16 Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti studio foto ini terkait dengan
kepemimpinan transformasional dan kecerdasan emosional. Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai :
“Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan Emosional dalam Keberhasilan Usaha Studi Kasus Maripro Photo Studio
”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan Emosional memiliki pengaruh terhadap Keberhasilan Usaha Pada
Photo Studio Medan
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap keberhasilan usaha. Dan dengan adanya kecerdasan
emosional yang dimiliki seseorang dapat berpengaruh juga terhadap keberhasilan usaha yang dijalannkannya.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
bahan masukan bagi pemilik usaha tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin perusahaan dengan baik. Agar para karyawan dapat termotivasi
dengan apa yang dilakukan dari pimpinannya, sehingga kinerja para karyawan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dan para karyawan
Universitas Sumatera Utara
17 dapat merasakan kenyamanan bekerja di bawah pimpinan tersebut. Juga
diharapkan agar para wirausaha dapat mengelola perusaahan dengan baik dengan cara mengendalikan emosi mereka tentang pengambilan keputusan
yang mereka ambil untuk menjalankan perusahaannya. Karena keputusan yang di ambil seorang wirausaha dapat berpengaruh terhadap usaha dan
tujuan perusahaan yang akan dicapai. 2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan tentang penerapan gaya kepemimpinan tranformasional dan pengaruh
kecerdasan emosional dalam mencapai keberhasilan usaha. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber informasi bagi calon peneliti yang ingin meneliti variabel yang sama.
Universitas Sumatera Utara
18
BAB II TI NJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Defenisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama Northouse, 2013:5. Kepemimpinan
melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang- orang yang menginginkan perubahan signifikan, dan perubahan tersebut
mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya bawahan. Pengaruh dalam hal ini berarti hubungan diantara pemimpin dan
pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu merupakan
proses yang saling mempengaruhi. Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya
sejarah manusia yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa
orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia itu dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena
manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu. Menurut Robbins 2009:58, kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Definisi
Universitas Sumatera Utara
19 kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Menurut Hasibuan
2011 : 170, pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. 2.1.1.2 Unsur Pokok Kepemimpinan
Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli tersebut menunjukkan bahwa dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa
yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Karena itu, kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar
terbentuk kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh
kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau mengikuti kehendak pimpinannya dengan sadar, rela, dan sepenuh hati.
Gambar 2.1 Unsur-unsur Pokok dalam Kepemimpinan
Pemimpin KeinginanNiat
Tanggungjawab Pribadi
Perubahan Pengaruh
Pengikut
Tujuan
Universitas Sumatera Utara
20 Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang
yang terlibat dalam hubungan tersebut menginginkan sebuah perubahan sehingga pemimpin diharapkan mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam
organisasi dan bukan mempertahankan status. Selanjutnya, perubahan tersebut bukan merupakan suatu yang diinginkan pemimpin, tetapi lebih pada tujuan yang
diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan sehingga tujuan ini
menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi. Pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang diinginkan bersama
Anoraga, 2000:190. Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang terjadi di antara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-
orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut. Proses kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan
pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan demikian, baik pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi personal
responbility untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Menurut Kielson Anoraga:2000 ada Perubahan paradigma yang muncul
sehingga harus diadopsi oleh pemimpin dan organisasi. Paradigma ini akan menentukan pola dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin sehari-hari, selama
pemimpin mengarahkan organisasi menuju kesuksesan di masa depan. Dalam hal ini, secara umum paradigma diartikan sebagai pola pikir dan cara pandang yang
mencerminkan pemahaman dan penerimaan akan dunia.
Universitas Sumatera Utara
21 Sumber: Safaria 2004
Gambar 2.2 Perbedaan orientasi atau Paradigma Lama dan Baru
Tugas seorang pemimpin pada garis besarnya ada tiga Anoraga, 2000: 193 yaitu :
1. Memberikan struktur terhadap situasi Tugas pemimpin memberikan struktur terhadap suatu situasi maksudnya
adalah menyederahanakan dan mencarikan alternatif pemesahansolusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi kelompoknya.
2. Mengendalikan tingkah laku kelompok Mengawasi, memantau dan mengendalikan tingkah laku kelompok yang
mungkin dapat merugikan atau tingkah laku individu yang dapat merugikan kemlompok.
3. Sebagai juru bicara kelompoknya. Memberikan informasi yang benar, meluruskan informasi kepada
masyarakat tentang sesuatu yang diperlukan dalam rangka mengamankan kelompoknya. Juga memberikan informasi ke bawahan tentang sesuatu
yang dibutuhkan bawahan. Dalam kehidupannya sebagai pemimpin di dalam kelompok social
organisasi, seorang pemimpin akan dituntut oleh beberapa hal, yang meliputi
Realitas Baru bagi Pemimpin Paradigma Lama
Paradigma Baru
Masa Industri Masa Informasi
Stabilitas Kontrol
Kompetisi Kolaborasi
Barang Orang dan Hubungan
Universitas Sumatera Utara
22 sekumpulan peran yang kompleks, dan demikian pula dengan fungsinya. Dalam
kaitannya dengan fungsi dan peran, seorang pemimpin dapat mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada para pembantunya sesuai dengan
kedudukan yang ada dan berlaku. Peranan pemimpin yang dimaksud Anoraga, 2000:194 adalah :
1. Pemimpin sebagai perencana 2. Pemimpin sebagai pembuat kebijakan
3. Pemimpin sebagai ahli 4. Pemimpin sebagai pelaksana
5. Pemimpin sebagai pengendali 6. Pemimpin sebagai pemberi hadiah dan hukuman
7. Pemimpin sebagai sebagai teladan dan lambing 8. Pemimpin sebagai tempat menimpa segala kesalahan
9. Pemimpin sebagai pengganti peran anggota lain Kepemimpinan memiliki kaitan yang erat degan kekuasaan. Dalam hal ini
Boone dan Kurzt dalam Anoraga 2000,195 mengemukakan: “Apa pun bentuknya kepemimpinan selalu melibatkan penggunaan kekuasaan. Mereka juga
mengemukakan defenisi kekuasaan sebagai : Kemampuan seseorang dalam mempengaruhi
perilaku orang lain.”
