Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
109
Bandung,  Belinski  and  Rational  Reality  1897,  The Materialist Conception of History 1891.
Georgei  Plekanov  menyatakan  bahwa    dalam sastra,  gagasan  yang  mengandung  muatan  ideologis
harus  dinyatakan  secara  figuratif,  sesuai  dengan kenyataan yang melingkunginya. Seni adalah cermin
kehidupan sosial, tetapi memiliki insting estetik yang sama  sekali  nonsosial  dan  tak  terikat  pada  kondisi
sosial tertentu Damono, 1979. Dari pendapat tersebut tampak bahwa Plekanov
memiliki  pandangan  yang  mirip  dengan  Engels mengenai  hubungan  antara  sastra  dengan  infra-
strukturnya.  Dimensi  estetis  sastra  yang  nonsosial merupakan  hal  yang  harus  dipertimbangkan  dalam
membaca dan menilai sastra.
4. Leo Tolstoy
Leo  Tolstoy  adalah  salah  seorang  sastrawan Rusia  terkenal.  Nama  lengkapnya  adalah  Lyev  Niko-
layevich  Tolstoy.  Dia  lahir  di  Yasnaya,  Tula,  Rusia tanggal  28  Agustus  1828  dari  sebuah  keluarga
ningrat.  Sejak  umur  9  th  orang  tuanya  meninggal sehingga  ia  dibesarkan  dalam  asuhan  bibinya.
Meskipun berasal dari keluarga ningrat, Tolstoy tidak
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
110
menjadi angkuh
dan ingin
dihormati, justru
sebaliknya  ia  dikenal  sebagai  filsuf  moral  dan reformator  sosial.  Pada  saat  itu  sedang  terjadi
tekanan  revolusi  sosial,  dimana  orang  kaya  dari kelompok ningrat hidup dalam kemewahan dan pesta
pora.  Sementara  kaum  petani  dan  lainnya  yang miskin hidup dalam kesengsaraan. Umur 16, Tolstoy
kuliah di Universitas of Kazan, untuk belajar bahasa dan  hukum,  namun  karena  bosan  ia  keluar  dari
sekolah  itu.  Meski  demikian,  latar  belakang  pendi- dikan  hukum  membuat  Tolstoy  mengerti  praktek-
praktek kehidupan yang menyimpang. Kaum ningrat, bangsawan  kaya  yang  hidup  dalam  kemewahan,
ternyata tidak
selamanya memperoleh
semua kekayaan  itu  dengan  cara  yang  benar.
www.ans- wers.comtopicleo-tolstoy.htm
. Tolstoy  secara  luas  dianggap  sebagai  salah
seorang novelis yang terbesar, khususnya karena adi karyanya  Perang  dan  Damai  dan  Anna  Karenina.
Dalam  cakupan,  luasnya,  dan  gambarannya  yang realistik  mengenai  kehidupan  Rusia,  kedua  buku  ini
berdiri  pada  puncak  fiksi  realistik. Fiksinya
secara konsisten  berusaha  menyampaikan  secara  realistik
masyarakat  Rusia  yang  ada  pada  masanya.  Orang-
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
111
orang  Kosak  1863  menggambarkan  kehidupan  dan keadaan bangsa Kosak melalui cerita tentang seorang
bangsawan  Rusia  yang  jatuh  cinta  dengan  seorang gadis  Kosak.  Anna  Karenina  1877  mengisahkan
cerita-cerita  perumpamaan  tenang  seorang  perem- puan  yang  berzinah,  yang  terjebak  oleh  kebiasaan
dan  kepalsuan  masyarakat,  serta  tentang  seorang pemilik  tanah  yang  filosofis  mirip  sekali  dengan
Tolstoy,  yang  bekerja  bersama-sama  dengan  para penggarap  di  ladang  dan  berusaha  memperbarui
hidup mereka. Karena  berpandangan  bahwa  sastra  harus
menyampaikan secara realistik keadaan masyarakat, maka  Tolstoy menyatakan bahwa doktrin seni untuk
seni  harus  dihancurkan.  Seni  harus  merupakan monitor  dan  propaganda  proses  sosial  Damono,
1979.  Pandangan  ini  mendukung  apa  yang  sudah dikemukakan  oleh  Marx  bahwa  seni  dianggap  tidak
mempunyai  otonomi  sama  sekali.  Kehadirannya ditentukan  oleh  infrastrukturnya.  Estetika  sastra
yang  dianggap  sebagai  ciri  yang  bagi  Engels  dan Plekanov  tidak  boleh  dilupakan  dalam  sastra,  bagi
Toltoy dianggap tidak penting.
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
112
Dalam pandangan
Tolstoy tampak
jelas dibedakan  antara  pandangan  seni  untuk  seni  dan
seni  untuk  masyarakat.  Pendapatnya  yang  tegas bahwa
seni untuk
seni harus
dihancurkan, menunjukkan
bahwa kehadiran
seni dalam
masyarakat  bukanlah  semata-mata  sebagai  karya estetis, tetapi yang lebih penting sebagai sarana bagi
monitor dan propaganda proses sosial. Dalam hal ini sastra  ditempatkan  sebagai  gejala  kedua.  Dia  hanya
dianggap  sebagai  sarana  atau  alat  bagi  kepentingan sosial,  khususnya  kampanye  propaganda  proses
sosial,  sarana  perjuangan  kelas  menuju  masyarakat tanpa kelas.
5. Vladimir Ilyich Lenin