Kerangka Berfikir KAJIAN PUSTAKA

64 secara fisisk maupun psikis. Perkembangan fisik disertai penyesuaian mental yang membentuk sikap, nilai, dan norma baru. b. Masa remaja sebagai masa peralihan, masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan serta mempelajari perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang ditinggalkan. Perilaku yang dapat ditumbuhkan yaitu dengan perilaku prososial untuk membangun hubungan yang positif dengan orang. c. Masa remaja sebagai periode perubahan, selama masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat pesat maka perubahan perilaku dan sikap juga terjadi secara pesat. Perubahan yang terjadi diantaranya meningginya emosi, perubahan tubuh, peran yang diharapkan, pola perilaku dan sikap yang sesuai. Berdasarkan paparan tersebut, maka karakteristik perkembangan sosial pada masa remaja adalah berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan pergaulan, adanya upaya memilih nilai-nilai sosial, meningkatkan ketertarikan dengan lawan jenis, membentuk pola perilaku yang sesuai tidak kekanak-kanakan, menumbuhkan sikap dan perilaku yang sesuai agar tercipta hubungan yang positif.

D. Kerangka Berfikir

Pada masa perkembangan, siswa Sekolah Menengah Kejuruan SMK termasuk dalam kategori masa remaja pertengahan, berkisar dari 65 usia 15 tahun sampai 18 tahun. Pada masa remaja terdapat berbagai macam penyesuaian dan konflik yang terjadi.Hal tersebut dikarenakan pada masa remaja merupakan masa peralihan dan masa perubahan individu dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.Pada masa peralihan tersebut tidak hanya dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian diri, namun juga perlu untuk penyesuaian sosial seperti nilai-nilai, etika, dan perilaku di masyarakat. Individu dalam melakukan penyesuaian sosial yang baik perlu adanya upaya dan tindakan yang positif agar mampu menjalin hubungan yang hangat, yaitu dengan melakukan tindakan perilaku prososial dalam bentuk menolong, berbagi, bekerjasama, dan berempati, sehingga mampu mencapai kesejahteraan psikologis. Banyak hal yang akan terjadi, apabila kurang terciptanya perilaku prososial dan kesejahteraan psikologis psychological well-being pada masa remaja, seperti fenomena yang terjadi pada siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta, diketahui bahwa siswa belum mampu mewujudkan perilaku prososial sepenuhnya, diidentifikasikan dengan menurunnya kepekaan dan kepedulian siswa, kurangnya sikap kejujuran, dan sikap tolong menolong dalam berperilaku dengan orang yang lebih tua. Hal tersebut dapat memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan siswa, khususnya perkembangan pribadi-sosialnya.Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian dan pembenahan untuk dapat mengubah sikap dan perilaku yang kurang baik pada siswa tersebut. 66 Individu dalam tugas perkembangan pribadi-sosialnya harus mampu menjalin hubungan yang positif dengan orang lain dan mampu menentukan sikap serta perilakunya sendiri tanpa terpengaruh oleh orang lain untuk dapat merealisasikan keinginan dirinya sendiri. Begitu pula dengan remaja, pada masa peralihan seorang remaja sangat dibutuhkan pengembangan pribadi dalam berperilaku yang sesuai dengan nilai dan norma didalam masyarakat, seperti sikap saling tolong menolong, berbagi, jujur, bekerjasama dan lain-lain dalam bentuk perilaku prososial yang efektif sehingga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis psychological well-being. Sesuai dengan pemikiran Feldman Robert S. 2012: 384 yang menyatakan perilaku prososial adalah perilaku menolong, yang memberikan pengaruh yang positif bagi orang yang melakukan tindakan menolong dan orang yang menerima pertolongan, William Tri Dayaksini Hudaniah, 2006:211 menyatakan tujuan dari perilaku prososial yaitu untuk memperoleh penghargaan dan kepuasan, seperti perasaan bahagia dapat menolong orang lain dan terbebas dari perasaan bersalah. Weinstein 2010: 222 menyatakan bahwa ketika seseorang memberikan pertolongan dalam perilaku prososial memiliki pengaruh pada kesejahteraan psikologis orang yang melakukan tindakan menolong tersebut.Individu yang melakukan perilaku prososial memiliki kesejahteraan psikologis psychological well-being yang baik, dalam arti bahwa individu yang memutuskan untuk melakukan perilaku prososial 67 pada dirinya maka tercapai fungsi kesejahteraan psikologis psychological well-being yang memiliki penerimaan diri yang baik, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, memiliki kemandirian, memiliki tujuan hidup, mampu melakukan pengembangan pribadi, dan penguasaan lingkungan yang baik.Oleh karena itu, antara perilaku prososial dan kesejahteraan psikologis psychological well-being harus berjalan saling berdampingan dan melengkapi kaitannya dengan tugas perkembangan pribadi-sosial. Terkait fenomena yang terjadi pada siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah Yogyakarta, siswa yang melakukan perilaku prososial dan memiliki kesejahteraan psikologis psychological well-being maka akan dapat mencapai tugas perkembangan dengan baik yaitu memiliki konsep-konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat dan mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial untuk memasuki dunia dewasa sehingga mampu melakukan aktualisasi diri. Berkaitan dengan adanya kemungkinan hubungan antara perilaku prososial dan kesejahteraan psikologis psychological well-being, dapat diartikan bahwa jika perilaku prososial yang dimiliki tinggi maka kesejahteraan psikologis psychological well-being yang dimiliki juga tinggi.

E. Hipotesis Penelitian