Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin pesat, sumber- sumber pembiayaan menjadi tulang punggung pengembangan usaha. Pelaku bisnis berusaha untuk mencari sumber dana untuk usahanya. Pasar modal memberikan alternatif solusi pembiayaan jangka panjang, sehingga perusahaan dapat menggunakan dana tersebut untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Pasar modal merupakan pasar yang bersifat abstrak yang aktivitas transaksinya secara fisik dapat dilihat di bursa dan komoditi yang diperjualbelikan adalah surat berharga jangka panjang yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun Anwar, 2005: 70. Pasar modal menurut Tandelilin 2010: 26 adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Investor yang menanamkan modalnya di pasar modal pasti mengharapkan pendapatanreturn di masa yang akan datang. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi Jogiyanto, 2003: 109. Sekuritas- sekuritas yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki karakteristik yang berbeda-beda, salah satu instrumen yang menguntungkan adalah obligasi karena mempunyai resiko yang rendah. Menurut Jogiyanto 2003: 11 obligasi bond merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati. Obligasi merupakan salah satu bentuk surat berharga yang saat ini banyak beredar dalam kegiatan pasar modal dan minat masyarakat juga tinggi, dilihat dari tingginya permintaan atas obligasi pada setiap pelaksanaan emisi Srianingsih dan Khoiruddin, 2015. Berikut perkembangan perdagangan obligasi yang dapat dilihat pada Tabel 1.1: Tabel 1.1 Perkembangan Perdagangan Obligasi Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2016 Tabel di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2011 sampai dengan November 2015 nilai obligasi korporasi outstanding selalu mengalami peningkatan. Begitu pula dengan volume perdagangan dari obligasi korporasi yang terus meningkat dari tahun ketahun walaupun sempat mengalami penurunan tipis di tahun 2014. Rata- rata total emisi penerbitan obligasi korporasi selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 sebesar 54.8 trilyun Statistik Pasar Modal, OJK. Pemodal biasanya lebih memilih membeli obligasi karena memberikan pendapatan yang tetap, dengan menyimpan obligasi mereka mengharapkan mendapat pembayaran bunga yang telah ditetapkan secara teratur hingga obligasi tersebut jatuh tempo dan ketika jatuh tempo mereka mendapat kembali pokok pinjaman Anwar, 2005: 100. Kondisi pasar di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam membuat pasar modal syariah semakin berkembang. Pasar modal berbasis syariah secara resmi diluncurkan di Indonesia pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara Bapepam-LK dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI. Pasar modal syariah menurut Sutedi 2011: 29 adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah, setiap transaksi surat berharga di pasar modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Instrumen-instrumen pasar modal berbasis syariah antara lain saham syariah, obligasi syariah, reksadana syariah dan surat berharga lainnya yang berprinsip syariah. Suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Berikut data perkembangan produk syariah di Indonesia: Tabel 1.2 Perkembangan Produk Syariah di Indonesia Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2016 Instrumen pasar modal syariah yang sedang trend yaitu obligasi syariah sukuk. Penerbitan obligasi syariah menjadi salah satu alternatif pendanaan perusahaan. Pengertian sukuk merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No: 32DSN-MUIIX2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada investor pemegang obligasi yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi hasilmarjinfee serta membayar kembali dana investasi pada saat jatuh tempo. Perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional dapat dilihat dari adanya unsur bunga pada obligasi konvensional. Banyak ulama menganggap bahwa bunga dalam obligasi adalah riba, maka instrumen-instrumen yang mempunyai komponen bunga dianggap tidak halal untuk dijadikan sarana investasi. Sukuk adalah instrumen tanpa unsur bunga, bebas riba, bebas dari unsur haram, gharar risikokerugian, dan masyir judi Srianingsih dan Khoiruddin, 2015. Perkembangan sukuk di dunia diawali dengan penerbitan sovereign sukuk menggunakan struktur ijarah pada September 2001 yang diterbitkan oleh pemerintah Bahrain Central Bank of Bahrain sebesar USD 100 juta Fatimatuzzahra dan Herlambang, 2014. Penerbitan obligasi syariah di Indonesia dipelopori oleh Indosat dengan menerbitkan obligasi syariah Mudharabah Indosat senilai Rp 100 miliar pada Oktober 2002. Obligasi ini mengalami oversubribed dua kali lipat sehingga Indosat menambah jumlah obligasi yang ditawarkan menjadi Rp 175 miliar. Langkah Indosat ini diikuti Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri Sutedi, 2011: 56. Perkembangan sukuk di Indonesia lebih terperinci dapat dilihat dari Gambar 1.1 berikut: Gambar 1.1 Perkembangan