Bahan-bahan Peralatan Metode Penelitian Pengukuran Serial SFC; Pengukuran Pararel SFC;

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RBDPKO, RBDPKOlein, RBDPST, Bleaching Earth, kertas saring. Bahan-bahan kimia yang digunakan p.a. : Citric Acid , gliserin, Nikel katalis, KOH , methanol, NaCl, cyclohexane ,wijs , Natrium thiosulfat ,amilum , kalium Iodid ,NaOH liquid, aquadest , gas hidrogen , gas nitrogen , gas oksigen dan gas helium,

3.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas , spatula, thermometer , hotplate, pipet tetes , buret digital , oven , ,batang pengaduk, dll Peralatan elektronik yang digunakan : Neraca analitik elektronik , Hydro reactor lihat lampiran hal 91, gambar no.1 Interesterifikasi reactor lihat lampiran hal 91 ,gambar no.2 Dosimat untuk analisa iodine value lihat lampiran hal 91 ,gambar no.6 Gas kromatografi CP 3800 , Varian, lihat lampiran hal 91 ,gambar no.3 NMR minispec,sq20series,Bruker,lihat lampiran hal 91,gambar no.4 5

3.3 Metode Penelitian

Jenis minyak lemak yang digunakan adalah : 1. RBDPKO Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil 2. RBDPKOlein Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Olein 3. RBDHPKO Refined Bleached Deodorized Hydrogenated Palm Kernel Oil. 4. RBDPST Refined Bleached Deodorized Palm Stearin. 38 Universitas Sumatera Utara

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Parsial Hidrogenasi dan dilanjutkan dengan proses refining

3.4.1.1 Persiapan Reaktor Hidrogenasi Dengan menggunakan hidro reactor dilakukan langkah berikut : 1. Terlebih dahulu diperiksa apakah terdapat kebocoran pada tangki reaktor dengan indikasi pada pressure gauge, fitting dan valve-nya menggunakan leakage detector. 2. Diperiksa saluran perpipaan tidak bocor, semua valve dalam keadaan tertutup, fitting dalam keadaan mengunci rapat dan tidak terdapat kebocoran. 3. Tabung hidrogen H 2 diperiksa apakah terdapat kebocoran pada valve keluarnya menggunakan leakage detector. 4. Bila tidak terdapat kebocoran maka valve tabung hidrogen dibuka secukupnya untuk digunakan dalam proses. 5. Suplai air untuk proses cooling produk diperiksa apakah tersedia dan dapat mengalir lancar melewati reactor. 6. Kemudian dilakukan reaksi hidrogenasi seperti berikut :

3.4.1.2. Prosedur kerja reaksi Hidrogenasi

1. Pompa vakum dihidupkan dan katup valve perpipaan pompa vakum menuju reaktor dibuka untuk memvakumkan reactor. 2. Setelah kondisi reaktor vakum, minyaklemak Sample yang akan dihidrogenasi seperti : RBDPKO, RBDPKOL , dengan berat +- 5 kg dimasukkan ke dalam reaktor dengan membuka valve sampling V1 katup no. 1. Kemudian valve ditutup kembali setelah minyak terhisap masuk semua ke dalam reactor. 3. Tombol hijau pada panel kontrol reaktor ditekan untuk menggerakkan agitator pengaduk dan menghidupkan pemanas Oil Thermal. 4. Setting kecepatan putar agitator sesuai dengan kecepatan yang diinginkan. 5. Kemudian, setting suhu set point untuk heater ±190 o C dan produk ±170 o C, sesuai dengan kondisi temperature yang diinginkan . 39 Universitas Sumatera Utara 6. Sambil menunggu set point tercapai, reaktor divakumkan kembali untuk mencegah kontaminasi udara dalam reactor. 7. Katalis Nickel pricat 9910 ditimbang sebanyak 0,1 sesuai dengan yang diinginkan dari massa sample yang akan dihidrogenasi. 8. Saat display suhu produk pada panel kontrol mencapai kisaran suhu 160 o C katalis Ni pricat 9910 dimasukkan ke dalam reaktor yang terlebih dahulu dilarutkan dengan sample minyak dari dalam reaktor. Cara : o Valve V 1 = Katup no.1 dibuka untuk mengambil sampel minyak yang akan digunakan sebagai pelarut katalis Ni secukupnya mis. 500 mL kemudian ditampung dalam beaker glass 1000 ml. o Katalis Ni dicampurkan ke dalam minyak tersebut sesuai takaran lalu diaduk hingga larut secara merata. o Setelah kondisi reaktor vakum, larutan katalis Ni dimasukkan ke dalam reaktor dengan cara membuka valve V 1 hingga semua larutan Ni tersedot. Kemudian, valve V 1 ditutup kembali. 9. Setelah suhu produk mencapai ±170 o C, gas H 2 diinjeksikan ke dalam reaktor. Gas H 2 diinjeksikan secara bertahap valve H 2 dibuka untuk menginjeksikan gas H 2 hingga tekanan reaktor mencapai 2 bar sesuai dengan yang diinginkan ,kemudian valve H 2 ditutup kembali; Pada saat tekanan reaktor mengalami penurunan sebesar 1 bar, dilakukan sampling minyak untuk dianalisa; Setelah sampling, dilakukan injeksi gas H 2 kembali hingga tekanan reaktor mencapai 2 bar. 10. Sampling terus dilakukan hingga tidak terjadi penurunan tekanan dalam reaktor. 11. Apabila hasil analisa sampling telah sesuai dengan yang diharapkan IV = parsial hidrogenasi , yang diinginkan maka dilanjutkan ke tahap cooling pendinginan hingga suhu produk minyak terhidrogenasi dalam reaktor mencapai ±80 o C. 12. Setelah suhu produk mencapai ±80 o C, minyak terhidrogenasi tersebut di-drain dari dalam reaktor untuk dilanjutkan ke tahap bleaching dengan menambahkan bleaching earth secukupnya. Setelah tahap bleaching, minyak 40 Universitas Sumatera Utara difiltrasi menggunakan corong Buchner untuk memisahkan minyak dengan katalis Ni dan bleaching earth. 13. Minyak yang telah difiltrasi kemudian ditampung dalam wadah yang tersedia 14. Untuk flushing reaktor dapat menggunakan RBDPKO apabila proses dilanjutkan hidrogenasi Sample berikutnya maupun RBD Olein apabila proses telah selesai. Flushing reaktor dilakukan dengan cara : o Seluruh valve dipastikan tertutup sebelum reaktor divakumkan kembali o Setelah tekanan dalam reaktor vakum, valve V 1 dibuka untuk memasukkan RBDPKO RBD Olein ±2 kg ke dalam reaktor sambil pengadukan tetap berjalan. o Dibiarkan minyak dalam reaktor selama ±5 menit. o Dilakukan drain minyak dari reaktor. o Valve V 1 dibiarkan terbuka selama beberapa saat untuk memastikan seluruh minyak untuk flushing dapat keluar. 15. Langkah 1-11 diulang kembali untuk komposisi sample yang berbeda. 16. Setelah proses flushing selesai dilakukan, panel kontrol untuk agitator dan heater dimatikan dan dipastikan bahwa tiap valve telah tertutup kembali.

3.4.1.3 Sampling Minyak yang di hidrogenasi

1. Valve V 1 katup no.1 pada reaktor dibuka dan diambil sampel minyak secukupnya 2. Valve V 1 ditutup kembali dan tekanan dalam reaktor dinaikkan lagi hingga 2 bar 3. Sampel minyak dicampurkan dengan bleaching earth secukupnya ±2, diaduk kemudian disaring menggunakan kertas saring ke dalam botol sampel PVC 4. Sampel-sampel minyak yang telah jernih digunakan untuk analisa iodine value, solid fat content , FAC dan slip melting point Catatan : Penyaringan diusahakan dalam keadaan hangat agar sampel minyak tidak mengeras selama penyaringan. 41 Universitas Sumatera Utara

3.4.2. Blending antara RBDHPKO hidrogenasi penuh dengan RBDPKO

Blending dilakukan dengan cara mencampurkan RBDHPKO Refined Bleached Deodorized Hydrogenated Palm Kernel Oil hidrogenasi penuh dengan RBDPKO Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil yang terlebih dahulu telah dicairkan, kemudian diaduk beberapa menit. Hasil blending diaduk selama 30 menit dengan kecepatan pengadukan sekitar 3500 rpm yang dilakukan pada suhu kamar.

3.4.2.1. Perbandingan blending dan perlakukan penelitian gram:

Perlakuan RBDHPKO RBDPKO 1 100 2 100 3 10 90 4 20 80 5 30 70 6 40 60 7 50 50 8 60 40 9 70 30 10 80 20 11 90 10

3.4.2.2 Perbandingan blending hasil hidrogenasi dan perlakukan penelitian

gram: Dengan cara yang sama dilakukan blending antara RBDHPKO hasil hidrogenasi penuh dengan IV 0.79 dan RBDHPKOlein hasil reaksi hidrogenasi parsial dengan IV 8.87. 42 Universitas Sumatera Utara No. RBDHPKO IV 0.79 : No. RBDHPKO IV 0.79 : RBDHPKOLEIN IV 8.87 RBDHPKOLEIN IV 8.87 1 100 : 0 12 45 : 55 2 95 : 5 13 40 : 60 3 90 : 10 14 35 : 65 4 85 : 15 15 30 : 70 5 80 : 20 16 25 : 75 6 75 : 25 17 20 : 80 7 70 : 30 18 15 : 85 8 65 : 35 19 10 : 90 9 60 : 40 20 5 : 95 10 55 : 45 21 0 : 100 11 50 : 50

3.4.2.3. Blending RBDPST dengan RBDPKL dan perlakukan penelitian gram :

Dengan cara yang sama dilakukan blending antara hard stearin dari RBDPST dengan RBDPKL, hasil blending dilanjutkan dengan reaksi interesterifikasi untuk mendapatkan kandungan lemak padat yang sesuai dengan standard dengan coating fat. Hasil blending dilakukan analisa slip melting point , IV , SFC ,FAC dan TFA.

3.4.3. Interesterifikasi

Sample RBDPKO dan RBDHPKO dari reaksi hydrogenasi ditimbang sebanyak 1.5 kg dan dimasukkan kedalam Interesterifikasi reaktor , suhu di set 130 o C dan nyalakan agitator 65 rpm , tekanan vacuum 50 mbar ,tambahkan katalis 1.5 0.75 glycerin + 0.75 NaOH liqiud dan biarkan reaksi berlangsung selama 1 jam ,sampai warna larutan berubah menjadi coklat. Setelah reaksi selesai , sample dikeluarkan dari reaktor dan dimasukkan kedalam beaker NO. RBDPST RBDPKL 1 70 30 2 60 40 3 50 50 43 Universitas Sumatera Utara glass untuk menonaktifkan katalis ditambah sedikit asam sitrat citric acid dan diaduk dengan memakai stirer , sambil ditambahkan air panas , kemudian dipindahkan ke corong pisah dan dipisahkan bagian filtrat air dibuang , diekstrak dengan air panas beberapa kali sampai air cucian berwarna jernih. Hasil ekstrak dipisahkan dengan corong pisah dan diambil bagian atas yang telah terbentuk. Dan dilanjutkan dengan menguapkan air dalam kondisi vacum. Hasil dari interesterifikasi dilakukan analisa slip melting point , IV , SFC dan FAC.

3.4.3.1. Interesterifikasi minyak inti sawit

Proses interesterifikasi dilakukan dengan sampel RBDPKO , RBDHPKO ,RBDHPO , dan Blending antara RBDHPKO : RBDHPO dengan rasio perbandingan 88 : 12 . Hasil interseterifikasi dibandingkan dengan kualiti sebelum interesterifikasi. Hasil interesterifikasi dari masing-masing reaksi interesterifikasi diatas dikarakteristik dengan beberapa cara yaitu :  Penentuan kandungan lemak padat  Penentuan titik leleh  Penentuan komposisi asam lemak dan asam lemak trans

3.4.3.2 Interesterifikasi hasil blending

Proses interesterifikasi dilakukan dengan sampel RBDPST dengan RBDPKL dari hasil blending , rasio perbandingan 70:30 , 60:40 , 50:50. Hasil interesterifikasi dilakukan analisa slip melting point , IV , SFC ,FAC dan TFA.

3.4.4 Penentuan bilangan iodium IV = Iodine Value

Angka yodium Iodine value = IV ditentukan dengan metode AOCS , angka yodium dilakukan terhadap produk hasil hidrogenasi parsial RBDPKO , RBDPKOlein dan hasil blending antara RBDHPKO dengan RBDPKO dengan ratio perbandingan : 10:90, 20:80, 30:70 , 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20 dan 90:10. Hasil blending antara RBDHPKO dengan RBDHPKOlein dengan ratio perbandingan 95:5, 90:10, 85:15, 80:20, 75:25, 70:30, 65:35, 60:40, 55:45, 50:50, 44 Universitas Sumatera Utara 45:55, 60:40, 65:35, 70:30, 75:25, 80:20, 85:15, 90:10, dan 95:5. Dan hasil blending dan Interesterifikasi antara RBDPST dengan RBDPKL juga dianalisa angka yodium. Prosedur : 1. Pastikan sample sudah benar homogen, untuk sample padat cairkan, pastikan bebas air kemudian disaring dengan kertas saring. 2. Timbang dengan teliti sample yang beratnya kira-kira +- 0.7933 gr. 3. Tambahkan 20 ml pelarut cyclohexane, homogenkan Tambahkan 25 ml larutan Wij’s, tutup dan homogenkan. Peram selama 1 jam di tempat gelap. 3. Tambahkan 20 ml larutan KI 15 . 4. Tambahkan 100 ml aquades, homogenkan. 5. Titrasi dengan larutan standar Natrium Thiosulfat  0,1 N hingga warna kuning muda. 6. Tambahkan 3 tetes indikator amilum 1 , homogenkan. warna biru. 7. Titrasi lagi hingga warna biru tepat hilang, catat volume Na. Thiosulfat terpakai V SP . 8. Lakukan blanko, catat volume terpakai V B . Perhitungan 12,69 x Sample Gram Tio. Nat. N x SP V B V = IV   

3.4.5 Penentuan titik leleh SMP = slip melting point

Titik leleh ditentukan dengan metode pipa kapiler AOCS , titik leleh dilakukan terhadap produk hasil hidrogenasi parsial RBDPKO , RBDPKOlein dan 45 Universitas Sumatera Utara hasil blending antara RBDHPKO dengan RBDPKO dengan ratio perbandingan : 10:90, 20:80, 30:70 , 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20 dan 90:10. Analisa juga dilakukan terhadap blending antara RBDHPKO dengan RBDPKOlein dan hasil blending dan hasil reaksi Interesterifikasi antara RBDPST dengan RBDPKL. Prosedur 1. Siapkan terlebih dahulu pipa kapiler dan beri label. 2. Sample dicairkan dalam beaker glass 100 ml, untuk menghilangkan airnya. 3. Celupkan 2 buah pipa kapiler dalam sample cair sepanjang 1 cm. 4. Sentuhkan dengan es agar cepat beku dan masukkan ke dalam lemari es dengan suhu konstan 10 ºC selama 16 jam. 5. Tempatkan pipa kapiler pada sisi thermometer diikat sejajar dengan thermometer sehingga ujung pipa kapiler dan thermometer sama. 6. Siapkan  600 ml aquadest dalam beaker glass 1000 ml, atur suhu air 10 ºC di bawah MP. 7. Gantung thermometer bersama pipa kapiler sampai kedalaman setengah dari air. 8. Aduk air dalam beaker glass dengan magnet stirer 1 skala dan dengan pemanasan 1 skala atau kenaikan temperatur 1 °C menit. 9. Catat temperatur saat minyak mulai bergerak 10. Titik cair lemak adalah suhu yang ditunjukkan thermometer saat cairan dalam pipa kapiler telah berbentuk cairan yang jernih dan mulai bergerak ke atas.

4.4.6 Penentuan Kandungan Lemak Padat SFC =solid fat content

Penentuan SFC dilakukan dengan pulsa NMR pada hasil hidrogenasi parsial RBDPKO dan RBDPKOlein dengan masing-masing kondisis operasi reaksi yang berbeda. Kandungan lemak padat juga ditentukan dengan blending antara RBDHPKO dengan RBDPKO dengan ratio perbandingan 10:90, 20:80, 30:70 , 46 Universitas Sumatera Utara 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20 dan 90:10. Analisa juga dilakukan pada hasil blending antara RBDHPKO dengan RBDHPKOlein dengan variasi ratio perbandingan dan hasil blending dan interesterifikasi antara RBDPST dengan RBDPKL. Lemakminyak terlebih dahulu dicairkan hingga homogen ,kemudian ke dalam tabung pulsa NMR yang telah disediakan dimasukkan lemakminyak yang telah dicairkan tadi setinggi 4-5 cm dari dasar tabung. Tabung tersebut diletakkan pada suhu70 o C selama sekitar 30 menit. Selanjutnya dipindahkan pada suhu 0 o C selama 90 menit untuk memperoleh padatan yang homogen dan stabil. Kemudian dipindahkan pada suhu yang diinginkan 20 o C, 25 o C, 30 o C, 35 o C, 40 o C masing-masing selama 30 menit dan dibaca hasil yang diperoleh pada alat pulse NMR Analyzer Bruker minispec. Prosedur pengukuran sampel : 1. Bersihkan permukaan luar tabung sampel terlebih dahulu, agar tidak terjadi penumpukan kotoran atau sisa sampel di dasar sampel chamber. 2. Masukkan sampel yang akan diukur pada tabung dengan ketinggian maksimun sampel pada tabung 4-5 cm, setelah melakukan pemanasan pengukuran sampel tempering berdasarkan metode standarnya, pengukuran dapat dimulai dengan mengklik icon `Measure` dan tergantung dari status sampel detektor apakah dalam keadaan onoff, user akan diminta untuk memasukkan sampel ke dalam sampel chamber, apabila sampel detektor dalam keadaan off atau jika sampel detektor diaktifkan, pengukuran sampel akan dilakukan secara automatis begitu sampel masuk ke dalam alat. Sebelumnya, bersihkan terlebih dahulu permukaan luar tabung sampel, agar tidak terjadi penumpukan kotoran atau sisa sampel di dasar sampel chamber. 3. Metode pemanasan pengukuran sampel tempering untuk SFC, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan serial dan pararel Berdasarkan metode Standar Internasional AOCS Cd 16b-93-Direct Method. 47 Universitas Sumatera Utara Lakukan pemanasan sampel dengan cara seperti dibawah ini:

a. Pengukuran Serial SFC;

b. Pengukuran Pararel SFC;

T E M P E R IN G 1 0 0  C - M e lt a n d H o ld 1 5 m in s . 6 0  C - 5 m in .  C – 6 0 m in . = 1 5 0 m in . 1 0  C 2 0  C 3 0  C 3 5  C 4 0  C = 8 0 m in . 3 0 m in . 3 0 m in . 3 0 m in . 3 0 m in . 3 0 m in . M e a s u re S a m p le M e a s u re S a m p le M e a s u re S a m p le M e a s u re S a m p le M e a s u re S a m p le T O T A L T IM E = 2 3 0 m in . = 6 s e c o n d s TEMPER IN G 100  C Mel t, Hol d 15 m in 60  C at l east 5 m in.  C – 60 mi n. = 3 0 min . . MEAS URE SA MPLES 10  C 20  C 30  C 35  C 40  C = 3 0 sec ond s TOTAL TIME = 11 0mi ns. 48 Universitas Sumatera Utara Catatan : - Temperatur water baths atau heating block pada 10 dan 60°C yang digunakan harus dijaga konstan tidak melebihi dari ± 0.1°C atau gunakanlah water baths yang sudah terkalibrasi. - Water baths dengan suhu 0°C di rekomendasikan di isi dengan cooling liquid atau cairan anti beku yang sesuai bisa menggunakan 20 etilen glikol encer. Suhu dijaga konstan tidak melebihi dari ± 0.1°C. - Setelah tempering pelelehan sampel 100°C, 60°C sampai 0°C tabung sampel haruslah kering sebelum ditempatkan pada metal block di water baths pada saat suhu pengukuran 10°C sampai 40°C60°C. - Bagusnya tabung tidak di seka dengan tissue, ketika akan melakukan pengukuran di sampel holder instrumen, karena ini sedikitnya akan mempengaruhi hasil dari pengukuran. - Lubang pada metal block di water baths suhu 10°C dan 15°C harus sering dikeringkan, karena adanya uap air yang terkondensasi dilubang. - Gunakanlah tutup tabung sampel, untuk membatasi penguapan, masuknya debu dan uap pelarut selama proses tempering. - Direct NMR method mempunyai repeatability yang lebih baik dibandingkan dengan indirect NMR method, tapi indirect NMR method lebih akurat. - Prosedur tempering serial dan pararel tidak jauh berbeda, pemilihan diantara keduanya tergantung dari jumlah sampel yang akan diukur dan tidak terlalu berpengaruh kepada hasil dari pengukuran. Selama pengukuran, tombol STOP tersedia, dengan mengklik tombol ini akan menghentikan proses pengukuran. Hasil pengukuran sampel langsung ditampilkan pada display windows Anda, didalamnya terdapat frame result bar, sinyal windows dan result windows. 3.4.7 Cara Pembuatan sample untuk FAME Fatty Acid Methyl Ester , komposisi FAC dan Trans Fatty Acid TFA Penentuan komposisi asam lemak dan asam lemak trans ditentukan dari hasil hidrogenasi parsial RBDPKO, RBDPKOlein dan hasil blending antara RBDHPKO dan RBDPKO dengan ratio perbandingan : 10:90, 20:80, 30:70 , 49 Universitas Sumatera Utara 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20 dan 90:10. Analisa FAC juga dilakukan pada produk hasil blending antara RBDHPKO dengan RBDPKOLein dan hasil blending dan interesterifikasi antara RBDPST dengan RBDPKL. Prosedur : 1. Timbang 0.08 gr sample yang akan dipakai dengan menggunakan micro reaction vessel 5.0 ml. 2. Tambahkan 1.3 ml KOH Methanol 5 N dan panaskan selama 15 menit dalam block heating. 