104 jawab, model-model prososial, kehadiran orang lain, pola asuh, serta
hubungan antara penolong dan orang yang hendak ditolong.
2. Kesejahteraan Psikologis psychological well-being Pada Siswa
Kelas XI di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kecenderungan kesejahteraan psikologis psychological well-being
pada siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 2 Muhammadiyah Yogyakarta mayoritas termasuk pada kategori tinggi sebanyak 79
responden 72 dan pada kategori sedang sebanyak 16 responden 14, dan kategori sangat tinggi sebanyak 15 responden 14. Hasil
tersebut mendukung penelitian sebelumnya yang dilakakukan oleh K. Jayakrishnan, Shalini, Savitha 2014: 55 yang menyatakan
kesejahteraan psikologis psychological well-being pada tahap perkembangan
remaja memiliki
kesejahteraan psikologis
psychological well-being yang tinggi. Kesejahteraan
psikologis psychological
well-being merupakan konsep pencapaian kesehatan individu sebagai fungsi
kesehatan mental yang positif. Deskripsi individu yang memiliki kesejahteraan psikologis psychological well-being yang baik adalah
individu mampu merealisasikan potensi dirinya secara berkelanjutan, mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan orang lain,
memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, dan memiliki arti dalam hidup.Tingkat kesejahteraan psikologis psychological well-being
105 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi mengindikasikan bahwa
siswa memiliki penerimaan diri yang baik, mampu menciptakan hubungan yang positif dengan orang lain, memiliki kemandirian,
mampu melakukan penguasaan lingkungan, memiliki tujuan hidup, dan mampu mengembangkan potensi dalam diri.
Ada beberapa faktor kesejahteraan psikologis psychological well-being, Ryff Singer 1996: 18 menyatakan bahwa
kesejahteraan psikologis psychological well-being dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
pekerjaan, dan latar belakang budaya. Siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang mayoritas orang Jawa yang lebih
mengutamakan budaya Timur sehingga memiliki budaya yang berorientasi pada orang lain seperti hubungan yang positif dengan
orang lain. Pada usia remaja, penguasaan lingkungan dan kemandirian
menunjukkan peningkatan seiring perbandingan usia. Jenis kelamin menunjukkan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan
positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Tingkat pendidikan yang tinggi menunjukkan bahwa individu memiliki faktor
pengaman ilmu dan keahlian dalam hidup untuk menghadapi masalah, tekanan, dan tantangan.Latar belakang budaya yang berbeda
dapat memberikan dampak yang berbeda dalam pencapaian kesejahteraan psikologis psychological well-being.
106 Basson 2008: 64 menyatakan faktor lain yang berkontribusi
terhadap kesejahteraan psikologis psychological well-being yaitu karakteristik kepribadian, keluarga, orangtua, saudara, teman sebaya,
sekolah, dan usia. Hal tersebut dapat memberikan peranan dalam tingkat kesejahteraan psikologis psychological well-being pada
siswa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan tingkat kesejahteraan psikologis psychological well- being pada siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta
sebagian besar termasuk pada kategori tinggi yang berarti kesejahteraan psikologis yang dimiliki siswa baik. Hal ini berarti,
siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta memiliki penerimaan diri yang baik, hubungan positif dengan orang lain,
penguasaan lingkungan yang baik, kemandirian yang baik, mengembangkan potensi diri yang baik, dan tujuan hidup yang baik.
3. Hubungan antara Perilaku Prososial dengan Kesejahteraan