Sukuk Korporasi Sumber : Otoritas Jasa Keuangan 2016 Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan yang tercermin pada tabel di atas menunjukkan bahwa penerbitan sukuk korporasi di Indonesia terus meningkat dari tahun 2010 sampai dengan Oktober 2015. Tahun 2010 nilai akumulasi penerbitan sukuk korporasi mencapai 7.815 miliar, tahun 2011 mencapai 7.915,4 miliar dan terus meningkat dari tahun ketahun mencapai 14.483,4 miliar sampai dengan bulan Oktober 2015. Jumlah sukuk outstanding hanya mengalami selisih tipis dari tahun ketahun. Tahun 2010 total nilai sukuk outstanding sebanyak 6.121 miliar, di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 5.876 miliar tetapi mengalami kenaikan di tahun-tahun berikutnya mencapai 8.284 miliar sampai dengan Oktober 2015. Selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2011 sampai dengan 2015 rata- rata total emisi penerbitan sukuk korporasi sebesar 1.6 trilyun Statistik Pasar Modal, OJK. Minat investor sukuk ijarah pada saat krisis lebih tinggi dari pada sukuk musyarakah dan mudharabah. Hal ini tampak dari penelitian Standard Poor’s dan Moody’s yang menghitung, 45 sukuk yang terbit di tahun 2008 adalah sukuk ijarah Sari, 2014. Obligasi syariah sukuk ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon fee ijarah bersifat tetap, dan bisa diketahuidiperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan Sutedi, 2011: 5. Obligasi syariah sukuk ijarah baru diperkenalkan tahun 2004 setelah dikeluarkannya Fatwa DSN-MUI No. 33DSN-MUIIII2004 tentang obligasi syariah ijarah. Namun kenyataannya berinvestasi dengan sukuk ijarah lebih diminati dibandingkan dengan sukuk berakad mudharabah Putri dan Herlambang, 2015. Menurut investor sukuk dengan skema ijarah sewa dinilai cukup prospektif bagi emiten yang berniat menerbitkan obligasi syariah, skema ini dalam beberapa hal lebih menguntungkan daripada obligasi syariah mudharabah bagi hasil. Menurut Yuliana 2010 dalam Melati 2013 return yang digunakan pada obligasi syariah mudharabah menggunakan expected return bersifat mengambang dan bagi hasil tergantung pada kinerja pendapatan, sedangkan sukuk ijarah menggunakan akad sewa, sehingga besarnya return yang diberikan bersifat tetap selama obligasi tersebut berlaku. Berinvestasi menggunakan akad ijarah dengan return tetap lebih menarik investor. Menurut Fatimatuzzahra dan Herlambang 2014 investor di pasar modal akan mendasarkan keputusan investasinya pada informasi-informasi yang didapatnya. Pengambilan keputusan berinvestasi oleh investor perlu memperhatikan informasi-informasi yang berhubungan dengan industri bersangkutan dan mendasarkan pada sinyal-sinyal yang diberikan oleh perusahaan, salah satunya informasi yang terkandung dari adanya pengumuman penerbitan obligasi baik obligasi syariah sukuk maupun obligasi konvensional. Informasi dari pengumuman penerbitan obligasi syariah sukuk maupun obligasi konvensional memberikan sinyal bagi para investor dalam pengambilan keputusan investasi dan akan berpengaruh terhadap kondisi di pasar modal. Saat informasi diumumkan kepada publik dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, maka terlebih dahulu para pelaku pasar menganalisis kandungan informasi tersebut sebagai sinyal baik good news atau sinyal buruk bad news Ningsih dan Cahyaningdyah, 2014. Informasi ini akan direaksi oleh investor yang secara metodologis disebut sebagai event study yaitu studi yang menganalisis reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya diumumkan kepada public Khajar, 2010. Pengumuman yang mengandung informasi information content, diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Jogiyanto 2003: 410-411 menjelaskan bahwa reaksi pasar ditunjukkan dari adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau menggunakan abnormal return . Apabila terjadi abnormal return yang positif dapat memberikan keuntungan di atas normal pada investor dan sebaliknya jika terdapat abnormal return yang negatif mnunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh dibawah normal Hernoyo, 2013. Selain dari harga saham dan abnormal return, sebagian besar studi empirik reaksi pasar sering menggunakan pengaruh likuiditas saham dengan menggunakan volume perdagangan saham perusahaan terkait Hermawan Wijayanto, 2015. Trading volume activity TVA merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar Suryawijaya, 1998: 42; dalam Pratiwi, 2015. Reaksi pasar yang terjadi dapat juga menunjukkan apakah efisiensi pasar merupakan bentuk setengah kuat atau belum. Perbedaan hasil penelitian-penelitian sebelumnya juga menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian ini. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pratiwi 2015 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel cumulative abnormal return ditunjukkan dengan sig-2 tailed 0.05. Variabel trading volume activity TVA tidak mempunyai perbedaan yang signifikan yang ditunjukkan sig-2 tailed 0.05. Fatimatuzzahra dan Herlambang 2014 melakukan uji one sample t-test average abnormal return ada beberapa hari perdagangan baik sebelum ataupun setelah penerbitan obligasi syariah menghasilkan nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikasi 5 sehingga kesimpulannya terdapat average abnormal return yang terjadi signifikan secara nyata pada hari-hari tersebut. Uji paired t-test pada average abnormal trading volume activity AATVA menjelaskan bahwa terdapat perbedaan average abnormal trading volume activity yang signifikan pada sebelum dan setelah penerbitan sukuk. Penelitian Sari 2014, dari hasil uji one sample t-test menunjukkan bahwa nilai yang tidak signifikan pada masing-masing hari di sekitar peristiwa pengumuman penerbitan obligasi syariah karena tingkat signifikasi yang semuannya lebih dari 5. Penelitian oleh Ghoniyah, dkk 2008 untuk uji one- sample t-test memberikan hasil bahwa tidak terdapat abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman penerbitan obligasi syariah sedangkan untuk trading volume activity menunjukkan ada beberapa hari di sekitar pengumuman yang positif signifikan. Uji paired t-test menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tetapi tidak signifikan trading volume activity sebelum dan sesudah penerbitan. Penelitian oleh Godlewski, dkk 2011 dengan variabel independen dalam penelitian tersebut yaitu pengumuman sukuk dan obligasi, dan variabel dependen reaksi pasar cummulative average abnormal return. Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa pasar bereaksi berbeda terhadap pengumuman dari keduanya. Reaksi pasar tidak signifikan terhadap pengumuman obligasi konvensional tetapi reaksi pasar saham negatif signifikan terhadap pengumuman penerbitan sukuk. Penelitian lainnya oleh Wanjiku 2014 menggunakan data sekunder yang diambil dari NSE Daily stock dan NSE handbook dari tahun 2009-2013 dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel dengan membandingkan nilai t-value dengan nilai t-tabel dan dipresentasikan menggunakan tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerbitan obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Maringka 2008 menyatakan bahwa, selama 21 hari pengamatan diperoleh 11 hari abnormal return positif dan 10 hari abnormal return negatif. Pengujian terhadap variabel volume perdagangan menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang positif dan signifikan pada level 5 sebelum adanya penawaran umum perdana IPO obligasi. Tabel 1.3 Ringkasan Research Gap Abnormal Return AR Obligasi Konvensional Sukuk Godlewski, dkk 2011 Terdapat AR signifikan Ghoniyah, dkk 2008 Tidak terdapat AR siginifikan Fatimatuzzahra dan Herlambang 2014 Terdapat AR signifikan Sari 2014 Tidak terdapat AR signifikan Wanjiku 2014 Reaksi pasar positif signifikan Godlewski, dkk 2011 Tidak terdapat AR signifikan Trading Volume Activity TVA Sebelum dan Sesudah Penerbitan Obligasi Konvensional Sebelum dan Sesudah Penerbitan Sukuk Ghoniyah, dkk 2008 Tidak berbeda signifikan Fatimatuzzahra dan Herlambang 2014 Berbeda signifikan Pratiwi 2015 Tidak berbeda signifikan Maringka 2008 Positif signifikan Sumber: Penelitian terdahulu 2016 Penelitian ini sangatlah penting, dikarenakan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mendasari keputusan investasi. Belum terlalu banyak penelitian sejenis, karena penelitian sebelumnya lebih didominasi tentang pengaruh pengumuman penerbitan obligasi syariah terhadap reaksi pasar, sehingga perlu adanya pengembangan penelitian. Pengembangan yang dilakukan penulis yaitu melakukan analisis pengaruh pengumuman penerbitan obligasi syariah sukuk khususnya sukuk ijarah dan pengumuman penerbitan obligasi konvensional terhadap reaksi pasar yang diproksikan dengan abnormal return dan trading volume activity. Pengumuman penerbitan sukuk ijarah lebih dipilih karena investor di Indonesia lebih minat untuk berinvestasi dengan akad ijarah yaitu adanya tingkat return yang tetap daripada sukuk dengan akad mudharabah. Data dalam penelitian ini yaitu peristiwa penerbitan sukuk ijarah maupun obligasi konvensional yang diumumkan secara resmi oleh Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Peneliti memilih periode tersebut dikarenakan penerbitan sukuk ijarah dan obligasi konvensional yang cukup berkembang pada tahun-tahun tersebut. Periode window dalam penelitian ini adalah 21 hari. Peneliti memilih periode jendela 21 hari karena sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Srianingsih dan Khoiruddin 2015 dan Primadani 2013 yang menggunakan event period selama 21 hari. Adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui adakah pengaruh pengumuman penerbitan obligasi syariah sukuk ijarah dan obligasi konvensional terhadap reaksi pasar abnormal return di sekitar pengumuman dan perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah penerbitan sukuk ijarah atau obligasi konvensional. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul yaitu “ANALISIS PENGARUH PENGUMUMAN PENERBITAN SUKUK IJARAH DAN OBLIGASI KONVENSIONAL TERHADAP REAKSI PASAR”.

1.2. Rumusan masalah