2.1.2 Gaya Kepemimpinan Tranformasional 2.1.2.1 Defenisi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin merupakan hal yang ikut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Dan penerapan gaya
Universitas Sumatera Utara
23 memimpin antara satu organisasi dengan organisasi yang lain berbeda-beda sesuai
dengan kondisi organisasi dan pola kerja anggota organisasi, sehingga dalam penerapannya gaya kepemimpinan ini akan meningkatkan kinerja para anggota
organisasi. Menurut Hasibuan 2011 : 170, gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins 2009, gaya
kepemimpinan adalah cara yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran. Dalam hal ini usaha menselaraskan
persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
Menurut Northouse
2013,176 Kepemimpinan
transformasional merupakan proses dimana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan
hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut. Jenis pemimpin ini memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif
pengikut, serta mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka. Menurut Tjiptono dan Syakhroza dalam Pramesti 2013 kepemimpinan
transformasional adalah kepemimpinan yang mencakup upaya perubahan organisasi sebagai kepemimpinan yang dirancang untuk mempertahankan status
quo. Perubahan yang dilakukan organisasi ini dikarenakan cara-cara organisasi lama sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi pada saat medatang.
Menurut Burns dalam Jandaghi et al., 2009 kepemimpinan transformasional adalah proses di mana para pemimpin dan pengikut
Universitas Sumatera Utara
24 mempromosikan satu sama lain untuk tingkat yang lebih tinggi moralitas dan
motivasi . Pemimpin transformasional membantu pengikut mereka untuk melihat masalah lama melalui perspektif baru . Mereka merangsang pengikut mereka
untuk mencoba lebih tinggi dari tingkat biasanya . Pemimpin transformasional menginspirasi para pengikutnya untuk berpikir lebih dari mereka sendiri bertujuan
dan kepentingan dan untuk fokus pada tim yang lebih besar , organisasi , tujuan nasional dan global, memberikan perspektif masa depan , pemimpin seperti ini
mempengaruhi lebih dari pengikut mereka dengan cara menganggap bahwa perspektif sebagai tujuan mereka sendiri dan menunjukkan upaya yang tinggi
untuk mencapainya . Para pemimpin ini mampu memindahkan organisasi terhadap perspektif yang ideal dengan mengkoordinasikan karyawan dan
mengintegrasikan semua sistem komponen. Bass dalam Northouse, 2013:179 bahwa kepemimpinan transformasional
memotivasi pengikut untuk melakukan lebih dari yang di harapkan dengan: a. Meningkatkan tingkat pemahaman pengikut akan kegunaan dan nilai dari
tujuan yang rinci dan ideal; b. Membuat pengikut mengalahkan kepentingan sendiri demi tim atau
organisasi; c. Menggerakan pengikut untuk memenuhi kebutuhan tingkatan yang lebih
tinggi. Burn dalam Anoraga, 2009 mengidentifikasi dua tipe kepemimpinan
politik, yaitu kepemimpinan tranformasional dan kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan Transformasional dicirikan sebagai pemimpin yang berfokus pada
Universitas Sumatera Utara
25 pencapaian perubahan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, perilaku, emosional dan
kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik di masa depan. Pemimpin transformasional merupakan seorang agen perubahan yang berusaha keras untuk
melakukan transformasi ulang organisasi secara menyeluruh sehingga organisasi bisa mencapai kinerja yang lebih maksimal di masa depan.
Menurut Bass, pemimpin transformasional ini mampu membawa organisasi menuju kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemimpin
transaksional. Iklim dan akibat yang di peroleh bawahan dari pemimpin transformasional adalah dengan meningkatnya motivasi kerja, antusiasme,
komitmen, kepuasan kerja, kesejahteraan dan kesehatan bawahan.
2.1.2.2 Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional
Dari hasil penelitiannya, Devanna dan Tichy dalam Luthans : 2001 mengemukakan beberapa karakteristik dari pemimpin transformasional yang
efektif, antara lain : 1. Mereka mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai agen perubahan.
