85
diberikan di akhir kegiatan membaca anak menjawabnya dengan “tidak tahu”. Intonasi saat membaca kalimat lebih  jelas  jika dibandingkan dengan fase
baseline-1. Sedangkan pada saat membaca  paragraf  siswa membutuhkan bantuan untuk menunjuk tulisan dan memberikan clue berupa ucapan “hemm”
dan tetap menunjuk tulisan serta tanda baca sehingga siswa mengulangi untuk membetulkan intonasi. Dengan  kegiatan tersebut  siswa agak tersendat-sendat
untuk membetulkan intonasi.
4. Deskripsi Data Hasil Baseline-2 A2
Data hasil baseline-2 A2 diperoleh dari skor tes membaca permulaan setelah  pelaksanaan dan pengukuran pada kondisi intevensi B. Pengukuran
baseline-2  A2  dilakukan sama dengan  pengukuran pada baseline-1 A1. Instrumen yang digunakan  pada  baseline-2 A2 sama dengan tes membaca
permulaan pada baseline-1 A1 dan intevensi B. Pengukuran baseline-2 A2 ini dilakukan dengan maksud sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga
keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara metode linguistik  dan membaca permulaan lebih kuat. Adapun skor dan taraf
pencapaian tes membaca permulaan fase baseline-2 dirangkum dalam tabel
berikut.
Tabel 7. Skor dan Taraf Pencapaian Tes Membaca Permulaan Anak Berkesulitan Belajar Membaca Fase Baseline-2
Sesi Subjek
Skor Taraf pencapaian
1 ABY
58 83
2 63
90 3
63 90
86
Data kemampuan membaca permulaan pada ketiga sesi fase baseline-2 A2 diatas dapat digambarkan secara visual melalui grafik berikut.
Gambar 5. Grafik Data Baseline-2 Berdasarkan tabel dan grafik diatas taraf pencapaian tertinggi tes
membaca permulaan pada  fase baseline-2  yang diperoleh adalah 90  yaitu pada sesi 2 dan sesi 3. Sedangkan taraf pencapaian terendah adalah 83 yaitu
pada sesi pertama. Dengan demikian taraf pencapaian membaca permulaan ABY pada fase baseline-2  berada pada rentang  83 sampai 90.  Taraf
pencapaian yang diperoleh pada fase baseline-2 meningkat atau lebih tinggi dari pada fase baseline-1 dan fase intervensi.
Kemampuan membaca siswa secara umum pada fase baseline-2 yaitu melakukan substitusi dan omisi pada kata dasar yang mengakibatkan kata
dibaca dengan salah dan tidak bermakna seperti “dingin”  dibaca  “digi”, “bangku”  dibaca  “baku”,  “bangun”  dibaca  “bagu”,  “lengan”  dibaca  “laka”.
Selain itu kecenderungan kesalahan membaca pada kata berawalan yaitu
78 80
82 84
86 88
90 92
Sesi 1 Sesi 2
Sesi 3
P e
rs e
n ta
se k
e m
a m
p u
a n
m e
m b
a ca
p e
rm u
la a
n
Baseline 2
87
membaca kata dengan kata lain yang berbeda makna. Misalnya “mengusap” dibaca  “mengupas”,  “mengupas”  dibaca  “mengusap”,  “menguning”  dibaca
“mengusap”,  “menguning”  dibaca  “mengusap”. Kesaahan yang sering dilakukan pada setiap sesi yaitu  kata  “mengusap”  dibaca  “mengupas”  dan
“mengupas”  dibaca  “mengusap”. Intonasi membaca kalimat sudah jelas dan sesekali mengingatkan untuk berhenti  pada  tanda titik ketika membaca
paragraf. Anak sudah memahami isi  kalimat tetapi belum memahami isi paragraf secara utuh.
Perkembangan kemampuan membaca permulaan siswa  berkesulitan belajar membaca pada fase baseline-1 A1, fase intervensi B, dan fase
baseline-2 A2 secara visual dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 6. Grafik Data Baseline-1, Intervensi, Dan Baseline-2
D. Deskripsi Analisis Data
Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik analisis visual grafik. Analisis visual grafik mencakup dua kategori yaitu analisis dalam
20 40
60 80
100
Sesi 1
Sesi 2
Sesi 3
Sesi 1
Sesi 2
Sesi 3
Sesi 4
Sesi 5
Sesi 6
Sesi 1
Sesi 2
Sesi 3
P e
rs e
n ta
se k
e m
a m
p u
a n
m e
m b
a ca
p e
rm u
la a
n
Baseline-1, Intervensi, Baseline-2
88
kondisi dan analisis antar kondisi. Setiap kategori analisis grafik memiliki masing- masing komponen yang perlu untuk dianalisis.
1. Deskripsi Analisis Dalam Kondisi
Komponen yang akan dianalisis dalam kondisi ini meliputi  panjang kondisi, kecenderungan arah, tingkat stabilitas, tingkat perubahan, jejak data,
dan rentang. a
Panjang kondisi Panjang kondisi merupakan banyaknya data dalam suatu kondisi yang
juga menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada kondisi atau fase tersebut. Dalam penelitian ini terdapat tiga kondisi atau fase yaitu fase
pertama atau baseline-1, fase kedua atau intervensi, dan fase ketiga atau baseline-2. Panjang kondisi atau sesi pada setiap fase dapat dilihat pada tabel
berikut. Tabel 8. Data Panjang Kondisi
Kondisi A1
B A2
Panjang Kondisi 3
6 3
b Kecenderungan arah
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas
dan di bawah garis tersebut sama banyak. Peneliti mengestimasi kecenderungan arah dengan menggunakan metode belah dua split-middle.
Cara yang dapat dilakukan yaitu: