66
Peserta didik yang dilayani dalam sekolah ini juga berbeda-beda yang bila dikategorikan terdapat dalam kategori normal dan berkebutuhan khusus yang
secara bersama-sama memperoleh pendidikan dalam satu tempat yang sama. Berdasarkan data wawancara, observasi dan studi dokumen pelaksanaan
manajemen sarana dan prasarana pembelajaran meliputi perencanaan dan analisi kebutuhan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, dan pengendalian sarana
prasarana di SD Tumbuh 1 Yogyakarta.
1. Perencanaan dan Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Pembelajaran
Kegiatan awal dalam manajemen sarana dan prasarana pembelajaran adalah perencanaan dan analisis kebutuhan. Perencanaan dan analisis kebutuhan di SD
Tumbuh 1 Yogyakarta dilakukan setiap awal tahun ajaran baru. Guru kelas dan Guru Pendamping Khusus GPK melakukan observasi yang berlangsung selama
satu bulan dengan dua hari pertama merupakan observasi awal. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator Pelaksanaan
Pendidikan Inklusif yang terdapat pada lampiran 5.1. bahwa, “Setiap tahun ajaran baru masuk, sebulan pertama kita lakukan observasi dengan instrumen observasi,
setelah satu bulan kita lihat hasilnya. Ada empat aspek yah mbak kognitif, perilaku, s
osial dan emosi”. Hasil dari observasi tersebut berupa macam-macam kebutuhan anak yang menunjang proses belajarnya termasuk disini kebutuhan
sarana prasarana pembelajarannya. Setelah hasil observasi itu terkumpul dan dievaluasi maka guru bisa mengambil keputusan hal-hal apa saja yang perlu
diadakan untuk membantu anak dalam melakukan pembelajarannya. Pengelolaan sarana dan prasarana pembelajaran di SD Tumbuh diserahkan
kepada seseorang yang ditunjuk oleh yayasan yaitu Ibu IDS. Beliau melakukan
67
analisis kebutuhan secara langsung sebelum memasukannya dalam Rencana Anggaran Belanja RAB. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan
Beliau yang terdapat pada lampiran 5.2. bahwa, “Sebelumnya kami memang sudah ada RAB, biasanya disitu sudah saya rincikan beberapa aset yang akan
diadakan. Kalau biasanya nanti saya akan terjun langsung ke kelas-kelas, mencatat apa saja yang dibutuhkan”.
Pelaksanaan analisis kebutuhan juga melibatkan kepala sekolah dan para guru yang mengajar di sekolah. Pelibatan guru dalam pelaksanaan analisis kebutuhan
peserta didik
lebih kepada
kebutuhan peserta
didik dalam
proses pembelajarannya. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator
Pelaksanaan Pendidikan Inklusif yang terdapat pada lampiran 5.1. bahwa, “Kita yang menganalisis ABK itu guru kelas karena selama sebulan pertama itu yang
tahu ya guru kelas”. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh hasil wawancara dengan koordinator sarpras yayasan yang terdapat pada lampiran 5.2. bahwa,
“Jadi pelibatan guru itu sangat penting buat saya, karena guru yang bisa melihat kondisi kelas”.
Hasil dari analisis kebutuhan yang dilakukan oleh pengelola fasilitas, kepala sekolah, dan guru sangatlah beragam dan jumlahnya cukup banyak. Namun tidak
semua kebutuhan bisa dipenuhi karena melihat anggaran yang dimiliki sekolah tidak hanya digunakan untuk pengadaan sarana saja melainkan untuk keseluruhan
kegiatan di sekolah. Keterbatasan anggaran dan besarnya jumlah kebutuhan terkadang tidak selalu sebanding sehingga perlu adanya penentuan skala prioritas
dalam memilih kebutuhan mana saja yang akan diadakan oleh sekolah. Skala prioritas ini ditentukan oleh koordinator sarpras yayasan. Pemilihan kebutuhan
mana saja yang harus diadakan oleh sekolah untuk satu tahun kedepan
68
berdasarkan pada prioritas barang mana yang paling dibutuhkan oleh peserta didik. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator sarpras
yayasan yang terdapat pada lampiran 5.2. bahwa, “Jadi ya itu kaya AC yang itu sangat dibutuhkan oleh anak-anak, selama hal itu akan mengganggu konsentrasi
anak ya itu yang akan kami dahulukan”.
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pembelajaran