering melalui televisi sebanyak 22, melalui
petugas kesehatan sebanyak 17, mendengar dari sanak saudarakeluarga sebanyak 5, dan siswa melalui selembaran dan sebagainya. Pada umumnya siswa belum
pernah mengikuti penyuluhan mengenai anemia. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa pendidikan gizi melalui penyuluhan belum dilaksanakan secara menyeluruh ke
pelosok desa. Gejala anemia dilihat berdasarkan fisik seperti 5 L Lemah, Letih, Lesu,
Lemah dan Lunglai, sebanyak 90 siswi sudah mengetahui gejala anemia dengan benar. Sebagian besar, siswi sudah mengetahui penyebab anemia yaitu akibat kurang
makan makanan bergizi, penyakit infeksi seperti cacing tambang, malaria, disebabkan pendarahan nifas dan menstruasi serta frekuensi makan yang kurang.
128
Sebanyak 85 siswi telah mengetahui penyebab anemia karena kurang makan makanan bergizi serta frekuensi makan yang kurang, sedangkan disebabkan
pendarahan nifas dan haid sebanyak 37 siswi telah mengetahuinya, namun sebagian besar siswi belum mengetahui penyebab lain anemia karena penyakit
infeksi, hanya 5 saja siswi yang telah mengetahui. Seseorang dikatakan anemia ketika kadar hemoglobin kurang dari 12gdl,
sebanyak 75 saja siswi yang telah mengetahui kadar hemoglobin normal. Kemudian jika sesorang telah memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12gdl
anemia, dampak yang ditimbulkan dapat sangat mempengaruhi prestasi belajar, mengurangi semangat beraktivitas, tubuh menjadi cepat lelah dan malas, kepala
pusingbisa menyebabkan pingsan. Sebanyak 15 siswi telah mengetahui dampak anemia dapat mempengaruhi prestasi belajar, sebanyak 32 siswi mengetahui
anemia dapat mengurangi semangat beraktivitas sebanyak 34 siswi mengetahui anemia mengakibatkan tubuh menjadi cepat lelah dan malas, dan sebanyak 71 siswi
mengetahui anemia dapat menyebabkan kepala pusingsampai pingsan. Sebagian besar siswa sudah mengetahui penanggulangan anemia dengan
konsumsi tablet tambah darah sebanyak 95, namun hanya 10 saja siswi yang pernah mengkonsumsi tablet tambah darah. Selain itu dengan konsumsi sumber zat
besi juga dapat menanggulangi dan mencegah anemia terutama sumber protein hewani daging sapi, kambing, ayam, hati dan sebagainya serta sumber makanan
yang dapat membantu penyerapan Fe dalam usus halus salah satunya sumber vitamin C dan sumber makanan penghambat penyerapan Fe adalah kopi dan teh,
129
namun siswi belum mengetahui sumber zat besi dalam makanan hanyak sebanyak 25 saja yang telah mengtahui, sebanyak 27 siswi telah mengetahui vitamin C
dapat membantu penyerapan zat besi dan sebanyak 15 sisiwi mengetahui kopi dan teh dapat menghambat penyerapan zat besi.
