61 Remaja sudah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia
mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, yang masih bersifat abstrak. Pemikiran remaja sudah dapat memahami waktu dan
ruang angkasa. Mereka dapat menggunakan simbol untuk menyimbol untuk mempelajari aljabar dan kalkulus. Mereka dapat menghargai lebih
baik mengenai alegori dan metafora, sehingga ia bisa menemukan makna yang lebih kaya dan literatur dalam Desmita, 2012: 108.
Remaja pada tahap operasional formal mampu berpikir secara
sistematik, mampu berpikir dalam kerangka, serta memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan permasalahan
Desmita, 2012: 109. Berdasarkan teori di atas, maka media pembelajaran Mind Mapping
Book membantu mengoptimalkan perkembangan kognitif peserta didik
Sekolah Menengah Atas SMA untuk berpikir secara logis, sistematik, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
2. Implikasi terhadap Pendidikan
Menurut Teresa M. McDevitt dan Jeanne Ellis Ormod, terdapat beberapa implikasi yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah sesuai
dengan perkembangan kognitif pada usia remaja 12-21 tahun, yaitu sebagai berikut.
1. Mengeksplorasi kemampuan penalaran siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pemberian tugas-tugas pemecahan
masalah. 2. Menjadi acuan dalam menginterpretasikan tingkah laku siswa dan
mengembangkan rencana pembelajaran. 3. Memberikan petunjuk kepada para guru dalam memilih strategi
pembelajaran yang lebiih efektif.
62 4. Merancang aktivitas kelompok yang dapat berbagi pandangan dan
pikiran para siswa Desmita, 2012: 112-113.
Salah satu dari implikasi perkembangan kognitif usia remaja atau usia siswa Sekolah Menengah Atas terhadap pendidikan menginspirasi
pembuatan media pembelajaran Mind Mapping Book yaitu mengeksplorasi kemampuan penalaran peserta didik.
I. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan media pembelajaran Mind Mapping Book ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian Lukman dan Ishartiwi
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 ini terkait pengembangan bahan ajar dengan model mind map untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial IPS SMP. Bahan ajar hasil pengembangan tersebut efektif untuk digunakan sebagai sumber belajar. Hal tersebut terlihat pada saat uji
keefektifan penggunaan bahan ajar tersebut pada siswa. Hasil dari tes menunjukan bahwa peningkatan skor tes akhir pada kelas eksperimen
sebesar 13,87 dengan nilai gain score sebesar 0,45 dengan klasifikasi sedang, dan persentase ketuntasan siswa mencapai 100. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan bahan ajar dengan model mind map
lebih baik dari pada kelas yang menggunakan buku paket IPS. Perbedaan yang menonjol dari penelitian tersebut terhadap penelitian
pengembangan yang peneliti lakukan adalah materi pembelajaran, sasaran
63 media pembelajaran, dan teknik analisis data untuk mengukur keefektifan
bahan ajar tersebut. Materi yang diambil adalah Ilmu Pengetahuan Sosial IPS dengan sasaran media adalah para siswa SMP kelas VII. Sedangkan
peneliti mengambil pelajaran Sosiologi sebagai materi pembelajaran dengan para siswa kelas XI SMA sebagai sasaran media pembelajaran.
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengukur keefektifan bahan ajar tersebut adalah dengan melihat nilai gain score yang dihitung dengan
rumus N-gain. Sedangkan peneliti menggunakan uji-t sebagai pengukur keefektifan media pembelajaran Mind Mapping Book.
2. Penelitian Windani
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 ini mengenai “Penerapan
Kartun Sebagai Media Pembelajaran Sosiologi untuk Meningkatkan Motivasi dan Kreativitas Siswa Kelas X-
A di SMA PIRI 1 Yogyakarta”. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan kartun sebagai
media pembelajaran Sosiologi mampu meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan persentase tiap
siklus pada motivasi siswa dan kreativitas. Motivasi siswa masing-masing siklus mengalami peningkatan persentase, yaitu 67,34 pada siklus I,
menjadi 74,29 pada siklus II, dan, 79,34 pada siklus III. Sedangkan untuk kreativitas terjadi peningkatan persentase dari siklus I yaitu 38,89,
menjadi 69,44 pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi 77,78 pada siklus III.
Perbedaan yang menonjol dari penelitian tersebut terhadap penelitian pengembangan yang peneliti lakukan adalah jenis media pembelajaran