Kematangan Emosi Remaja Putri Ditinjau dari Aspek Kontrol Emosi

150

1. Kematangan Emosi Remaja Putri Ditinjau dari Aspek Kontrol Emosi

Aspek kontrol emosi yang diungkapkan subjek terdiri dari empat indikator yaitu gambaran pengungkapan emosi remaja, ekspresi emosi remaja secara sosial, sikap remaja dalam menghadapi permasalahan, dan pengendalian emosi remaja saat emosi memuncak. Kontrol emosi pada remaja yang menikah dini yaitu suatu kondisi dimana remaja tidak meledakkan emosi dihadapan orang lain tanpa menunggu saat yang tepat, tempat yang tepat dan dengan cara yang dapat diterima secara sosial. Penelitian ini mengungkap bahwa pengungkapan emosi Ema terbuka dalam mengungkapkan emosi dengan orang yang dianggap dekat yaitu suami dan sahabat. Hubungan yang terjalin dengan mertua akrab dan menghormati mertua karena mertua Ema memperlakukan Ema selayaknya anak kandung. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Hurlock 2004: 56 mengemukakan bahwa pola emosi yang terjadi pada remaja tidak lagi mengungkapkan marahnya dengan meledak- ledak, dengan menggerutu, tidak mau bicara, atau mengkritik orang dengan suara keras. Pengungkapan emosi remaja dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi agar dapat diterima lingkungan sosial. Hal ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan Overstreet dalam Casmini, 2002: 32 bahwa remaja yang matang emosinya memiliki kemampuan untuk mengungkapkan apa yang akan dikemukakan. Begitu pula Santi dapat digolongkan mampu mengemukakan emosi yang dirasakan dengan orang terdekat, yaitu dengan sahabat. Hal tersebut dikarenakan sikap suami yang 151 kurang dapat menanggapi perasaan dan pembicaraan Santi sehingga sering menimbulkan konflik. Santi memiliki sahabat saat berada di tempat bekerja. Awalnya berkenalan dan bercerita kehidupan masing-masing. Santi bertemu sahabatnya saat istirahat bekerja atau sepulang dari bekerja mereka makan bersama. Santi seperti menemukan sosok seorang kakak pada diri sahabatnya. Santi sering menceritakan kehidupan pernikahan dan hubungan dalam keluarga kecilnya kepada sahabat. Berbeda dengan dua subjek di atas, Ana kurang dapat memiliki pengungkapan emosi yang sesuai. Ana memiliki figur yang menjadi tempat bercerita namun cara mengungkapkan emosi masih meledak-ledak terutama dengan suami. Hal tersebut dikarenakan Ana merasa sering merasa kelelahan melakukan aktivitas dalam rumah tangga, namun tidak mampu mengungkapkan, selain itu karena hubungan yang kurang baik dengan bapak mertua. Ana sering meluapkan kepada suami. Indikator ekspresi emosi remaja secara sosial diketahui bahwa Ema dapat menunjukkan rasa kasih sayang terhadap suami. Selain itu juga terlihat dari perlakuan Ema terhadap adiknya Sarah. Ema mengantar jemput Sarah ke sekolah setiap hari. Ema juga dapat menerima cinta dari orang yang disayangi yaitu mertua Ema. Ema bersikap patuh dan menghormati mertua. Apalagi mertua Ema sangat menyayangi dan memperhatikan Ema. Hal itu sejalan dengan teori yang dikemukakan Murray 2000: 70 yang mengemukakan bahwa salah satu ciri remaja yang matang secara emosi dapat menunjukkan rasa kasih sayang dan menerima cinta dari orang yang disayangi. Teori tersebut juga sejalan dengan teori 152 yang dikemukakan oleh Covey dalam Nurul F., 2011: 4, bahwa remaja yang memiliki kematangan emosi mampu untuk mengekspresikan perasaan dengan pertimbangan-pertimbangan akan perasaan, dan keyakinan individu lain. Berbeda dengan di atas pada subjek Santi terlihat ekspresif saat menghadapi situasi yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Namun terkadang Santi masih menunjukkan emosi yang meledak-ledak dalam menghadapi kejadian yang tidak menyenangkan. Kehidupan awal pernikahan Santi tidak seperti yang dibayangkan. Suami Santi menganggur dan biaya sehari-hari ditanggung mertua Santi. Santi bersedia ataupun tidak bersedia belajar memasak, mencuci baju, belanja kebutuhan sehari-hari dan lain sebagainya. Sementara itu, Ana juga menunjukkan sikap ramah dan dapat menempatkan diri di dalam keluarga namun Ana sensitif dan mudah tersinggung saat menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Ana tidak menunjukkan di depan mertua saat ada hal yang tidak menyenangkan. Awalnya Ana mengakui tidak dapat mengerjakan kegiatan rumah tangga, namun karena terpaksa Ana tergerak untuk belajar. Terkadang Ana menanyakan kepada ibu kandungnya karena merasa sungkan untuk menanyakan kepada mertua. Indikator sikap subjek saat menghadapi permasalahan menunjukkan subjek pertama Ema saat menghadapi permasalahan pada awal menikah sering pulang ke rumah orang tua kandung sampai suasana hatinya membaik. Namun saat ini Ema merasa memiliki kesadaran bahwa setelah menikah harus lebih sering bersama suami, tidak melibatkan orang tua 153 dalam menyelesaikan permasalahan. Ema lebih dapat membicarakan bersama suami saat memiliki permasalahan. Ema juga terkadang mengunjungi saudara sekaligus sahabatnya yaitu Efi untuk sekedar mengurangi kesepian atau sekedar bercerita. Ema bersikap menerima saran dan nasihat yang diberikan suami. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Kartono dalam Gusti A. S. dan Margareta M. S. P, 2010: 36 mengungkapkan bahwa, Individu yang telah mencapai kematangan emosi dapat mengendalikan emosinya. Subjek kedua Santi menunjukkan sikap dalam menghadapi permasalahan sesuai dengan teori yang ada. Santi menunjukkan sikap diam saat menghadapi permasalahan, mencari ketenangan dengan mengungkapkan dengan sahabatnya, keluar rumah mencari tempat refreshing sendiri ataupun terkadang bersama Adit. Senada dengan hal itu teori yang dikemukakan oleh Sartre 2002: 7 mengemukakan bahwa remaja yang matang emosinya tidak cepat terganggu oleh rangsangan yang bersifat emosional, baik dari dalam maupun dari luar individu. Subjek ketiga Ana belum dapat menghadapi permasalahan sesuai teori yang ada. Ana ketika menghadapi permasalahan bersikap menarik diri dari lingkungan dan menangis di kamar saat suami tidak berada di rumah. Indikator pengendalian emosi saat emosi memuncak menunjukkan ketiga subjek pernah mengalami emosi yang memuncak selama kehidupan pernikahan. Ema menginginkan bekerja untuk mengisi waktu senggang karena Ema sering merasa kesepian saat di rumah namun suami Ema tidak mengijinkan. Pada saat itu, ada pekerjaan sebagai penjaga toko di 154 Yogyakarta, suami Ema beralasan jauh. Ema pulang ke rumah orang tua saat emosi memuncak untuk mengatasi kesepian dan rasa kesalnya. Namun semenjak itu, sampai sekarang Ema tidak melakukan lagi semenjak dinasihati orang tua dan suami Ema. Semenjak itu, Ema dapat menerima keadaan, apalagi saat ini tengah hamil anak yang pertama. Santi pernah merasa putus asa dengan pernikahan yang dijalani. Santi belum bekerja pada saat awal menikah,sementara itu suami Santi masih belum bersemangat dalam bekerja. Santi membutuhkan biaya terutama pada saat itu sedang hamil. Biaya sehari-hari masih sering ditanggung mertua Santi. Pada saat itu Santi pulang ke rumah, namun sikap bapak kandung Santi kurang baik, sehingga Santi kembali ke tempat mertua. Saat ini Santi sudah terbiasa dengan sikap suami. Apalagi mertua Santi sudah bersikap baik kepada Santi.Sementara itu Ana pernah merasa tertekan saat berada di rumah. Penyebab yang dialami karena Ana merasa tidak tahan dengan sikap bapak mertua yang cerewet dan sering memberikan penilaian kepada subjek dalam hal sehari-hari. Ana menangis di kamar pada saat itu dan mengeluh terhadap suami Ana.

2. Kematangan Emosi Remaja Putri Ditinjau dari Aspek Penggunaan