18
c. Penyimpangan pengucapan dan komperhensi. Meliputi diskriminasi stimulan
auditori yang lemah dan perkembangan bahasa yang lemah. d.
Penyimpangan fungsi motoris. Meliputi seringnya “kejadian” respek motoris yang terlambat dan kejanggalan dan “kelambatan” umum.
e. Prestasi dan kesesuaian akademis. Meliputi ketidakmampuan membaca dan
mengeja dan ketidakmampuan “mencetak”, menulis, atau menggambar yang miskin.
f. Penyimpangan proses berpikir. Meliputi kemampuan buruk untuk membuat
alasan abstrak dan kesulitan dalam formasi konsep. g.
Karakter emosional. Meliputi sembrono dan tak dapat dihalangi, kontrol emosional dan impulsive yang buruk dan toleransi rendah terhadap frustasi.
h. Karakter perilaku sosial. Meliputi kompetensi sosial dibawah rata-rata untuk
usianya dan intelegensi yang diukur dan perilaku sering tidak sesuai untuk situasi dan konsekuensi yang tampak tidak berpandangan jauh
i. Variasi personalitas. Meliputi terlalu mudah dibohongi dan mudah dipimpin
oleh teman sebaya dan anak muda yang lebih tua dan variasi berlebihan dalam mood dan responsifitas dari hari ke hari.
j. Penyimpangan perhatian dan konsentrasi. Meliputi rentang perhatian yang
pendek untuk usianya dan kelemahan kemampuan untuk membuat keputusan, terutama yang memiliki banyak pilihan.
Vernon Mulyono Abdurrahman, 2003:206 menambahkan beberapa perilaku anak berkesulitan belajar membaca yaitu: a memiliki kekurangan
19
dalam diskriminasi penglihatan, b tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf, c memiliki kekurangan dalam memori visual, d memiliki
kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris, e tidak mampu memahami symbol bunyi, f kurang mampu mengintegrasikan penglihatan
dengan pendengaran, g kesulitan dalam mempelajari asosiasi symbol-simbol ireguler, h kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf, i membaca
kata demi kata, dan j kurang memiliki kemampuan dalam berpikir konseptual.
B. Kajian Tentang Pembelajaran Membaca Permulaan
1. Pengertian Pembelajaran Membaca Permulaan
Membaca merupakan proses yang sangat kompleks. Menurut Saleh Abbas 2006:102 membaca pada hakikatnya adalah suatu aktivitas untuk
menangkap informasi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluatif dan kreatif,
dengan memanfaatkan pengalaman belajar pembaca. Ditambahkan oleh Farida Rahim 2011:2 membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang
melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sejalan
dengan pendapat sebelumnya, Iskandarwassid dan Dadang Sunendar 2008:246 mendefinisikan membaca sebagai proses yang melibatkan semua
proses mental yang lebih tinggi, seperti ingatan, pemikiran, daya khayal,
20
pengaturan, penerapan dan pemecahan masalah. M. Shodiq 1996:119 menjelaskan proses mental yang dilalui selama kegiatan membaca berlangsung
yaitu 1 mengidentifikasi kata, 2 mengenal kata dan 3 memahami materi bacaan. Sebagai proses mental, membaca bukan sekedar mengenal kata dan
dapat melafalkannya dengan fasih dan lancar, melainkan pembaca harus dapat memahami dan memaknai apa yang sedang dibacanya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa membaca adalah suatu aktivitas kompleks yang melibatkan aktivitas visual,
psikolinguistik, dan melibatkan semua proses mental, serta memanfaatkan pengalaman belajar sebelumnya yang bertujuan untuk menangkap informasi
bacaan atau melafalkan tulisan. Menurut M. Shodiq 1996:126 kegiatan membaca dilihat dari derajat
intensitas dan keluasan jangkauan pembaca serta perkembangan membaca individu dapat dibedakan menjadi 6 tahapan, yaitu: 1 tahap prabaca, 2 tahap
membaca permulaan, 3 tahap membaca mandiri awal, 4 tahap membaca transisi, 5 tahap membaca menengah, dan 6 tahap membaca tingkat tinggi.
“Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut” Darmiyati Zuchdi
Budiasih, 1997:50. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan
perhatian dari guru, karena jika dasar tersebut tidak kuat maka pada tahap