160
ketiga Ana bersikap menerima dan menuruti saran dan nasihat dari mertua, walaupun terkadang dalam hal-hal tertentu Ana tidak setuju namun tidak
memiliki keberanian untuk menolak. Hal itu ditunjukkan saat Ana mengantar jemput keponakannya di TK padahal sedang tidak enak badan,
namun Ana tidak berani mengatakan kepada kakak iparnya.
3. Kematangan Emosi Remaja Putri ditinjau dari Aspek Pemahaman Diri
Aspek pemahaman diri pada subjek terdiri dari empat indikator yaitu gambaran pemahaman subjek mengenai dirinya sendiri, reaksi emosional
subjek yang stabil, cara subjek memahami emosi yang terjadi pada dirinya, dan mengetahui penyebabnya serta cara subjek mengatasi emosi dalam
kehidupan pernikahan. Indikator pemahaman subjek mengenai dirinya sendiri menunjukkan
bahwa subjek pertama menunjukkan bahwa Ema merasa dapat akrab dengan orang lain saat sudah merasa nyaman dan sudah mengenal dekat seperti
interaksi dengan suami dan sahabat. Ema tidak pernah menuntut suami karena menyadari suami Ema sibuk bekerja sementara Ema berada di
rumah. Namun Ema mengakui kurang memiliki aktivitas saat berada di rumah. Ema menunjukkan sikap yang tekun. Semenjak menikah Ema
belajar memahami perannya sebagai istri di rumah. Ema menyibukkan diri dengan kegiatan di rumah seperti belajar memasak, menyetrika, mencuci
dan lain sebagainya. Awalnya Ema tidak dapt memasak, bahkan sebelum menikah Ema tidak pernah mencuci baju, menyetrika, berbelanja namun
161
karena latihan lama kelamaan Ema terbiasa. Subjek kedua Santi menghadapi kenyataan dengan semangat. Hal tersebut diwujudkan dengan sikap tekun
Santi dalam bekerja. Santi berusaha bertanggung jawab dalam keluarga kecilnya terutama untuk masa depan anaknya. Santi terkadang merasa kesal
dengan kondisi suami Santi yang bermalas-malasan dalam bekerja. Sementara itu subjek ketiga Ana mudah tersinggung dan sensitif terhadap
ucapan yang tidak mengenakkan, terutama ucapan bapak mertua Ana yang sering menyinggung perasaan Ana. Ana berkepribadian ramah saat bersama
tetangga. Hubungan Ana dengan tetangga akrab dan mudah membaur dengan tetangga. Hal itu dikarenakan Ana berasal dari desa yang sama
sehingga sudah mengenal tetangganya. Ana memiliki sifat rajin dan tekun terutama dalam melakukan aktivitas rumah tangga. Hal ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan Walgito 2004: 43, memaparkan bahwa remaja yang matang emosinya dapat menerima keadaan dirinya secara objektif.
Senada dengan pendapat di atas menurut Hurlock Maryati, Alsa Rohmatun, 2007: 78 mengungkapkan bahwa remaja yang matang emosinya
memiliki pemahaman akan kekurangan dan kelebihan diri. Indikator reaksi emosional subjek yang stabil pada subjek pertama
Ema menunjukkan bahwa mertua dan tetangga Ema dapat menerima kehadiran Ema semenjak menikah dan menetap bersama mertua. Ema juga
dapat menunjukkan perilaku dan dapat mengungkapkan perasaan yang diterima lingkungannya. Ema jarang bertengkar dengan mertua, dan tidak
pernah menunjukkan kemarahan di depan mertua. Ema menghormati dan
162
menyayangi mertuanya, karena mereka memperlakukan Ema dengan baik, selayaknya anak kandung. Ema merasa nyaman dan setiap situasi selalu
disikapi dengan positif. Terlebih saat ini Ema tengah hamil anak yang pertama. Ema begitu antusias atas kehamilannya yang telah ditunggu-
tunggu. Ema rajin memeriksakan kehamilannya di puskesmas terdekat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Hurlock 2004: 70
mengemukakan bahwa reaksi emosional remaja stabil ditandai dengan kondisi fisik remaja yang baik, kondisi lingkungan dan pengalaman remaja
dalam mengungkapkan emosi yang dapat diterima secara sosial. Subjek kedua Santi juga menunjukkan reaksi emosional yang stabil. Mertua Santi
bersikap baik dan menerima Santi walaupun terkadang timbul perselisihan. Semenjak bekerja Santi lebih sedikit memiliki waktu di rumah. Santi lebih
sering menghabiskan waktu bersama anaknya saat berada di rumah atau mengikuti arisan rutin yang diadakan di desanya. Saat ada konflik Santi
menarik diri dari lingkungan dan mencari tempat refreshing untuk meluapkan kekesalannya, selain itu bercerita kepada sahabatnya. Konflik
ang terjadi berhubungan dengan sikap dengan suami Santi. Sementara itu subjek ketiga Ana menunjukkan reaksi emosional yang kurang stabil. Ana
tidak memiliki kecocokan dengan bapak mertua dan sering merasa kesal. Ana merasa diabaikan bapak mertua. Namun Ana tidak pernah
menunjukkan ketidaksukaan kepada keluarga. Ana lebih memilih diam dan menangis di kamar.
