136
tambahan energi, dan faktor perilaku orang tua yang biasa memberikan uang jajan kepada anak dengan alasan lebih praktis.
Disimpulkan bahwa kebiasaan jajan dikalangan anak sekolah merupakan hal biasa, bahkan sebagian orang tua menganggap biasa memberikan uang jajan kepada
anaknya ketika akan berangkat ke sekolah. Kebiasaan jajan dikalangan remaja ditunjang oleh uang saku yang telah diberikan orang tuanya diharapkan semakin
besar alokasi uang saku untuk makanan jajanan semakin tinggi konsumsi energi, protein, zat besi, dan vitamin A. Namun, remaja lebih cenderung konsumsi makanan
yang disukai saja yaitu makanan fast food serta sesuai trend makanan saat itu di kalangan remaja. Oleh karena itu, perlu adanya peran ibu yang dapat menyiapkan
sarapan di pagi hari serta bekal makan siang agar asupan gizi terpenuhi dan kualitas makanan terjamin kebersihannya.
6.3.3 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan
Pendapatan orang tua dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang didapatkan dari hasil bekerja ibu dan bapak di keluarga tersebut. Pendapatan rata-rata
orang tua dalam penelitian ini di bagi menjadi dua kategori yaitu pendapatan rendah jika kurang dari UMR Rp 2,760,000 dan pendapatan tinggi jika ≥ Rp 2,760,000.
Bedasarkan penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendapatan orang tua rendah 67,5, lebih banyak daripada responden yang memiliki
pendapatan orang tua tinggi sebanyak 32,5.
137
Sebagian besar pekerjaan orangtua bekerja sebagai buruh baik itu buruh bangunan sebanyak 24 maupun buruh karyawan pabrik sebanyak 36, sebagai
guru sebanyak 25, karyawan swasta sebanyak 15 dan pekerjaan lainnya selain yang disebutkan diatas 10. Kota cilegon merupakan kota industri karena banyak
sekali pabrik-pabrik terutama pabrik baja dan pabrik kimia, oleh karena itu tak heran sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh pabrik. Selain itu pekerjaan
sebagai guru masih menjadi mayoritas, disamping mulai banyaknya didirikan sekolah-sekolah dipelosok desa sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja guru.
Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih sedikit pada responden yang memiliki pendapatan orang tua rendah 10 daripada responden yang memiliki
pendapatan orang tua tinggi 41. Sedangkan responden yang tidak berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden yang memiliki pendapatan orang
tua tinggi 90 dari pada responden yang memiliki pendapatan orang tua rendah sebanyak 59.
Pengeluaran rumah tangga terbesar adalah pada konsumsi pangan. Pendapatan dapat meningkatkan daya beli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik
untuk keluarga, semakin tinggi pendapatan maka akan semakin baik kualitas dan kuantitas konsumsi pangan yang disediakan dalam keluarga. Hal ini berpengaruh
terhadap status kesehatan setiap individu dalam keluarga termasuk kebutuhan akan makan yang mengandung fe agar terhindar dari anemia.
Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan berkurangnya lokasi dan untuk pembelian makanan sehari-hari sehingga mengurangi jumlah dan kualitas makanan
138
ibu perhari yang berdampak pada penurunan status gizi. Gangguan gizi yang umum pada perempuan adalah anemia, karena secara fisiologis mengalami menstruasi tiap
bulan. Sumber makanan yang diperlukan untuk mencegah anemia umumnya berasal dari sumber protein yang lebih mahal, dan sulit terjangkau oleh mereka yang
berpenghasilan rendah. Kekurangan tersebut memperbesar risiko anemia pada remaja. Anemia berperan terhadap tingginya angka kematian ibu hamil dan semakin
meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan Purwanto, 2012 Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara
pendapatan orang tua dengan kejadian anemia defisiensi besi pada siswi MTs Ciwandan. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR=6,245 Cl2,034-
19,174. Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan tingkat pendapatan keluarga yang rendah memiliki risiko 6,245 kali lebih besar untuk mengalami
kejadian anemia. Pengaruh pendapatan orangtua dengan kejadian anemia dibuktikan dalam
penelitian Farida 2007, berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan kejadian anemia pada remaja putri. Sebanyak
68,8 remaja putri dengan pendapatan orang tua rendah memiliki kadar Hb kurang dari 12 mgdl. Ekonomi keluarga merupakan faktor mendasar yang akan
mempengaruhi segala aspek kehidupan. Tingkat ekonomi terkait langsung dengan daya beli keluarga, baik daya beli terhadap makanan maupun daya beli terhadap
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
139
Farida 2007 menambahkan bahwa perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya
pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan
penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat gizi, salah satunya tidak
terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian anemia.
Pada umumnya penduduk Indonesia, yang sebagian besar terdiri atas petani, masih mengandalkan sebagian besar konsumsi makanannya pada makanan pokok.
Makanan pokok yang digunakan adalah beras, jagung, umbi-umbian terutama singkong dan ubi jalar, dan sagu Almatsier, 2001. Oleh karena itu, makanan yang
beraneka ragam itu mempunyai peran yang penting karena tidak ada satu jenis makanan yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap. Konsumsi
makanan yang beraneka ragam, akan menghindari terjadinya kekurangan gizi, karena susunan zat gizi pada makanan saling melengkapi antara satu jenis makanan dengan
jenis yang lainnya sehingga diperoleh gizi yang seimbang. Namun, bagi masyarakat Negara berkembang mayoritas menduduki tingkat
pendapatan keluarga menengah ke bawah. Mayoritas masyarakat hanya mampu memenuhi konsumsi makanan dari segi kuantitas dari jenis makanan pokok yang
mengandung tinggi karbohidrat namun masih minim kandungan vitamin dan mineralnya.
140
Pola konsumsi makanan bermutu gizi seimbang mensyaratkan perlunya diverisifikasi makanan dalam menu sehari-hari. Ini berarti menuntut adanya
ketersediaan sumber zat tenaga karbohidrat dan lemak, sumber zat pembangun protein, dan sumber zat pengatur vitamin dan mineral. Makanan yang beraneka
ragam sangat penting karena tidak ada satu jenis makanan yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap Khomsan, 2004.
Disimpulkan bahwa
kurangnya pendapatan
keluarga menyebabkan
berkurangnya lokasi dan untuk pembelian makanan sehari-hari sehingga mengurangi jumlah dan kualitas makanan ibu perhari yang berdampak pada penurunan status gizi.
Gangguan gizi yang umum pada perempuan adalah anemia, karena secara fisiologis mengalami menstruasi tiap bulan. Sumber makanan yang diperlukan untuk mencegah
anemia umumnya berasal dari sumber protein hewani yang lebih mahal, dan sulit terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah, sehingga perlu adanya bahan
penukar sumber zat besi dari protein nabati dan sayuran yang lebih terjangkau harganya. Namun, perlu diimbangi oleh konsumsi sumber vitamin C mengingat
sumber zat besi non heme protein nabati dan sayuran hanya 5-10 saja yang mampu diserap oleh usus halus. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan sumber
zat besi non heme, contoh sumber vitamin C dari buah-buahan yang mudah dan terjangkau harganya adalah papaya. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan dan
keterampilan ibu dalam menyediakan menu sehari yang bergizi serta perlunya beberapa upaya perbaikan gizi dari pemerintah yang berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat agar pendapatan masyarakat meningkat.
141
6.3.4 Hubungan Pendidikan Orangtua dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan