Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
116
Lenin dikenal sebagai salah seorang marxis terkemuka, sekaligus juga pemimpin revolusi Rusia.
Pandangannya tentang sastra senada dengan pan- dangan Tolstoy. Menurutnya, sastra harus menjadi
sebagian dari perjuangan kaum proletar. Sastra harus menjadi sekrup kecil dalam mekanisme sosial
demokratik Damono, 1979. Pandangan Lenin mengenai sastra lebih dikenal
sebagai pandangan realisme sosialis –aliran seni marxis yang lahir di Rusia-, yang mencoba mema-
parkan realitas yang berusaha membangun masa depan sosialis dan komunis. Aliran seni realisme
sosialis ini berkembang di Rusia sejalan dengan gerakan sosialis Kurniawan, 1999:73.
6. Georg Lukacks
Lukacs adalah seorang filsuf dan kritikus sastra Hungaria, profesor estetika dan filsafat kebudayaan
pada Universitas Budapest. Lukacs menekankan hubungan-hubungan sosial sebagai dasar estetika-
nya. Sejak manusia ada, menurutnya, hanya dalam konteks sosial dan sejarah sajalah estetika tanpa bisa
dielakkan dipengaruhi oleh politik Kurniawan, 1999:68.
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
117
Menurutnya, sastra haruslah dinamis, menata karakter-karakter dalam perspektif sejarah serta
seharusnya meperlihatkan arah, perkembangan, dan motivasi. Agar sastra menjadi dinamis, gerak sejarah
utama saat itu haruslah diperhitungkan. Gaya sastra kontemporer abad XX yang benar, menurutnya
hanyalah realisme sosialis, yang secara praktis berdampingan
dengan gerakan
sosialisme. Di
samping itu, Lucaks memperkenalkan istilah realis- me kritis, untuk seni yang dipraktikkan oleh para
pengarang yang bersimpati pada sosialisme Kurnia- wan, 1999:68.
Realisme kritis yang dianut Lucaks, ingin lebih konsisten melakukan protes terhadap sistem kapi-
talisme. Menurutnya, para borjuis dan kapitalisme sebagai musuh utama. Kapitalisme tidak saja telah
membuat pertentangan kelas yang makin melebar antara pemilik modal dan buruh, tetapi juga telah
memalsukan kesadaran manusia, hingga menilai kehidupan melulu dalam ukuran-ukuran materi.
Dalam masyarakat kapitalis, seni telah direduksi sedemikian rupa sehingga hanya menjadi komoditas
Kurniawan, 1999:71.
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
118
Untuk menjelaskan hubungan antara sastra dengan realitas, Lucaks memperlakukan karya sastra
sebagai refleksi dari sistem yang terbuka. Artinya, sebuah karya sastra realis harus membukakan pola
pokok kontradiksi-kontradiksi dalam suatu tatanan sosial Selden, 1991:27. Dalam hal ini Lukacs
mengunakan istilah “refleksi” sebagai ciri khusus keseluruhan karyanya. Menurutnya, novel mencer-
minkan realitas, tidak dengan melukiskan wajah yang hanya tampak di permukaan, tetapi dengan
memberikan kepada kita sebuah pencerminan realitas yang benar, lebih lengkap, lebih hidup, dan
lebih dinamik. Mencerminkan realitas, dalam penger- tian Lukacs adalah menyusun “sebuah struktur
mental” yang diubah urutannya ke dalam kata-kata Selden, 1991:27. Lukacs menyadari bahwa sebagai
sebuah pencerminan, mungkin apa yang digam- barkan dalam karya sastra lebih atau kurang
konkret. Namun, menurutnya sebuah novel mungkin membawa pembaca ke arah suatu pandangan yang
lebih konkret kepada realitas, yang melebihi sebuah penangkapan benda-benda menurut pandangan
umum semata-mata. Hal ini karena sebuah karya sastra tidak hanya mencerminkan fenomena indi-
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
119
vidual secara terasing, tetapi merupakan proses hidup yang penuh. Bagaimanapun juga pembaca
selalu sadar bahwa karya sastra itu bukan realitas itu sendiri, melainkan lebih merupakan bentuk
khusus yang
mencerminkan realitas
Selden, 1991:27.
7. Bertold Brecht