Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
95
BAB V SOSIOLOGI SASTRA MARXIS
A. Pengantar
Marxisme adalah aliran pemikiran yang dikem- bangkan oleh Karl Marx dan Frederick Engels, dalam
buku mereka yang berjudul The German Ideology 1845-6 Eagleton, 2002:4; Magnis-Suseno, 1999:5.
Dalam bukunya tersebut, Marx merumuskan premis dasar bahwa bidang ekonomi menentukan bidang
politik dan pemikiran manusia. Sementara itu, bidang ekonomi ditentukan oleh pertentangan antara
kelas-kelas pekerja dan kelas-kelas pemilik, bahwa pertentangan itu dipertajam oleh kemajuan teknik
produksi, dan bahwa pertentangan itu akhirnya meledak dalam sebuah revolusi yang mengubah
struktur kekuasaan di bidang ekonomi serta mengu- bah struktur kenegaraan dan gaya manusia berpikir.
Marx juga menyatakan bahwa kapitalisme pun akan berakhir dalam sebuah revolusi, tetapi revolusi itu
berbeda dari revolusi sebelumnya, akan menghapus perpecahan masyarakat ke dalam kelas-kelas yang
saling bertentangan, dan dengan demikian mengha-
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
96
pus hak milik pribadi dan menghasilkan masyarakat yang sosialis Magnis-Suseno, 1999:51.
Pada tahun 1848, Marx dan Engels menerbitkan Manifesto Komunis, yang dalam beberapa hal meru-
pakan ringkasan dari paham materialisme yang telah ada sebelumnya. Pokok pikiran tesrsebut adalah
bahwa sejarah sosial manusia tidak lain adalah sejarah perjuangan kelas, yang memiliki pola jenjang-
jenjang perkembangan: zaman kuna, feodalisme, kapitalisme, dan disusul dengan sosialisme. Setiap
jenjang tersebut dikenal dari ciri khas dalam cara produksi dan struktur kelas Damono, 1979:26.
Kelas sosial dalam andangan marxis mengacu pada golongan sosial dalam sebuah tatanan masya-
rakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi Magnis-Suseno, 1999:111. Merx
membagi kelas masyarakat kapitalis dalam tiga kelas sic, yaitu kaum buruh mereka yang hidup dari
upah, kaum pemilik modal hidup dari laba, dan para tuan tanah hidup dari rente tanah Magnis-
Suseno, 1999:113. Namun, karena dalam analisis- nya tuan tanah tidak dibicarakan dan sering disa-
makan dengan
pemilik modal,
maka hanya
dibicarakan dua kelas: kelas buruh dan kelas
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
97
majikan. Kelas para majikan memiliki alat-alat kerja, yaitu pabrik, mesin, dan tanah kalau mereka tuan
tanah; kelas buruh melakukan pekerjaan, tetapi tidak memiliki tempat dan sarana kerja, mereka
terpaksa menjual tenaga kerja mereka kepada kelas pemilik itu Magnis-Suseno, 1999:113-114. Kelas
majikan disebut sebagai kelas atas, sementara kelas buruh disebut sebagai kelas bawah. Keduanya
berada dalam hubungan kekuasaan, yang satu berkuasa atas yang lain. Kelas atas secara hakiki
adalah kelas penindas, sementara kaum pekerja yang menjual tenaganya demi memperoleh upah meru-
pakan kelas tertindas Magnis-Suseno, 1999:115. Marxisme sebenarnya merupakan teori tentang
ekonomi, sejarah, masyarakat, dan revolusi sosial. Dalam perkembangannya, marxisme sering kali
digunakan sebagai dasar analisis sastra, sehingga muncullah istilah sosiologi sastra marxis. Dibanding-
kan dengan teori sosial lainnya, teori sosial marxis menduduki posisi yang dominan dalam segala dis-
kusi mengenai sosiologi sastra Hall, via Faruk, 2003:5. Hal ini karena 1 Marx sendiri pada mula-
nya adalah seorang sastrawan, sehingga teorinya tidak hanya memberikan khusus kepada kesusas-
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
98
traan, tetapi juga dipengaruhi oleh pandangan dunia romantik pada kesusastraan; 2 teori sosial Marx
tidak hanya merupakan teori yang netral, melainkan mengandung pula ideologi yang pencariannya terus-
menerus diusahakan oleh para penganutnya; 3 di dalam teori Marx terbangun suatu totalitas kehi-
dupan sosial secara integral dan sistematik yang di dalamnya kesusastraan ditempatkan sebagai salah
satu lembaga sosial yang tidak berbeda dari lembaga sosial lainnya, seperti ilmu pengetahuan, agama,
politik, dan sebagainya. Masyarakat awam sering kali menganggap ada
persamaan antara marxisme dengan komunisme. Padahal keduanya tidaklah sama. Komunisme, yang
disebut juga sebagai komunisme internasional adalah nama gerakan atau kekuatan politik partai-partai
komunis yang sejak Revolusi Oktober 1917 di bawah pimpinan Lenin menjadi kekuasaan politis dan
ideologis internasional Magnis-Suseno, 1999:5. Isti- lah komunisme juga dipakai untuk ajaran komu-
nisme atau Marxisme-Leninisme, yang merupakan ajaran atau “ideologi” resmi komunisme. Dalam hal
ini marxisme adalah salah satu komponen dalam sistem ideologis komunisme Magnis-Suseno, 1999:-
Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Hakikat Sosiologi Sastra
99
5. Istilah Marxisme adalah sebutan bagi pembakuan ajaran resmi Karl Marx yang terutama dilakukan oleh
temannya, Frederich Engels dan oleh tokoh teori marxis Karl Kautsky Magnis-Suseno, 1999:5. Jadi
jelaslah bahwa marxisme menunjuk pada aliran pemikiran, ajaran yang dikemukanan oleh Marx
tentang masyarakat, semantara komunisme adalah nama gerakan atau kekuatan politik partai-partai
komunis.
B. Sosiologi Sastra Marxis