29
c. Peneliti bersama dengan anak membaca kalimat dan paragraf bersama-sama
dengan menunjuk menggunakan jari. d.
Peneliti membaca bacaan, pada waktu yang bersamaan anak diminta untuk menyimak dan melingkari setiap suku kata yang berunyiberpola sama.
Misalnya kata yang digunakan adalah pusing, dering, sering, menyaring, menjaring, maka anak harus melingkari “ing”. Kegiatan ini dapat digunakan
untuk fonem “ng” dengan posisi di tengah kata, akhir kata dan kata yang mengandung awalan.
e. Siswa diminta untuk membaca kembali bacaan yang telah ditandai.
D. Kerangka Pikir
Membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasi oleh siswa yang sedang menempuh pendidikan di kelas rendah selain kemampuan menulis
dan berhitung. Membaca yang diperuntukan bagi siswa di kelas rendah sering disebut dengan membaca permulaan. Membaca permulaan perlu untuk dikuasai
oleh siswa karena kemampuan inilah yang mendasari kemampuan membaca pada tahap selanjutnya. membaca bagi seorang siswa penting untuk dikuasai karena
hampir semua mata pelajaran yang diberikan di sekolah menuntut siswa dapat membaca agar memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Pada kenyataannya di lapangan, masih banyak dijumpai siswa yang memiliki kesulitan membaca permulaan. Kesulitan belajar yang dimaksud dalam
hal ini yaitu sulit untuk membaca kata dasar, kata berawalan dan kalimat sedehana
30
yang mengandung fonem “ng”. Kesulitan tersebut berdampak pada kesalahan membaca dalam bentuk omisi, substitusi maupun adisi. Beberapa kesulitan yang
dimiliki tersebut membuat siswa terhambat dalam mata pelajaran lain yang memerlukan kemampuan membaca sebagai kompetensi utamanya. Kemampuan
membaca yang rendah juga mengakibatkan siswa tidak dapat mengerjakan soal evaluasi yang berbentuk tertulis sehingga berakibat pada rendahnya percaya diri
dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan masalah yang dijumpai di SD Negeri Mustokorejo, terdapat
siswa yang memiliki kesulitan belajar membaca terkait dengan kesulitan membaca kata dasar, kata berawalan dan kalimat dan paragraf sedehana yang mengandung
fonem “ng”. Kesulitan membaca tersebut mempengaruhi prestasi siswa di sekolah. Tertarik untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba untuk menerapkan
salah satu metode pengajaran membaca yaitu metode linguistik. Metode linguistik menekankan pada pola ejaan bacaan yang sama. Sehingga siswa diharapkan
mampu menarik kesimpulan tentang pola hubungan antara huruf bunyi yang ada. Hal tersebut berarti siswa diberikan bacaan yang dikondisikan berdasarkan pola
ejaan pada setiap kata. Dengan membaca kata-kata berpola sama dan konsisten berarti siswa belajar secara terus menerus tentang pola tersebut sehingga siswa
dapat menarik kesimpulan dan memahami pengucapan fonem “ng” dalam bentuk kata ataupun kalimat. Berdasarkan perubahan level yang membaik pada setiap
kondisi dapat disimpulkan jika metode linguistik efektif digunakan untuk pembelajaran membaca permulaan siswa berkesulitan belajar membaca kelas II