Hubungan Uang Jajan dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan .

132 diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak energi, tidak mau makan pagi serta kebiasaan menunda waktu makan. Mereka cenderung lebih memilih konsumsi diet tanpa lemak atau hanya konsumsi buah-buahan daripada makanan sehat. Oleh karena itu penting sekali adanya pendidikan gizi dari berbagai pihak sebagai upaya untuk mendidik berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah gizi. Disarankan pihak pemerintah setempat Dinas Kesehatan Cilegon lebih luas menyebarkan informasi tentang anemia pada remaja putri, misalkan dengan melakukan penyuluhan disekolah tentang hal-hal yang berkaitan pencegahan anemia yang dilaksanakan secara berkesinambungan serta pentingnya peran pihak sekolah dalam revitalisasi kegiatan UKS dan PMR untuk melakukan penajaringan siswi yang mempunyai masalah kesehatan anemia sebagai deteksi dini serta kegiatan edukasi gizi untuk merubah perilaku siswa terutama dalam mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi.

6.3.2 Hubungan Uang Jajan dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan .

Pada penelitian ini uang jajan yang diberikan oleh orangtua untuk anak per hari maksimal Rp 12.000 dan minimal Rp 3.000. untuk mengetahui siswi memiliki uang jajan yang rendah atau tinggi, pada penelitian ini menggunakan nilai median Rp 5.000. Sehingga uang jajan dikatakan tinggi jika lebih dari Rp 5000 dan dikatakan rendah apabila kurang dari Rp 5000. Berdasarkan hasil penelitian responden yang memiliki uang jajan rendah sebanyak 35. Sedangkan responden yang miliki uang 133 jajan tinggi sebanyak 65. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswi MTs Ciwandan Cilegon tahun 2014 menerima uang jajan yang tinggi. Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden yang memiliki uang jajan kurang 22,5 daripada responden yang memiliki uang jajan tinggi 46,5. Sedangkan responden yang tidak berstatus anemia defisiensi besi lebih sedikit pada responden yang memiliki uang jajan kurang 53,5 daripada responden yang memiliki uang jajan tinggi 77,5. Menurut Ariyanti 2005 yang menyatakan bahwa besaran uang jajan adalah uang dalam rupiah yang diberikan orangtua setiap hari untuk keperluan jajan. Uang jajan merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan kepada anak untuk waktu tertentu. Biasanya makanan yang menurut mereka menarik atau disukai adalah makanan fast food. Makanan fast food yang sering di gemari siswi MTs Ciwandan adalah makanan banyak mengandung kalori tinggi karena berbahan dasar tepung dan di olah dengan cara di goreng seperi cimol, cilok, bakso goreng basreng, gorengan tempe, gorengan ubi, batagor, siomay, bakwan, mie instan, mie ayam dan sebagainya. Secara umum makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium Na yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium, Fe dan folat. Oleh karena itu, jika siswi sering mengkonsumsi makanan fast food maka angka kecukupan vitamin dan mineral terutama zat besi Fe tidak tercukupi. 134 Seperti yang dijelaskan NHCS, 1976 dalam Linda, 2003, Kebiasaan makan anak sekolah rata-rata tidak lebih dari tiga kali sehari dan yang disebut dengan makanan bukan hanya dalam konteks mengkonsumsi makanan pokok saja, tetapi kudapancemilan di kategorikan sebagai makan. Wardiatmo dan Ridwan 1987 menambahkan dalam Heriyana 2004 yaitu jenis makanan jajanan yang banyak dibeli oleh anak-anak sekolah pada umumnya adalah makanan lengkap. Dilihat dari segi gizi pada umumnya makanan tersebut mengandung zat gizi yang padat akan energi tetapi kurang mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara uang jajan dengan status anemia defisiensi besi. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR =2,995 1,350-6,643. Artinya responden yang memiliki uang jajan kurang, memiliki peluang 2,995 kali untuk menderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan responden yang memiliki uang jajan tinggicukup. Pengaruh uang jajan dengan kejadian anemia dibuktikan dalam penelitian Barokah 2010 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara uang jajan dengan kejadian anemia, dengan nilai p0,05. Diketahui bahwa remaja putri dengan uang jajan rendah memiliki resiko anemia 3 kali lebih besar dibanding dengan remaja putri dengan uang jajan tinggi cukup. Kebiasaan jajan remaja mendorong remaja memilih jajanan yang mereka suka dan sesuai dengan uang jajan mereka, semakin rendah uang jajan maka akan semakin rendah konsumsi zat gizinya, ditambah lagi dengan kebiasaan remaja yang mengkonsumsi jajanan fast food yang rendah akan asupan gizi terutama energi, protein, vitamin C dan Fe. 135 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Insel et al 2006 dalam Wulandari 2007 menyatakan bahwa remaja yang telah diberi kepercayaan untuk mengelola uang sakunya sendiri cenderung memiliki kebebasan untuk memilih sesuka hatinya. Kebebasan memilih makanan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi anemia remaja. Dengan memliki kebiasaan untuk memilih sendiri makanannya, remaja cenderung untuk membeli apapun yang disukai atau menarik menurut mereka, tanpa memperhatikan apakah makanan tersebut seimbang atau tidak. Pemilihan makanan yang salah pada akhirnya dapat berpengaruh pada status anemia mereka. Menurut teori Berg 1986 yang mengatakan bahwa uang yang dimiliki oleh seseorang akan dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsinya. Biasanya remaja memilih makanan sesuatu dengan uang saku mereka. Uang saku yang cukup besar, biasanya remaja sering mengkonsumsi makanan-makanan modern dengan pertimbangan prestise dan juga dengan harapan akan diterima di kalangan peer group mereka. Makanan yang biasa dipilih adalah fast food dengan pertimbangan harganya juga tidak terlalu mahal. Peluang untuk menjadi konsumen makanan sesungguhnya akan sangat ditentukan oleh daya beli keluarga atau orang tua anak, karena keputusan konsumsi untuk anak sangat dipengaruhi oleh daya beli Sumarwan, 2007 Banyak alasan yang melatarbelakangi kebiasaan jajan anak sekolah diantaranya: anak tidak sarapan pagi, faktor psikologis seperti anak melihat temannya jajan sehingga dia ingin seperti temannya, faktor biologis anak perlu dipenuhi walaupun dirumah sudah makan tetapi tambahan makanan dari jajan masih diperlukan oleh anak karena kegiatan fisik di sekolah yang memang memerlukan 136 tambahan energi, dan faktor perilaku orang tua yang biasa memberikan uang jajan kepada anak dengan alasan lebih praktis. Disimpulkan bahwa kebiasaan jajan dikalangan anak sekolah merupakan hal biasa, bahkan sebagian orang tua menganggap biasa memberikan uang jajan kepada anaknya ketika akan berangkat ke sekolah. Kebiasaan jajan dikalangan remaja ditunjang oleh uang saku yang telah diberikan orang tuanya diharapkan semakin besar alokasi uang saku untuk makanan jajanan semakin tinggi konsumsi energi, protein, zat besi, dan vitamin A. Namun, remaja lebih cenderung konsumsi makanan yang disukai saja yaitu makanan fast food serta sesuai trend makanan saat itu di kalangan remaja. Oleh karena itu, perlu adanya peran ibu yang dapat menyiapkan sarapan di pagi hari serta bekal makan siang agar asupan gizi terpenuhi dan kualitas makanan terjamin kebersihannya.

6.3.3 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan