38
tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang belum matang. Remaja yang telah matang emosinya mampu menunjukkan reaksi emosional
yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi pada remaja merupakan kondisi dimana remaja dapat
mengelola emosinya sesuai situasi dan kondisi, mampu berpikir secara kritis terlebih dahulu sebelum merespon emosinya, mengekspresikannya secara
tepat dan tidak berubah-ubah. Remaja yang kurang matang emosinya biasanya cenderung melakukan hal-hal yang kurang baik, sementara itu
remaja yang matang emosinya lebih mampu mengontrol dan menempatkan emosinya dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Remaja
Masa remaja adalah tahapan perkembangan yang ditandai dengan pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Perkembangan fisik yang pesat yang
terjadi pada remaja tidak diikuti dengan perkembangan psikis yang sama pesatnya sehingga masa remaja merupakan masa yang sulit dan penuh
gejolak. Masa remaja sering disebut sebagai masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa
remaja mencakup: a.
Pertumbuhan Fisik dan Psikoseksual Remaja Menurut Endang Poerwanti Nur Widodo 2002: 106-120
perubahan fisik remaja meliputi ukuran perubahan tubuh, perubahan
39
proporsi, dan munculnya ciri kelamin primer dan sekunder karena mulai berfungsinya hormon reproduksi. Perubahan ini berbeda bagi remaja
laki-laki dan perempuan. Perubahan fisik pada remaja perempuan antara lain badan menjadi lebih tinggi, anggota badan menjadi panjang, mulai
tumbuh payudara, mulai mengalami haid atau menstruasi, tumbuh bulu- bulu sekunder, kulit berubah menjadi halus serta pinggul yang membesar.
Sedang perubahan fisik pada remaja laki-laki antara lain ditandai dengan perubahan suara, pertumbuhan tinggi badan yang pesat, dada bertambah
bidang, kulit menjadi kasar dan berbulu, serta pertumbuhan otot-otot. Selain itu Rita Eka Izzati, dkk, 2013: 125-149, memaparkan
perkembangan fisik remaja berupa perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi dan berat badan, proporsi muka dan badan. Percepatan
pertumbuhan pada remaja putri berakhir pada usia 13 tahun dan laki-laki pada usia 15 tahun. Adanya percepatan pertumbuhan pada remaja selalu
diiringi dengan perkembangan psikoseksual yang meliputi: 1 tanda- tanda pemasakan seksual primer dan sekunder; 2 kriteria pemasakan
menunjukkan perempuan tampak lebih jelas dibandingkan laki-laki; 3 permulaan pemasakan seksual pada perempuan terjadi 2 tahun lebih awal
dibandingkan pada remaja laki-laki; serta 4 perkembangan percintaan remaja.
b. Perkembangan Emosi pada Remaja
Endang Poerwanti Nur Widodo 2002: 106-120, memaparkan bahwa pada dasarnya pola perkembangan emosi remaja sama dengan
40
pola emosi masa anak-anak, hanya saja penyebab muncul dan memuncaknya emosi yang berbeda. Pelampiasan emosi pada remaja
bukan lagi dalam bentuk yang meledak-ledak dan tak terkendali seperti menangis keras, atau gulung-gulung, tetapi lebih terlihat dalam gerak
tubuh yang ekspresif, tidak mau berbicara dan melakukan kritik terhadap obyek penyebab. Perilaku semacam ini disebabkan oleh mulai adanya
pengendalian emosi yang dilakukan remaja. Selain itu Rita Eka Izzati, dkk, 2013: 125-149, memaparkan
bahwa pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut masa badai topan Storm and stress.
Meningginya emosi pada remaja karena mendapatkan tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Kepekaan emosi yang meningkat pada remaja
diwujudkan dalam bentuk remaja yang lekas marah, suka menyendiri, dan adanya kebiasaan nervous.
c. Perkembangan Moral pada Remaja
Endang Poerwanti Nur Widodo 2002: 106-120, memaparkan bahwa Perkembangan moral pada remaja merupakan kesadaran remaja
untuk mematuhi secara sukarela standar moral sebagai pedoman perilakunya. Tahap-tahap moral pada remaja telah mencapai pada tahap
moralitas hasil interaksi seimbang. Secara bertahap remaja melakukan internalisasi nilai moral dari orang tuanya dan orang-orang dewasa
disekitarnya.
41
Selain itu Rita Eka Izzati, dkk, 2013: 125-149, memaparkan bahwa perkembangan moral yang sebenarnya, terjadi pada masa remaja.
Hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan moral remaja ialah: 1 tingkah laku moral yang sesungguhnya terjadi pada masa remaja; 2
masa remaja sebagai periode untuk mencapai tingkah laku moral yang otonom; 3 eksistensi moral sebagai keseluruhan merupakan masalah
moral. d.
Perkembangan Sosial pada Remaja Endang Poerwanti Nur Widodo 2002: 106-120 menjelaskan
bahwa pada masa remaja perkembangan sosial nampak pada kesediaan remaja untuk mengikuti kegiatan remaja tertentu yang sesuai dengan
minatnya. Keberhasilan remaja dalam melakukan proses sosialisasi banyak dipengaruhi oleh sikap orang tua dan orang-orang disekitarnya
pada perkembangan sebelumnya. Kriteria keberhasilan remaja dalam melakukan kegiatan sosialisasi dilihat dari keaktifan remaja dalam
kegiatan kelompok. Sementara itu, kegagalan remaja dalam proses sosialisasi terutama dengan kelompok sebaya menyebabkan remaja
menjadi pemalu, menyendiri, kurang percaya diri atau justru tampak dalam sikap yang sombong, keras kepala, dan sering salah tingkah
apabila berada situasi sosial. Sementara itu Rita Eka Izzati, dkk, 2013: 125-149, memaparkan
bahwa pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa
42
sebelumnya. Keberhasilan dalam pergaulan sosial dapat menambah rasa percaya diri pada diri remaja. Sementara itu, penolakan kelompok
merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja. e.
Perkembangan Kognisi pada Remaja Rita Eka Izzati, dkk, 2013: 125-149, memaparkan bahwa dalam
perkembangan kognisi, remaja telah memiliki kemampuan instrospeksi berpikir kritis tentang dirinya, mampu berpikir logis, mampu berpikir
berdasarkan hipotesis, menggunakan simbol-simbol, dan mampu berpikir fleksibel berdasarkan kepentingan. Sehingga atas dasar tahapan
perkembangan tersebut, maka ciri berpikir remaja adalah idealis, cenderung pada lingkungan sosial, egosentris hipocrsty, dan kesadaran
diri akan konformis. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif remaja ialah lingkungan sosial, keluarga, kematangan, peran
perkembangan kognitif sebelum tahap operasional, budaya serta institusi sosial.
Berdasarkan pemaparan mengenai pertumbuhan dan perkembangan remaja ditinjau dari berbagai aspek di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan remaja melipiti berbagai aspek. Aspek tersebut antara lain, pertumbuhan fisik dan psikoseksual, perkembangan
emosi, perkembangan moral, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosial. Remaja mengalami perubahan yang berbeda dari setiap aspek
pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui.
43
6. Remaja Putri dalam Pernikahan Dini