170
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ketiga subjek dapat diketahui bahwa gambaran kematangan emosi pada remaja putri yang
melakukan pernikahan dini dapat dilihat dari aspek kontrol emosi, penggunaan fungsi kritis mental, pemahaman diri, dan peran interaksi suami,
mertua, dan sahabat. Kontrol emosi, remaja putri yang menikah dini dalam penelitian ini
dapat digambarkan bahwa remaja putri di dalam suatu pernikahan dalam mengungkapkan emosi terbuka untuk mengungkapkan kepada suami. Namun
ternyata walaupun remaja putri telah menikah, remaja memiliki hubungan dengan sahabat. Remaja putri dapat menunjukkan rasa kasih sayang di dalam
keluarga karena sikap mertua yang menganggap remaja putri seperti anak kandung. Namun adapula remaja putri yang masih menunjukkan emosi yang
171
meledak-ledak karena hubungan yang tidak harmonis dengan suami. Sementara itu remaja putri cenderung dapat menempatkan diri namun tidak
mampu menerima kritikan yang negatif dari mertua. Sikap ketika menghadapi permasalahan dengan membicarakan dengan pasangan, membicarakan
dengan sahabat, menarik diri dan terkadang menghindar dari sumber emosi. Remaja putri pada umumnya pernah mengalami emosi yang memuncak
selama usia pernikahan yang dijalani. Permasalahan yang menjdi penyebab dikarenakan keinginan untuk bekerja namun tidak diijinkan suami, faktor
ekonomi, sikap pasangan dan hubungan dengan mertua yang kurang harmonis.
Penggunaan fungsi kritis mental, remaja putri yang menikah dini dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa remaja putri memiliki
pertimbangan sebelum menunjukkan respon emosi karena remaja putri merasa masih menetap bersama mertua sehingga harus menjaga sikap dan
perilaku. Namun terdapat remaja putri yang tidak terlalu memikirkan persoalan secara mendalam. Hal ini dikarenakan pengalaman pernikahan dini,
belajar dari hubungan keluarga kandung yang kurang harmonis serta sikap suami selama pernikahan. Sementara itu, terdapat remaja putri yang
memikirkan persoalan secara mendalam sampai terkadang dipendam sendiri. Remaja putri ketika hendak menentukan keputusan dengan cara diskusi
dengan pasangan karena hubungan yang dekat dan sama-sama terbuka, belajar menentukan setiap keputusan karena remaja putri bekerja, suami yang
lebih dominan dalam mengambil setiap keputusan. Remaja putri dalam
172
mengemukakan pendapat dapat lebih terbuka kepada suami, lebih terbuka kepada sahabat karena sikap pasangan yang semaunya sendiri dan kurang
menghargai kurang menghargai remaja putri serta terdapat subjek yang kurang dapat mengemukakan pendapat karena belum merasa dekat secara
emosional dengan mertua. Sementara itu, remaja putri yang memiliki hubungan dekat dengan mertua dapat menerima saran, nasihat, dan kritik
dalam pernikahan, remaja putri yang memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan suami cenderung kurang dapat menerima kritik dan nasihat
pasangan, terdapat remaja putri yang menerima kritikan, saran, dan nasihat dikarenakan tidak memiliki keberanian untuk menolak.
Pemahaman diri, pada remaja putri yang menikah dini dalam penelitian ini adalah remaja putri dapat memahami dan menerima dirinya.
Keluarga menerima remaja putri selayaknya anak kandung. Perselisihan dengan pasangan jarang terjadi hanya saja terkadang perbedaan pendapat
dengan pasangan yang dapat segera diselesaikan. Remaja putri mengisi waktu luang dengan bekerja dan mengasuh anak. Hubungan dengan keluarga dekat
dan menerima remaja putri, namun suami menunjukkan sikap yang kurang bersemangat dalam bekerja. Sementara itu ada remaja putri yang kurang
memiliki hubungan yang harmonis dengan bapak mertua. Remaja putri berusaha menerima kehidupan pernikahannya karena masih menetap bersama
mertua. Peran dan interaksi suami, mertua, dan sahabat dapat diketahui bahwa
suami mampu bersikap dewasa dan bertanggung jawab kepada remaja putri,
173
namun satu suami kurang mendukung kematangan emosi remaja putri karena menunjukkan sikap dan perilaku yang sering menimbulkan pertengkaran.
Perlakuan dan interaksi yang dilakukan mertua kepada remaja putri selama pernikahan dekat dengan remaja putri. Mertua mengungkapkan bahwa kedua
remaja putri sama-sama tidak mengikuti kegiatan yang dalam masyarakat, namun salah satu remaja putri mudah berinteraksi dengan masyarakat sekitar
karena berasal dari daerah yang sama. Berbeda dengan salah satu remaja putri yang mengikuti kegiatan arisan di desa. Sementara itu, perlakuan dan
interaksi yang dilakukan sahabat dengan remaja putri ditemukan bahwa ketiga sahabat memiliki kedekatan yang berarti bagi ketiga remaja putri yang
melakukan pernikahan dini. Walaupun komunikasi yang terjalin secara langsung tidak intens karena kesempatan untuk bertemu yang sedikit. Namun
berusaha berkomunikasi melalui telepon atau pesan singkat. Kecuali satu remaja putri yang sering bertemu karena berada pada satu tempat kerja.
Sementara itu, remaja putri dalam pernikahan dini dilihat dari usia pernikahan menunjukkan bahwa usia pernikahan memang berpengaruh terhadap
kematangan emosi remaja. Namun hal tersebut ditunjang dengan faktor lain seperti cara remaja putri dalam memaknai pengalaman pernikahan meliputi
pengalaman sebelum menikah dengan pengalaman dalam kehidupan pernikahan, proses berlatih peran sebagai istri dan ibu, dan hubungan dengan
mertua serta sahabat.
B. Saran