3. Dinginkan micro reaction vessels selama 1 menit dalam alcohol tehnis setinggi 1 cm sampai suhu ruang. 4. Tambahkan dengan 0.8 ml BF 3 Methanol dan panaskan selama 5 menit dalam block heating. 5. Dinginkan micro reaction vessels selama 1 menit dalam alcohol setinggi 1 cm sampai mencapai suhu ruang. 6. Tambahkan 0.7 ml NaCl jenuh dan 1.5 ml n Heptane. 7. Panaskan selama 1 menit dalam block heating. 8. Sample diambil dari layer bagian atas dari micro reaction vessels dengan menggunakan syringe Hamilton 10 µ L. 9. Sample siap diinjeksikan ke GC sebanyak 1.0 µ L 3.4.8.Kondisi operasi reaksi hidrogenasi parsial RBDPKO dan RDBPKOlein sbb : No Temp Agitator Ni Tekanan 1 ± 170 o C 15 Hz 0.10 2 Bar 2 ± 160 o C 15 Hz 0.10 2 Bar 3 ± 160 o C 15 Hz 0.10 3 Bar 4 ± 170 o C 15 Hz 0.10 3 Bar 5 ± 170 o C 15 Hz 0.20 2 Bar 6 ± 165 o C 15 Hz 0.10 3 Bar 7 ± 165 o C 10.5 Hz 0.10 3 Bar 8 ± 182 o C 55 Hz 0.10 3 Bar O1 ± 170 o C 15 Hz 0.10 2 Bar O2 ± 160 o C 15 Hz 0.10 2 Bar O3 ± 160 o C 15 Hz 0.10 3 Bar O4 ± 170 o C 15 Hz 0.10 3 Bar O5 ± 182 o C 55 Hz 0.10 3 Bar 50 Universitas Sumatera Utara 3. 5. BAGAN PENELITIAN : 3.5.1. Skema Penelitian FRACTINATION REFINERY I HIDROGENASI REFINERY II PREM IUM COATING FAT COATING FAT COCOA BUTTER SUBSTITUTE FAC SFC IV M P KARAKTERISTIK 51 Universitas Sumatera Utara 3.5.2. Diagram alur proses interesterifikasi dengan katalis gliserin dan NaOH dapat dilihat seperti dibawah ini : 3.5.3 Diagram alur analisa angka yodium IV sbb : 52 Universitas Sumatera Utara 12,69 x Sample Gram Tio. Nat. N x SP V B V = IV    53 Universitas Sumatera Utara 3.5.4 Prosedur : Preparasi Fatty Acid Methyl Ester FAME AOCS method Ce 2-66 : 54 Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini diperlihatkan hasil percobaan dan akan dibahas pengaruh kondisi operasi pada saat reaksi hidrogenasi. Hasil ini juga dibandingkan dengan blending yang tidak mengalami reaksi kimia hidrogenasi, tetapi hanya terjadi pencampuran. Komposisi asam lemak dan trans fatty acid TFA pada percobaan ini sangat ditentukan oleh kandungan lemak minyak utama pada bahan baku. Untuk melihat komposisi asam lemak tersebut dilakukan dengan cara metil ester dan di analisa dengan memakai kromatografi gas GC. Hasil analisa masing-masing bahan diperlihatkan pada tabel berikut : 4.1 HASIL 4.1.1 Komposisi Asam Lemak FAC Komposisi masing-masing asam lemak dan asam lemak trans dari hidrogenasi parsial RBDPKO Refined Bleached Deodorised Palm Kernel Oil , RBDPKOlein Refined Bleached Deodorised Palm Kernel Olein, hasil blending antara RBDHPKO dengan RBDPKO, interesterifikasi, hasil blending antara RBDPST dengan RBDPKOlein dan hasil blending antara RBDHPKO dengan RBDHPKOlein, dapat dilihat pada Tabel 4.1 sd 4.18. Sedangkan tabel 4.9 sd 4.16 adalah data hubungan SFC, IV dan MP , juga dibuat grafik hubungan IV ,MP dan TFA yaitu grafik 4.1 sd 4.15. Grafik 4.16 sd 4.31 adalah merupakan grafik SFC hidrogenasi parsial , interesterifikasi dan blending. 55 Universitas Sumatera Utara