163
Indikator cara subjek memahami emosi yang terjadi pada dirinya dan mengetahui penyebabnya dari subjek pertama menunjukkan setelah
menikah Ema menyadari harus mandiri dan mulai belajar dewasa saat ada permasalahan diselesaikan bersama suami. Sebelum menikah Ema terbiasa
terbuka semua hal dengan teman-temannya. Setelah menikah, Ema belajar tidak bergantung dengan orang lain dan hal-hal yang dirasakan dalam
keluarga harus dipahami bersama suami. Terlebih orang tua Ema telah memberikan gambaran mengenai kehidupan pernikahan sebelum Ema
menikah. Sementara itu subjek kedua Santi menunjukkan dapat memahami emosi yang terjadi dalam dirinya. Santi belajar mandiri menghadapi setiap
situasi sehari-hari dan bertanggung jawab dengan keluarga kecilnya. Santi merasa pada awal menikah hidup dengan keluarga baru banyak mengalami
kecewa dan susah karena sikap suami Santi dan penerimaan keluarga kandung Santi.
Semenjak menikah, hubungan dengan orang tua kandung menjadi renggang terutama dengan bapak kandung Santi. Namun Santi tetap
mengunjungi orang tua Santi setahun sekali setiap lebaran. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Overstreet dalam casmini, 2004: 32,
mengungkapkan bahwa remaja yang matang emosinya mampu mengambil pelajaran dari pengalaman hidupnya dan orang di sekitar subjek untuk
digunakan dalam menjalani kehidupannya. Subjek ketiga Ana belum mamapu memahami emosi yang terjadi pada dirinya. Ana merasa bingung
saat menghadapi situasi dalam rumah tangga terkadang Ana merasa marah tanpa sebab saat berada pada situasi yang tidak menyenangkan.
164
Indikator cara mengatasi emosi dari subjek pertama menunjukkan Ema merasa lega setelah meluapkan perasaan yang dialami dengan
bercerita kepada suami atau sahabat. Saat Ema merasa kesepian, Ema terkadang mengunjungi sahabatnya dan menghabiskan waktu bersama. Hal
ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Hollingworth Morgan dalam Nurul F., 2011: 4, bahwa remaja yang emosinya matang memiliki ciri
mampu menunda respon emosional yang negatif dari lingkungannya. Santi
bahagia biasanya berbagi cerita dengan suami atau sahabatnya. Namun, Santi kurang dapat mengatasi kejadian yang kurang mengenakkan secara
positif. Santi biasanya menghindar saat ada konflik, atau kadangkala Santi meluapkan kekesalan secara langsung kepada suami Santi. Subjek ketiga
Ana menunjukkan cara mengatasi emosi yang belum sesuai teori yang ada. Ana saat memiliki permasalahan sering menyimpan sendiri atau menangis
saat tidak ada suami atau tetangga sekaligus sahabat.
4. Peran Lingkungan Sosial Remaja Putri