Pengadaan Sarana dan Prasarana Pembelajaran

68 berdasarkan pada prioritas barang mana yang paling dibutuhkan oleh peserta didik. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator sarpras yayasan yang terdapat pada lampiran 5.2. bahwa, “Jadi ya itu kaya AC yang itu sangat dibutuhkan oleh anak-anak, selama hal itu akan mengganggu konsentrasi anak ya itu yang akan kami dahulukan”.

2. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pembelajaran

Proses pengadaan sarana dan prasarana dilakukan langsung oleh koordinator sarpras dari yayasan. Pelaksanaan pengadaan gedung sekolah dilakukan dengan cara meminjam karena bangunan yang sekarang ditempati merupakan pinjaman dari Keraton Yogyakarta. Selah satu pendiri sekolah tersebut merupakan putra mantu dari Sri Sultan HB X sehingga beberapa kampus Sekolah Tumbuh menempati cagar budaya milik Keraton Yogyakarta. Proses pengadaan sarana yang dilakukan oleh SD Tumbuh 1 Yogyakarta sebagian besar dilakukan dengan cara membeli. Pembelian tersebut diambil dari dana yang dimiliki oleh sekolah yang bersumber dari orang tua, BOS, BOSDA, dan dana inklusi. Hal tersebut senada dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah yang terdapat pada lampiran 5.3. bahwa, “Jadi dari orang tua, BOS, BOSDA, dana inklusi itu yang kami terima”. Pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana dilakukan setiap awal tahun anggaran yaitu bulan Januari pada setiap tahunnya. Sekolah menggunakan tahun masehi sebagai tahun anggarannya. Dokumen sekolah menjelaskan prosedur pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran di SD Tumbuh 1 Yogyakarta yang berkaitan dengan kelas yaitu 1 guru melaporkan kepada kepala sekolah sarana apa saja yang perlu dibeli untuk menunjang fasilitas kelas; 2 kepala sekolah akan melakukan obsevasi langsung dan melaporkannya ke koordinator sarpras 69 dari yayasan; 3 koordinator sarpras dari yayasan akan melihat langsung ke lokasi untuk mengecek ulang dan melihat anggaran APBS untuk barang yang akan dibeli kemudian mencatatnya untuk pengajuan ke bagian keuangan untuk dilakukan pengadaan; 4 koordinator sarpras dari yayasan melakukan pembelian sarana apabila dana sudah turun; dan 5 menyalurkan sarana kepada kelas yang membutuhkan setelah dilakukan inventaris dan mendapatkan tanda terima dari sekolah. Sedangkan prosedur pengadaan sarana yang berkaitan dengan sekolah dalam dokumen tersebut adalah: 1 kepala sekolah melaporkan kepada koordinator sarpras mengenai barang fasilitas yang rusak atau yang perlu dibeli untuk menunjang fasilitas sekolah; 2 koordinator sarpras melakukan observasi; 3 mencari kebutuhan survey akan fasilitas yang diperlukan apabila perlu adanya pengadaan barang; 4 melihat anggaran di RAPBS untuk barang yang akan dibeli; 5 koordinator sarpras akan pengajuan dana atas kebutuhan fasilitas yang diperlukan; 6 pembelian barang apabila dana sudah turun; 7 penyaluran barang kepada kelas yang membutuhkan setelah diinventaris kedalam daftar inventaris barang; dan 8 tanda terima barang apabila sudah diterima di sekolah yang mengajukan permohonan barang. Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan koordinator sarpras yayasan yang terdapat pada lampiran 5.2. bahwa, “Yaitu tadi kepala sekolah melapor ke saya, kemudian saya terjun ke lapangan untuk melihat langsung, nanti saya cek didaftar saya barang ini bisa diadakan atau tidak. Baru nanti saya yang melakukan pengadaan kalau memang itu dirasa perlu”. Pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran di SD Tumbuh 1 Yogyakarta dibedakan menjadi pengadaan rutin dan tidak rutin. Untuk pengadaan rutin dilakukan sesuai dengan jenis sarananya. Alat Tulis Kantor ATK pengadaannya 70 dilakukan setiap satu bulan sekali. Sedangkan maintance pengadaannya akan dilakukan setiap enam bulan sekali. Pengadaan tidak rutin biasanya dilakukan apabila ditemukan kondisi bahwa ada sarana yang mendesak pengadaannya namun tidak tercantumkan pada APBS. Sekolah memiliki kriteria tersendiri dalam melakukan pengadaan aset sekolah yang terangkum dalam konsep furniture SD Tumbuh dimana masing-masing kelas memiliki konsep furniture yang berbeda sehingga untuk pengadaannya dilakukan dengan pemesanan kepada rekanan yang telah ditunjuk oleh yayasan. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan koordinator sarpras yayasan yang terdapat pada lampiran 5.2. bahwa, “Jadi kursi kelas I tinggi dan besarnya tidak sama dengan kursi kelas IV. Selain itu pinggir meja juga tidak boleh runcing biar tidak membahayakan anak”. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah yang terdapat pada lampiran 5.3. bahwa “Setiap kelas memiliki ukuran tiap kelas yang berbeda. Kelas prep sama dengan kelas satu, kelas dua sama dengan kelas tiga, kelas empat sama dengan kelas lima, kelas enam nanti sama dengan kelas tujuh SMP”. Sekolah memberikan otonomi terhadap guru dan karyawannya dalam melakukan pengadaan yang berkaitan dengan kepentingannya masing-masing. Setiap guru dan karyawan diberi uang program dengan jumlah tertentu pada setiap bulannya untuk melaksanakan kegiatan yang menunjang pembelajaran siswa di sekolah. Pernyataan tersebut sesuai hasil wawancara dengan Kepala Sekolah yang terdapat pada lampiran 5.3. bahwa: “Masing-masing kelas itu mempunyai ukuran untuk pengadaan barang. Dari mana itu, setiap bulannya setiap kelas itu mendapatkan yang namanya uang program. Uang program itu adalah uang yang digunakan oleh para edu untuk melakukan programnya dalam satu bulan itu. Nah spesifikasi yang kami lakukan adalah masalah harga, jika barang pengadaan itu harganya di atas 71 uang program yang mereka miliki biasanya akan dilempar ke Saya. Tetapi jika itu masih mampu dalam batas uang yang mereka miliki dalam satu bulan, itu nanti akan dilakukan pengadaan sendiri”. Guru mendapatkan otonomi dalam membuat dan membeli sarananya sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan kelas. Media pembelajaran yang disediakan oleh sekolah juga digunakan dengan dilengkapi media yang dibuat atau dibeli sendiri oleh guru. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh guru kelas IIIA dari hasil wawancara yang terdapat pada lampiran 5.4.1. bahwa, “Kami setiap bulan diberi uang program oleh sekolah untuk membeli apa saja yang dibutuhkan oleh siswa sesuai dengan program yang kami buat selama satu bulan “. Hal tersebut senada dengan hasil wawancara oleh guru kelas IVA yang terdapat pada lampiran 5.4.2. bahwa, “Kami di sini setiap bulannya diberi uang program untuk menjalankan program pembelajaran selama satu bulan. Salah satunya digunakan untuk membeli atau membuat media belajar bagi anak-anak. Karena untuk memperjelas materi pelajaran guru tidak hanya menggunakan media yang disediakan oleh sekolah tetapi juga menyediakannya sendiri”. Sehingga setiap kelas memiliki media pembelajaran dan alat peraga sendiri yang sudah disesuaikan dengan materi pembelajaran. Pernyataan ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IVA yang terdapat pada lampiran 5.4.2. bahwa, “Memang di sini setiap kelas memiliki alat peraga dan media pembelajaran yang sudah disesuaikan dengan materi pelajarannya. Selain alat peraga di kelas kita juga menyediakan permainan edukatif untuk para siswa yang boleh digunakan pada saat jam istirahat”. Alat peraga dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak harus selalu diadakan dengan cara membeli, tetapi bisa juga diadakan dengan memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai. Hal tersebut sesuai hasil wawancara dengan koordinator sarpras yayasan yang terdapat pada lampiran 5.2. bahwa, 72 “Pembuatannya itu pun nggak harus beli si, kami bisa menggunakan barang yang sudah tidak terpakai seperti kardus atau botol plastik itu juga bisa kami gunakan untuk pembelajaran juga. Jadi tidak melulu harus beli”. Pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana tidak hanya melibatkan guru tetapi untuk beberapa sarana tertentu siswa juga ikut dilibatkan. Siswa terlibat dalam pelaksanaan pengadaan media pembelajaran dan alat peraga yang mereka gunakan sebagai penunjang dalam proses pembelajarannya. Guru mengajak siswanya membuat media belajar dan alat peraga dengan tujuan agar siswa lebih memahami tentang materi yang sedang diajarkan kepadanya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan koordinator sarpras yayasan yang terd apat pada lampiran 5.2. bahwa, “Iya, anak-anak juga bisa dilibatkan. Jadi kayak kemarin bikin gunung merapi itu buat sendiri juga, anak-anak diikutsertakan dalam pembuatannya”.

3. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pembelajaran