Hasil penelitian pada variabel pengetahuan dapat disimpulkan bahwa responden yang berstatus anemia defisiensi besi dan memiliki pengetahuan kurang
baik 45. Sedangkan responden yang tidak berstatus anemia lebih banyak pada responden yang memiliki pengetahuan baik 82,5 daripada responden yang
memiliki pengetahuan kurang 55. Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi pangan
individu. Jika seseorang memiliki pengetahuan gizi yang baik, maka cenderung untuk memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Selain itu, pengetahuan gizi dapat
meningkatkan seseorang dalam menerapkan pengetahuan gizinya dalam memilih maupun mengolah bahan makanan sehingga kebutuhan gizi tercukupi Khomsan,
2007. Notoatmodjo 2003 menambahkan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu
yang terjadi setelah orang melakukan pengetahuan terhadap objek terntentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera meliputi indera penglihatan, pendengaran,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan tentang anemia pada remaja diperoleh dari berbagai sumber,
misalnya media massa, media elektronik, petugas kesehatan, kerabat terdekat, dan
130
lain sebagainya. Secara langsung panca inderanya yaitu penglihatan, pendengarannya dimanfaatkan untuk menangkap informasi tersebut. Hasil akumulasi informasi-
informasi yang diperolehnya membentuk suatu pengetahuan. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR=3,868 95 Cl 1,694-8,832. Artinya responden yang
memiliki pengetahuan tentang anemia kurang, memiliki peluang 3,868 kali untuk menderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan responden yang memiliki
pengetahuan baik. Pengaruh pengetahuan dengan kejadian anemia dibuktikan dalam penelitian Yasmin 2012 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kejadian anemia. Pada penelitian Yasmin 2012 menunjukkan pengetahuan remaja yang
kurang lebih banyak menderita anemia 83,3 dibandingkan dengan remaja dengan pengetahuan baik 46,5. Pengetahuan dapat mengubah perilaku dan sikap yang
kemudian akan melahirkan kesadaran diri dalam memilih bahan makanan yang sehat dan bergizi terutama sumber zat besi dan menghindari makanan dan minuman yang
dapat menghambat penyerapan zat besi. Sebagaimana pendapat Hamid 2002 yang menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan siswi yang baik tentang anemia gizi diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap sikap dan perilaku positif dalam pemilihan bahan makanan yang
bermanfaat bagi kesehatan terutama dalam mencegah rendahnya kadar Hb. Misalnya
131
perilaku siswi dalam mengkonsumsi makanan seimbang dengan pola makan teratur setiap hari.
Tingkat pengetahuan siswa di MTs Ciwandan rendah disebabkan oleh 3 faktor yaitu yang pertama rendahnya tingkat pendidikan seseorang, yang kedua tidak ada
atau kurang meratanya kegiatan edukasipenyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan dan ketiga kurangnya frekuensi kegiatan edukasi oleh tenaga kesehatan setempat.
Remaja yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan,
sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Namun, tak jarang jika seseorang sudah berpengetahuan baik tentang asupan
makan sesuai gizi seimbang tapi ia terkena anemia. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dalam menerapkan informasi pada kehidupannya sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Harper 1985 dan Suhardjo 2003 yang menyatakan penyebab penting dari gangguan gizi selain kemiskinan dan persediaan
pangan adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi terebut dalam kehidupan sehari-hari.
Haryati dkk 2004 menambahkan bahwa tingkat pengetahuan tentang anemia yang tinggi tetapi tidak disertai dengan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-
hari tidak akan berpengaruh pada keadaan gizi individu tersebut. Hal ini terjadi karena remaja putri memiliki kecenderungan lebih mementingkan penampilannya
atau menjaga kecantikan tubuhnya, khawatir menjadi gemuk, sehingga membatasi
132
diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak energi, tidak mau makan pagi serta kebiasaan menunda waktu makan. Mereka cenderung lebih memilih
konsumsi diet tanpa lemak atau hanya konsumsi buah-buahan daripada makanan sehat.
Oleh karena itu penting sekali adanya pendidikan gizi dari berbagai pihak sebagai upaya untuk mendidik berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah gizi.
Disarankan pihak pemerintah setempat Dinas Kesehatan Cilegon lebih luas menyebarkan informasi tentang anemia pada remaja putri, misalkan dengan
melakukan penyuluhan disekolah tentang hal-hal yang berkaitan pencegahan anemia yang dilaksanakan secara berkesinambungan serta pentingnya peran pihak sekolah
dalam revitalisasi kegiatan UKS dan PMR untuk melakukan penajaringan siswi yang mempunyai masalah kesehatan anemia sebagai deteksi dini serta kegiatan edukasi
gizi untuk merubah perilaku siswa terutama dalam mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi.
6.3.2 Hubungan Uang Jajan dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan .