Jenis Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
62
Sedangkan pada saat membaca kata dasar ataupun kata berimbuhan dengan fonem “ng” ditengah kata belum dapat dibaca dengan lafal tepat..
LKS 1 yaitu membaca kata dasar dengan fonem “ng” ditengah kata. Siswa mendapatkan skor berturut-turut 2, 4, dan 2 dengan skor maksimal 10
pada ketiga sesi fase baseline-1. Kesalahan baca yang dilakukan antara lain omisi fonem “ng” di tengah kata, substitusi fonem “ng” dengan konsonan “g”,
dan adisi atau penambahan huruf baru sehingga bunyi kata tidak bermakna. Misalnya kata “bangku” dibaca “baku”, “dingin” dibaca “digi”, “rangka”
dibaca “rangkang. Kesalahan membaca pada LKS 1 juga terjadi saat siswa membaca LKS 3
yaitu membaca kata berawalan dengan fonem “ng” ditengah kata. Siswa mendapatkan skor berturut-turut 3,2, dan 3 dengan skor maksimal 10 pada
ketiga sesi fase baseline-1. Kesalahan membaca yang dilakukan yaitu adisi atau penambahan konsonan “g” ditengah kata pada kata berawalan dan mengganti
beberapa huruf ataupun menghilangkan sehingga beberapa kata tidak bermakna. Misalnya kata “mengupas” dibaca “menggupas”, “mengubah”
dibaca “menggubah”, “mengusap” dibaca “menggusap”, dan “mengejar” dibaca “mejar”.
Kesalahan membaca fonem “ng” di tengah kata dasar maupun berimbuhan juga terjadi pada LKS 5 dan LKS 6 yaitu membaca kalimat dan
membaca paragraf sederhana. Anak melakukan kesalahan yang sama yaitu adisi konsonan “g” pada kata berimbuhan dalam kalimat dan paragraf sederhana.
63
Misalnya “mengecat” dibaca “menggecat”, “mengupas” dibaca “menggupas”, “mengusap” dibaca “menggusap”. Dalam membaca kalimat dan paragraf anak
melafalkan tulisan tetapi belum memahami isi kalimat dan paragraf tersebut. Intonasi saat membaca kalimat dan paragraf belum jelas karena siswa tidak
memparhatikan tanda baca yang terdapat dalam kalimat dan paragraf tersebut. Pada saat melakukan pengukuran kemampuan membaca permulaan fase
baseline-1 berlangsung, anak diminta untuk mengulangi tiga kali pada setiap kata yang dibaca dengan salah baik itu omisi, substitusi maupun adisi. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari ketidaktelitian anak saat membaca. Apabila dalam tiga kali mengulang anak tetap melakukan kesalahan membaca
berarti anak memang belum dapat melafalkan kata bukan karena anak tidak teliti.