49
uang jajan rendah memiliki resiko anemia 3 kali lebih besar dibanding dengan remaja putri dengan uang jajan tinggi cukup Barokah, 2010. Sedangkan
pada penelitian Amrihati 2002, diketahui bahwa remaja putri dengan uang jajan rendah memiliki resiko anemia 6 kali lebih besar dibanding dengan
remaja putri dengan uang jajan tinggicukup.
2.7.2 Status Gizi
Status gizi merupakan cerminan kecukupan konsumsi zat gizi masa-masa sebelumnya yang berarti bahwa status gizi saat ini merupakan hasil kumulasi
konsumsi makanan sebelumnya Enoch, 1988. Salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui keadaan gizi adalah dengan mengukur berat
badan BB dan tinggi badan TB dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh IMT yaitu hasil pembagian BB dalam kg dengan kuadrat TB dalam satuan
m
2
BBTB
2
. Indeks Massa Tubuh IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan Supariasa dkk, 2002. Menurut Thompson 2007 dalam Arumsari 2008, status gizi
mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi Hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya. Berdasarkan
penelitian Permaesih 2005, ditemukan hubungan yang bermakna antara IMT anemia, yang mana remaja putri dengan IMT tergolong kurus memiliki resiko
1,4 kali menderita anemia dibandingkan remaja putri dengan IMT normal.
50
2.7.3 Kehilangan Darah 2.7.3.1 Pola Menstruasi
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium. Siklus haid adalah serangkaian periode dari
perubahan yang terjadi secara berulang pada uterus dan organ-organ yang dihubungkan pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause. Panjang
siklus yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari Hamilton, 1995. Salah satu penyebab anemia gizi adalah kehilangan
darah secara kronis. Pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama haid sangat banyak maka akan
terjadi anemia defisiensi besi Arisman, 2004. Usia pertama kali haid, siklus haid serta lama hari haid berpengaruh terhadap banyaknya darah yang hilang
selama haid Yunizaf, 2000. Sedangkan menurut Pearce 1992, lama siklus haid rata-rata 28 hari,
14 hari persiapan untuk ovulasi dan 14 hari selanjutnya adalah ovulasi. Kira- kira pada hari ke 21, endometrium disiapkan untuk kedatangan ovum yang
dibuahi. Bila ovum tidak dibuahi memasuki uterus maka pada hari ke-28 endometrium runtuh dan menstruasi pun terjadi, kemudian siklus berualang
pada bulan berikutnya. Masalah gangguan haid haid abnormal, dan perdarahan yang
menyerupai haid pada interval siklus haid normal menurut Hestiantoro 2008 dikelompokkan menjadi :
51
a Ritme irama haid, dimana normalnya adalah 25-31 hari, sedangkan yang abnormal seperti :
Haid terlalu sering dengan interval 21 hari, yang disebut polimenorea.
Haid terlalu jarang dengan interval 35 hari, yang disebut oligomenore.
Tidak terjadi haid, yang disebut amenore. Perdarahan tidak teratur, dimana interval datangnya haid tidak
tentu. Perdarahan bercak spotting yang terjadi prahaid, pertengahan
siklus dan pasca haid. b Banyaknya darah haid yang keluar, dimana normalnya ganti pembalut
2-5 kalihari, abnormal jika : Bila darah haid yang keluar terlalu banyak, disebut
hipermenorea dengan ganti pembalut 6 kali perhari. Bila darah haid yang keluar terlalu sedikit, disebut hipomeorea
dengan ganti pembalut 2 kali perhari. Perdarahan becak spotting.
c Lamanya darah haid yang keluar, dimana normalnya 2-5 hari, abnormal jika:
Darah haid yang keluar 6 hari, disebut menoragia. Bila darah haid yang keluar 2 hari, disebut brakimenorea.
52
Pedarahan bercak spotting prahaid, pertengahan siklus dan pasca haid.
Berdasarkan penelitian Prastika, 2011 yang mengatakan bahwaSiswi dengan lama menstruasi dibawah rata-rata memiliki kadar hemoglobin yang
cenderung diatas rata-rata sedangkan siswi dengan lama menstruasi lebih dari rata-rata memiliki kadar hemoglobin yang cenderung dibawah rata-rata,
sehingga dapat diperkirakan adanya hubungan lama menstruasi dengan kadar hemoglobin pada remaja putri. Keadaan ini dibuktikan dengan analisis data
didapatkan p sebesar 0,000 0,05, hubungan yang negatif antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin artinya semakin lama menstruasi
seseorang remaja siswi maka akan semakin rendah kadar hemoglobinnya. Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai
pelepasan deskuamase endometrium Prawirohardjo Sarwono, 1994:103 dalam Amaliah, 2002. Penelitian ini menunjukkan bahwa presentase anemia
lebih tinggi 53,8 pada remaja putri yang memiliki lama haid lebih dari 6 hari dengan yang lama haidnya normal 31,1 dan menunjukkan hubungan
yang bermakna.
2.7.3.2. Penyakit Infeksi Menurut Junadi 1995, penyebab langsung terjadinya anemia adalah
penyakit infeksi, yaitu cacingan, TBC, dan malaria. Menurut Husaini 1989, anemia gizi dapat diperberat oleh investasi cacing tambang. Cacing tambang
yang menempel pada dinding usus dan menghisap darah. Darah penderita
53
sebagian akan hilang karena gigitan dan hisapan cacing tambang. Setiap hari 1 ekor cacing dapat memakan darah 0,03 ml sampai 0,15 ml, sehingga untuk
menyebabkan anemia diperkirakan harus ada 2000 ekor cacing. Disamping cacing tambang, cacing gelang secara langsung maupun tidak langsung juga
dapat menimbulkan kekurangan zat besi, karena berkurangnya nafsu makan dan gangguan penyerapan karena memendeknya permukaan villi usus.
Berdasarkan penelitian Lestari 1996, remaja putri dengan investasi cacing memiliki resiko 4.47 menjadi anemia dibandingkan responden yang
tidak terinvestasi cacing. Pada tahun 2006, penelitian Wijiastuti pada remaja putri di MTs Negeri Cipondoh-Tangerang mendapatkan hubungan yang
bermakna antara investasi cacing dengan kejadian anemia. Hal yang sama juga didapatkan dari hasil penelitian oleh Kaur, et al di pedesaan Wardha,
India tahun 2006, remaja putri dengan investasi cacing memiliki resiko menderita anemia 4,11 kali dibandingkan dengan remaja putri yang tidak
memiliki investasi cacing.
2.7.4 Kebiasaan Makanan