2. Mereka mendorong keberanian dan pengambilan resiko. 3. Mereka percaya pada orang-orang.
4. Mereka dilandasi oleh nilai-nilai. 5. Mereka adalah seorang pembelajar sepanjang hidup lifelongs learners.
6. Mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian.
7. Mereka juga adalah seorang pemimpin yang visioner.
Universitas Sumatera Utara
26 Berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh
kepemimpinan, karena pemimpin bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan pekerjaan, sebaliknya kesuksesan dalam memimpin sebuah organisasi merupakan
keberhasilan seseorang mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan atau menjalankan visinya, selain itu adanya koordinasi atau kerjasama yang baik antara
pimpinan dan bawahannya. Pernyataan tersebut sebagaimana diuraikan oleh Wahjosumidjo, 2001:172 kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan
motivasi karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada
kewibawaan, selain itu bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap karyawan, kolega maupun pimpinan itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi pengikutnya guna mencapai tujuan organisasi, oleh sebab itu
setiap pemimpin memiliki gaya style yang berbeda-beda dalam memimpin perusahaan. Salah satu gaya kepemimpinan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah gaya kepemimpinan transformasional. Berdasarkan uraian tersebut, maka kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi pengikutnya guna mencapai
tujuan organisasi, oleh sebab itu setiap pemimpin memiliki gaya style yang berbeda-beda dalam memimpin perusahaan. Salah satu gaya kepemimpinan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan tranformasional yaitu pemimpin yang mencurahkan perhatiannya
pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para pengikutnya dan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
27 pengembangan diri masing-masing pengikutnya dengan cara memberikan
semangat dan dorongan untuk mencapai tujuannya.
2.1.2.3 Faktor-faktor Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan tarnsformasional peduli dengan perbaikan kinerja pengikut, dan mengembangkan pengikut ke potensi maksimal mereka. Orang
yang menampilkan kepemimpinan transformasional sering sekali memiliki kumpulan nilai serta prinsip internal yang kuat. Mereka efektif dalam memotivasi
pengikut untuk bertindak dalam cara yang mendukung kepentingan yang lebih besar, daripada kepentingan mereka sendiri. Menurut Northouse dalam Jandaghi
et al,. 2009 ada beberapa faktor dalam kepemimpinan transformasional, yaitu : a. Pengaruh Ideal
Pengaruh ideal mendeskripsikan pemimpin yang bertindak sebagai teladan yang kuat bagi pengikut. Pengikut menghubungkan dirinya dengan
pemimpin ini dan sangat ingin menirukan mereka. Pemimpin ini biasanya memiliki standar yang sangat tinggi akan moral dan perilaku yang etis,
serta bisa diandalkan untuk melakukan hal yang benar. Meraka sangat dihargai oleh pengikut yang biasanya sangat percaya kepada mereka.
Mereka memberi pengikut visi dan pemahaman akan misi. Faktor ideal diukur dengan dua komponen: komponen pengakuan yang merujuk pada
pengakuan pengikut kepada pemimpin yang didasarkan pada persepsi yang mereka miliki atas pemimpin mereka, dan komponen perilaku yang
merujuk pada observasi pengikut akan perilaku pemimpin. b. Motivasi yang Menginspirasi
Universitas Sumatera Utara
28 Faktor ini menggambarkan pemimpin yang mengkomunikasikan harapan
tinggi pada pengikut, menginspirasi mereka lewat motivasi untuk menjadi setia pada, dan menjadi bagian dari visi bersama dalam organisasi. Pada
praktiknya, pemimpin menggunakan symbol dan daya tarik emosional guna memfokuskan upaya anggota kelompok, guna mencapai lebih
daripada apa yang akan mereka lakukan untuk kepentingan pribadi mereka. Semangat tim ditingkat oleh jenis kepemimpinan inti. Contoh dari
faktor ini bisa saja seorang manajer penjualan yang memotivasi anggota tenaga penjual untuk hebat dalam pekerjaan mereka. Mereka
melakukannya lewat kata-kata yang mendorong dan percakapan singkat, untuk memberi semangat yang jelas-jelas mengkomunikasikan peran
penting yang mereka mainkan dalam pertumbuhan perusahaan di masa depan.
c. Rangsangan Intelektual Hal itu mencakup kepemimpinan yang merangsang pengikut untuk
bersikap kreatif dan inovatif serta merangsang keyakinan dan nilai mereka sendiri, seperti juga nilai dan keyakinan pemimpin serta organisasi. Jenis
kepemimpinan ini mendukung pengikut ketika mencoba pendekatan baru dan mengembangkan cara inovatif untuk menghadapi masalah organisasi.
Hal itu mendorong karyawan untuk memikirkan hal-hal secara mandirii dan terlibat dalam pengambilan keputusan yang hati-hati. Suatu contoh
dari jenis kepemimpinan ini adalah manajer pabrik yang mengingkatkan
Universitas Sumatera Utara
29 upaya setiap pekerja untuk mengembangkan cara unik, guna memecahkan
masalah yang telah menyebabkan kemerosotan dalam produksi. d. Pertimbangan yang Diadaptasi
Faktor ini mewakili pemimpin yang memberikan iklim yang mendukung, dimana mereka mendengarkan dengan seksama kebutuhan masing-masing
pengikut. Pemimpin bertindak sebagai pelatih dan penasihat, sambil mencoba untuk membantu pengikut untuk benar-benar mewujudkan apa
yang diinginkan. Pemimpin ini mungkin menggunakan delegasi untuk membantu pengikut tumbuh lewat tantangan pribadi. Sebagai contohnya
seorang manajer yang meluangkan waktu untuk memperlakukan setiap karyawan, dalam cara yang unik dan peduli. Untuk sejumlah karyawan,
pemimpin ini bisa memberi hubungan yang kuat. Untuk orang lain, pemimpin ini bisa memberi perintah tertentu dengan tingkatan struktur
yang tinggi. Intinya kepemimpinan transformasional memiliki dampak besar dan menghasilkan kinerja yang lebih daripada yang diharapkan.
Gambar 2.3 Faktor-faktor Kepemimpinan Transformasional
Pengaruh Ideal
Motivasi yang Menginsipirasi
Rangsangan Intelektual
Pertimbnagan yang Diadaptasi
Kinerja Melebihi Harapan
Universitas Sumatera Utara
30 Di dalam tahap pengembangan yang ada, pendekatan transformasional
memiliki sejumlah kekukatan Northouse, 2013:189 yaitu : 1. Kepemimpinan transformasional telah secara luas diteliti dari banyak
perspektif berbeda, termasuk serangkaian penelitian kualitatif tentang pemimpin dan CEO yang unggul di perusahaan besar yang terkenal.
2. Kepemimpinan transformasional memiliki daya tarik alami. 3. Kepemimpinan transformasional memperlakukan kepemimpinan sebagai
proses yang terjadi antara pengikut dan pemimpin. 4. Pendekatan transformasional memberi pandangan yang lebih luas tentang
kepemimpinan yang meningkatkan model kepemimpinan lain. 5. Kepemimpinan transformasional memberikan penekanan yang kuat pada
kebutuhan, nilai, dan moral pengikut.
2.1.3 Kecerdasan Emosional 2.1.3.1 Defenisi Kecerdasan Emosional
Dalam Sumiyarsih, dkk 2012 menjelaskan bahwa istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey
dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emo-sional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan individu. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah
semuanya, dan
menggunakan informasi
ini untuk
mengembangkan pikiran dan tindakan. Definisi tersebut menjelaskan bahwa
Universitas Sumatera Utara
31 kecerdasan emosional berkaitan dengan pengarahan tindakan seseorang dalam
kehidupan pribadi maupun sosial. Bar-On Sumiyarsih dkk, 2012 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan.
Individu perlu memiliki kecerdasan emosional karena kondisi emosional dapat mempengaruhi pikiran, perkataan, maupun perilaku, termasuk dalam
pekerjaan. Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengetahui kondisi emosionalnya dan cara mengekspresikan emosinya secara
tepat sehingga emosinya dapat dikontrol dan memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang cerdas secara akademik tetapi kurang
mempunyai kecerdasan emosional, ternyata gagal dalam meraih kesuksesan di tempat kerja. Kecerdasan emosional juga mampu menentukan potensi seseorang
untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis dan mendu-kung kinerja. Menurut Goleman Yanuarita, 2014:10, kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurutnya koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social yang baik. Apabila
seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan
lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta lingkungannya. Goleman juga mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
Universitas Sumatera Utara
32 lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam
menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Salovey dan Mayer dalam Naseer et al., 2011
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memonitor sendiri dan perasaan dan emosi orang
lain , untuk membedakan antara mereka dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan seseorang . model mereka termasuk fitur
kecerdasan , penyesuaian dan dorongan . Menurut Robbins dan Judge 2009, 335 Kecerdasan emosional
emotional intelligence adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang
mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Hal tersebut pada
intinya adalah tema yang mendasari riset kecerdasan emosional akhir-akhir ini. Kecerdasan Emosional terdiri ada lima dimensi:
1. Kesadaran Diri : sadar atas apa yang dirasakan. 2. Manajemen Diri : kemampuan mengelola emosi dan dorongan-dorongan
diri sendiri. 3. Motivasi Diri : kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduruan dan
kegagalan. 4. Empati : kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
5. Keterampilan Sosial : kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.
Universitas Sumatera Utara
33
2.1.3.2 Kemampuan Utama Kecerdasan Emosional
Gardner dalam Yanuarita 2014:11-15 mendefenisikan kemampuan kecerdasan emosional menjadi lima kemampuan utama, yaitu:
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, yakni kesadaran orang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri membuat seseorang lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran
tentang suasana hati, bila kurang waspada akan individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri tidak terbatas pada mengamati diri dan mengenali perasaan akan tetapi juga menghimpun kosa kata untuk perasaan dan mengetahui hubungan
antara pikiran, perasaan, dan reaksi. Menurut Goleman kesadaran seseorang terhadap titik lemah serta kemampuan pribadi seseorang juga merupakan bagaian
dari kesadaran diri. Kesadaran diri sangat penting dalam pembentukan konsep diri yang positif. Konsep diri adalah pandangan pribadi terhadap diri sendiri, yang
mencakup tiga aspek yaitu : Kesadaran emosi, yaitu tahu tentang bagaimana pengaruhnya emosi
terhadap kinerja, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk memandu pembuatan keputusan.
Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang kekuatan- kekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang jelas tentang mana yang perlu
diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang lain.
Universitas Sumatera Utara
34 Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangai perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan
dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteran emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat
dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan. Kemampaun ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditumbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menek
c. Memotivasi Diri Sendiri
Motivasi merupakan suatu energy yang dapat menimbulkan tingkat antusiasme dalam melaksanakan suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam
diri individi itu sendiri motivasi instrinsik maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik. Istilah motivasi mengacu pada sebab atau mengapa, suatu organsisme
yang dimotivasi akan lebih efektif daripada tidak dimotivasi. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, dorongan, harapan,
kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Hal tersebut dapat dijelaskan menjadi beberapa komponen utama yaitu :
Kebutuhan : hal ini terjadi jika individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan.
Dorongan : kekuatan internal untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan yang timbul sebagai hasil dari kebutuhan biologis,
Universitas Sumatera Utara
35 seperti kebutuhan makan dan minum. Kondisi seperti ini akan memotivasi
pelaku untuk mengulangi kebutuhan tersebut. Tujuan : hal yang ingin dicapai seorang individu. Tujuan tersebut
mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan.
Selain itu yang berkaitan dengan motivasi adalah optimisme. Menurut Goleman optimisme seperti harapan memiliki pengharapan yang kuat bahwa
secara umum, segala sesuatu dalam kehidupan akan sukses kendati ditimpa kemunduran dan frustasi. Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme
merupakan sikap yang menyangga orang agar jangan sampai jatuh dalam keputusasaan atau depresi saat menghadapi kesulitan, karena optimisme
membawa keberuntungan dalam kehidupan. d.
Mengenali Emosi Orang Lain Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli, menunjukan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal social tersembunyi
yang mengisyaratkan apa kebutuhan orang lain. Sehingga lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan dan lebih mampu
mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu membaca orang lain juga mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya
sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
36 Makna empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain serta
berpikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan persasaan orang mengenai berbagai hal. Menurut Goleman kemampuan indera perasaan seseorang
sebelumn yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Empati memahami cara-cara komunikasi yang dibangun di atas kecakapan-kecakapan
yang lebih mendasar, khususnya kesadaran diri self awareness dan kendali diri self control.
e. Keterampilan Sosial
Keterampilan social, adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi
dan jaringan social, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah, meyelesaikan perselisihan untuk
bekerjasama dalam tim. Kemampuan ini dimulai dengan mengelola emosi diri sendiri dan
berlanjut pada kemampuan menangani emosi orang lain. Menurut Goleman, menangani emosi orang lain merupakan seni yang mantap untuk menjalin
hubungan, membutuhkan kematangan dua keterampilan emosional lain, yaitu manajemen diri dan empati. Dengan kedua landasan tersebut, keterampilan
berhubungan dengan orang lain akan matang. Ini merupakan kecakapan social yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.
2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Yanuarita 2014, 15 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional.
Universitas Sumatera Utara
37 a.
Faktor Internal Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu:
Segi Jasmani : faktor pisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses
kecerdasan emosinya. Segi Psikologis : mencakup di dalamnya pengalaman, perasaan,
kemampuan berpikir dan motivasi. b.
Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi
berlangsung. Faktor eksternal meliputi : Stimulus itu sendiri : kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi
Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi : objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan
kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.
2.1.3.4 Pendukung dan Penentang Kecerdasan Emosional
Robbin dan Judge 2009, 336-337 menjelaskan bahwa kecerdasan emosional memiliki beberapa hal pendukung, yaitu :
1. Daya Tarik Intuitif
Universitas Sumatera Utara
38 Terdapat banyak daya tarik intuitif pada konsep kecerdasan emosional.
Sebagian besar orang akan setuju bahwa adalah baik untuk memiliki kecerdasan jalanan dan kecerdasan sosial. Orang-orang yang dapat
mendeteksi emosi orang lain, dan mengendalikan emosi mereka sendiri, dan menangani interaksi sosial dengan baik akan mempunyai kaki yang
kuat untuk berdiri di dalam dunia bisnis, jadi pemikiran ini berlanjut. 2. Kecerdasan Emosional Meramalkan Kriteria yang Penting
Terdapat banyak bukti yang memperkuat bahwa kecerdasan emosional tingkat tinggi memengaruhi kinerja seseorang menjadi lebih baik dalam
pekerjaannya. Sebuah penelitian lainnya menemukan bahwa kemampuan mengenali emosi pada ekspresi pada wajah orang lain dan secara
emosional dapat meramalkan peringkat rekan kerja terhadap seberapa berharga orang-orang tersebut untuk organisasi mereka. Akhirnya,
penelitian mengidentifikasi bahwa secara keseluruhan EI berhubungan secara moderat dengan kinerja pada pekerjaan.
3. EI Berbasis Biologis Satu penelitian telah menunjukan bahwa orang-rang dengan kerusakan
pada bagian otak yang mengatur pemrosesan emosioanl mempunyai nilai yang secara siginifikan lebih rendah pada ujian-ujian EI. Meskipun orang-
orang dengan kerusakan otak tersebut tidak mempunyai nilai yang rendah ada ukuran-ukuran standar kecerdasan dibandingkan orang-orang yabg
tidak memiliki kerusakan otak yang sama, mereka tetap terganggu dengan pengambilan keputusan normal. Hal ini menyatakan bahwa EI berbasis
Universitas Sumatera Utara
39 secara neurologi dalam sedemikian rupa yang tidak berhubungan dengan
ukuran-ukuran standar kecerdasan, dan orang-orang yang menderita kerusakan neurologi tersebut memiliki nilai lebih rendah pada EI dan
membuat keputusan yang lebih burur dibandingkan orang-orang yang lebih sehat dalam hal ini.
Dalam Robbin dan Judge 2009, 336-337 juga menjelaskan bahwa kecerdasan emosional juga memiliki beberapa hal yang menentangnya, yaitu :
1. EI adalah Sebuah Konsep yang Samar 2. EI Tidak Dapat Diukur
3. Validitas EI Masih Dipertanyakan
2.1.4 Keberhasilan Usaha 2.1.4.1 Defenisi Keberhasilan Usaha
Astamoen 2005:251 Keberhasilan usaha adalah suatu proses dari seseorang dalam mencapai tujuan atau prestasi dengan cara yang terbaik dan
benar sehingga mencapai keberhasilan. Di dalam proses termasuk resiko yang harus dihadapi bahkan kegagalan yang harus dialami.
Nasution 2001:12, sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan
bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Menurut Anoraga dalam Sazali 2011, keberhasilan usaha dapat tercapai jika memiliki persiapan yang matang, yaitu dengan menyiapkan rencana usaha.
Rencana usaha dapat menjadi acuan dalam semua aktivitas yang akan
Universitas Sumatera Utara
40 dilaksanakan usaha tersebut, apapun jenis usaha yang dilakukan. Suryana
2006:7 menggambarkan seorang yang berhasil berwirausaha sebagai orang yang mampu menggabungkan nilai, sifat utama dan sikap dengan modal pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan praktik. Keberhasilan suatu usaha ditunjukkan dengan adanya hubungan yang
signifikan antara keuntungan, jumlah penjualan dan pertumbuhan yang dimiliki usaha tersebut Dalimunthe dalam Tanjung, 2012. Suatu usaha yang baik dapat
terus tumbuh dan berkembang jika memiliki sensitivitas yang baik terhadap perubahan yang terjadi, adaktif, memiliki rasa kebersamaan dan rasa saling
memiliki terhadap identitas usaha yang dijalankan, memiliki toleransi sehingga mampu terbuka pada setiap peluang yang ada dan pada umumnya sangat
konservatif De Geus dalam Situmorang, 2011:83. Menurut Tanjung 2012, ada beberapa langkah-langkah menuju
keberhasilan usaha yaitu : 1. Adanya ide serta visi misi yang jelas pada bisnis
2. Membuat perencanaan usaha, pengorganisasian, dan cara menjalankannya. 3. Kemauan dan keberanian menghadapi resiko.
4. Mengembangkan hubungan yang baik kepada semua pihak yang terkait dengan kepentingan usaha.
2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
Menurut Basrowi 2014, 19-26 ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan usaha yaitu :
a. Motivasi
Universitas Sumatera Utara
41 b. Usia
c. Pengalaman d. Pendidikan
Sedangkan menurut Tarigan dan Yenawan 2013 juga memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan usaha, yaitu :
a. Pendidikan yang tepat dan sesuai bisa membantu dalam mencapai kesuksesan. b. Pola pikir yang tepat, karena pola pikir yang salah dapat menghalangi untuk
meraih kesuksesan. c. Pareto, yakni 2080. Hukum pareto berarti 20 dari aktivitas tertentu dalam
hidup dapat memberikan kontribusi 80 untuk mencapai kesuksesan. d. Memiliki kebiasan perilaku positif seperti orang sukses.
e. Adanya passion di dalam diri. Kerzner dalam Pramesti 2013 menerangkan kriteria keberhasilan adalah
sesuai dengan waktu, biaya dan kinerja. Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman dimodifikasi sebagai berikut :
a. Sesuai dengan waktu yang ditetapkan b. Kinerja yang dihasilkan pada level tertentu
c. Sesuai dengan biaya d. Diterima oleh klien
e. Sesuai dengan mutu yang telah disepakati f. Tanpa mempengaruhi kinerja klan mempengaruhi budaya perusahaan
g. Mengembangkan kejujuran dalam lapangan untuk hasil yang lebih baik
Universitas Sumatera Utara
42 Sumber: Tarigan dan Yenawan 2013
Gambar 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha 2.1.4.3 Faktor Penyebab Keberhasilan Usaha
Keberhasilan hidup pada dasarnya merupakan dambaan setiap orang sehingga orang akan melakukan apa saja untuk mencapainya. Dalam banyak
studi, para peneliti mengidentifikasi karakteristik seorang wirausaha yang berhasil sebagai berikut Basrowi, 2013:21 :
a. Komitmen dan ketabahan hati secara total. b. Bergerak maju untuk mencapai tujuan dan tumbuh.
c. Peluang dan orientasi pada tujuan. d. Mengambil inisiatif dan tanggung jawab pribadi.
e. Konsisten terhadap pemecahan masalah. f. Realisme dan mempuinyai sense of humor.
g. Mengambil risiko yang telah diperhitungkan dan mencari risiko. h. Memiliki obsesi untuk mendapatkan peluang
i. Memiliki kreatifitas dan fleksibilitas. j. Memiliki kemampuan leadership.
Pendidikan Pola Pikir
Passion
Pareto Perilaku
Keberhasilan Usaha
Universitas Sumatera Utara
43 k. Selalu terbuka untuk bekerja sama.
l. Keinginan untuk belajar dari kegagalan. m. Memiliki motivasi yang besar untuk sukses.
n. Berkemauan dan bekemampuan melihat, megakui dan mengharagai potensi pihak orang lian.
o. Berorientasi pada masa depan. Menurut Situmorang 2012:84 ada beberapa faktor yang menghambat
suatu usaha masuk dalam kategori usaha yang luar biasa, yaitu : 1. Faktor Psikologis
Pemimpin tidak berani mengambil resiko dan cenderung merasa nyaman dengan kondisi yang ada comfort zone.
2. Resitensi Karyawan Sumberdaya manusia yang ada tidak merasa tertantang untuk
mengembangkan diri, memberikan ide mereka, ataupun melakukan inovasi. Hal ini disebabkan oleh lingkungan perusahaan yang
membiasakan hal tersebut. Begitu juga ditambah dengan masalah pengelolaan SDM yang kurang baik.
3. Tekanan dari Pihak Luar Tekanan eksternal bisa berasal dari keluarga, lingkungan sekitar dan
sebagainya.
2.1.4.4 Upaya Mencapai Keberhasilan Usaha
Seorang produsen atau wirausahawan dalam menjalankan uahanya banyak mengalami peristiwa jatuh bangun. Terkadang wirausahawan harus menanggung
Universitas Sumatera Utara
44 risiko kerugian, tetapi pada suatu ketika memperoleh keuntungan. Sehingga dalam
dunia usaha selalu ada risiko atau ketidakpastian usaha. Untuk mencapai keberhasilan usaha, seorang wirausahawan setidaknya melakukan upaya sebagai
berikut Sunyoto, 2013:93 : a Mempunyai keyakinan usaha untuk berhasil.
b Menerima gagasanide baru. c Menaklukan diri sendiri.
d Menerima saran orang lain. e Mempunyai keinginan yang kuat untuk selalu belajar.
f Mempunyai motivasi kerja yang tinggi Selain berpikir positif, seorang wirausahwan dalam menggali peluang pasar
setidaknya mempunyai modal utama untuk meraih keberhasilan Sunyoto, 2013:93 yaitu :
1. Pola pikir yang mengarah pada sikap dan kemauan untuk sukses. 2. Kepribadian yang kuat untuk sukses.
3. Kecakapan dalam mengelola untuk sukses. 4. Menerapkan manajemen usaha yang baik.
5. Berani memikul risiko dalam usaha
Tabel 2.2 Karakteristik wirausahawan yang berhasil dalam usaha
No. Karakteristik
Ciri 1
Percaya Diri Mengandalkan tingkat percaya dirinya yang tinggi
dalam mencapai sukses. 2
Pemecahan Masalah Cepat mengenali dan memecahkan masalah yang
dapat menghalangi kemampuannya mencapai tujuan sukses.
3 Berprestasi Tinggi
Bekerja keras dan bekerja sama dengan para ahli untuk memperoleh prestasi.
4 Pengambil Risiko
Tidak takut mengambil risiko, tetapi akan
Universitas Sumatera Utara
45 menghindari risiko tinggi jika dimungkinkan.
5 Ikatan Emosi
Tidak akan meperbolehkan hubungan emosional yang menggangu sukses usahanya.
6 Tingkat Energy
Tinggi Berdedikasi tinggi dan bersedia bekerja dengan jam
kerja yang panjang untuk membangun usahanya. 7
Pengendalian Pribadi
Mengenali arti pentingnya pribadinya bagi kegiatan usahanya.
8 Pemikiran Kreatif
Akan selalu mencari suatu cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu di dalam usaha.
9 Pengendalian Diri
Mengendalikan semua yang mereka lakukan. 10
Pemilik obyektif Mengakui jika terjadi kesalahan.
Sumber: Danang Sunyoto 2013:94-95
2.1.4.5 Menghindari Kegagalan
Menurut Basrowi 2011 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai keberhasilan usaha agar terhindar dari kegagalan yaitu :
1. Mengenali Bisnis Secara Mendalam. 2. Mengembangkan rencana Bisnis yang Matang.
3. Mengelola Sumber Daya Keuangan. 4. Memahami Laporan Keuangan.
5. Belajar Mengelola Manusia Secara Efektif. 6. Menjaga Kondisi Diri.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka penyusunan penelitian ini. Kegunaannya untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahulu, sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 1
Yasmin Chairunisa
Muchtar, Inneke
Qamariah 2014
The Influence of
Transformatio nal
Leadership Style
on Innovation
Mediated by
Organizationa l Culture
Transformational Leadership X1
Innovation Mediated Y1
Organizational Culture Y2
Hasil penelitian
bahwa kepemimpinan transformasional
memberikan kontribusi
43,3 dalam
menjelaskan budaya
organisasi, sedangkan
kepemimpinan transformasional tidak
siknifikan mempengaruhi
inovasi. Selain itu, kepemimpinan
transformasional memiliki
pengaruh langsung
terhadap budaya
organisasi. Akhirnya
penelitian ini menegaskan bahwa
budaya organisasi
memediasi hubungan antara kepemimpinan
transformasional dan inovasi.
2 Nectaria
Putri Pramesti 2013
Hubungan Gaya
Kepemimpina n
Manajer Proyek,
Kepercaya dan
Keberhasilan Proyek
Kontruksi Kepemimpinan
X1 Kepercayaan X2
Keberhasilan Proyek Kontruksi
Y Hasil
penelitian bahwa sebagian besar
responden yang
diteliti mempunyai
gaya kepemimpinan
transformasioanl sebanyak
24 responden
dengan persentase
sebsar 45,3,
dan gaya
kepemimpina transasksional
sebanyak 29
responden dengan
persentase sebesar
54,7.
Universitas Sumatera Utara
47 3
Fonthip Sarinnapakorn,
Usaporn Sucaromana
2013 Emotional
Intelligence among
Business Consultans: A
comparative Study
Emotional Intelligence X1
Business Consultants Y
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara keseluruhan
kecerdasan emotional berdampak
positif pada bisnis konsultan.
4 Yusdian
Frizi Hermana 2013
Pengaruh Kecerdasan
Emosiona; Terhadap
Keberhasilan Usaha Survei
Pada Pengusaha
Kin di Sentra Industri Kain
Cigondewah Bandung
Kecerdasan Emosional X1
Keberhasilan Usaha Y
Hasil yang diperoleh menyatakan
bahwa kecerdasan emosional
wirausaha berpengaruh terhadap
keberhasilan
usaha pengusaha
sebesar 59,40. Berdasarkan
hasil penelitian
terhadap pengujian
hipotesis dapat
diketahui bahwa
kecerdasan emosional wirausaha
memiliki pengaruh
positif terhadap keberhasilan
usaha. 5
Wiwik Sumiyarsih,
Endah Mujiasih,
Jari Ariati 2012
Hubungan antara
kecerdasan emosional
dengan organizationa
l
citizenship behavior
OCB pada
karyawan CV. Aneka
Ilmu Semarang
Kecerdasan emosional X1
Organizatinal Citizenship
Behavior OCB Y
Kecerdasan emosional dalam peneltiian ini
memberikan sumbangan
efektif sebesar 0.559, artinya
OCB karyawan
sebesar 55,9
ditentukan oleh
kecerdasan emosional, dan 44,1 sisanya
ditentukan oleh factor lain
yang tidak
diungkap dalam
penelitian ini
dan diduga turut berperan
terhadap OCB
karyawan. Kecerdasan emosional karyawan
yang tinggi
akan memberikan peluang
kepada individu untuk menunjukkan OCB.
Universitas Sumatera Utara
48 6
Zainab Naseer, dkk 2011
Impact of
Emotonal Intelligence
on Team
Performance in
Higher Education
Institutes. Emotional
Intelligence X1 Team
Performance Y Hasil
menunjukkan bahwa
kecerdasan emosioanl
memiliki dampak positif pada
kinerja tim
yang sejalan
dengan penelitian
sebelumnya. 7
Faisal Reza
Manthey 2011
Pengaruh Gaya
Kepemimpina n
Transformasio nal Terhadap
Keberhasilan Usaha
Pada Bengkel
Barspeed Medan
Gaya Kepemimpinan
Tranformasional X1
Keberhasilan Usaha Y
Bahwa hasil
dari penelitian
analisis deskriptif dapat dilihat
sebaran jawaban dan karaktersitik
responden
dengan masing-masing varibel
yang diteliti. Sedangkan
dari analisis
kuantitatif dengan metode regresi
linear sederhana, hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh yang positif
dan signifikan dari variable
kepemimpinan transformasional
terhadap
varaibel keberhasilan usaha.
8 Catarina Dyan
S 2010 Pengaruh
Kepemimpina n
Transformasio nal
dan Kecerdasan
Emosional Terhadap
Kinerja Karyawan
Studi
Pada Proyek
Konversi Energi
Batubara PT Petrokimi
Gresik Kepemimpinan
Transformasional X1
Kecerdasan Emosional X2
Keberhasilan Usaha Y
Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa kepemimpinan
transformasional dan kecerdasan emosional
berpengaruh terhadap keberhasilan usaha di
PT Petrokimia Gresik. Secara
parsial terdapatpengaruh
kepemimpinan transformasional
terhadap keberhasilan usaha
di PT
Petrokimia Gresik dan juga
menunjukkan bahwa kepemimpinan
Universitas Sumatera Utara
49 transformasional
berpengaruh dominan terhadap keberhasilan
usaha.
9 Ecaterina
Necsulescu, Gabriel
Mironov 2010 Emotional
Intelligence in Romanian
Business Emotional
Intelligence X1 Romanian
Business Y Kecerdasan emosional
berpengaruh positif
terhadap bisnis
Rumania. 10
Assoc. Prof. Dr. Gholamreza
dkk 2009 Comparing
Transformatio nal
Leadership in Successful
and Unsuccessful
Companies Transformational
Leadership X1 Dari hasil penelitian
ini dapa dilihat bahwa kepemimpinan
transformasional lebih tinggi ditemukan di
perusahaan
yang kurang
berhasil, dibandingkan
perusahaan yang
sudah berhasil. 11
Victor Pinos,
dkk 2006 Leadership In
The 21st
Century: The Effect
of Emotional
Intelligence Transformasional
Leadership X1 Emmotional
Intelligence X2 Workplace
Performance Y Menunjukkan bahwa
kepemimpinan transformational dan
kecerdasan emosional berpengaruh
postif pada
kinerja karyawan.
2.3 Kerangka Konseptual