56 b. Pada fase storage penyimpanan ada segudang informasi yang
berusaha disimpan dalam memori peserta didik. Dengan media mind mapping
sangat memungkinkan untuk menyimpan banyak informasi walau hanya dalam selembar kertas sehingga mudah
untuk diingat Swadarma, 2013: 47. Berdasarkan teori belajar fase menurut Gagne, media Mind Mapping
Book menjadi salah satu media yang jitu untuk menyimpan banyak
informasi ke dalam memori jangka panjang. Di samping itu, media Mind Mapping Book
juga dapat mengakomodasi semua fase belajar Gagne.
3. Teori Belajar Discovery Jerome Bruner
Belajar menurut
Bruner, seharusnya
berinteraksi dengan
lingkungannya secara aktif, sehingga perubahan juga terjadi pada dalam diri orang tersebut Swadarma, 2013: 52. Dorongan dan hasrat ingin
mengenal dan mengetahui dunia dan lingkungan alam menyebabkan manusia mempunyai kebudayaan dalam bentuk gagasan, konsepsi, hasil
karya, maupun pengetahuan. Oleh karena itu, guru harus memandang peserta didik sebagai individu yang aktif dan memiliki keingintahuan
tinggi untuk memahami lingkungan dan dunianya, bukan sekadar makhluk pasif yang menerima begitu saja apapun yang diberikan Swadarma, 2013:
53. Bruner mengklasifikasikan tahapan belajar menjadi tiga tahap, yaitu
tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. Bruner juga membagi fase belajar menjadi tiga bagian, yaitu tahap informasi, tahap transformasi, dan
tahap evaluasi Swadarma, 2013: 53-54.
57 Menurut Bruner, terdapat empat jenis alat instruksional untuk
kegiatan belajar-mengajar, yaitu alat untuk menyampaikan pengalaman langsung, misal TV, film, dan lain-lain; alat yang membantu memberikan
pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misal model bangun ruang, model molekul, dan lain-lain; alat yang mampu mendramatisasikan
kejadian sejarah atau suatu peristiwa, misal alat bantu drama; dan alat yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur sekaligus memberikan
feedback tentang respons peserta didik secara otomatis.
Berdasarkan teori belajar discovery oleh Jerome Bruner terdapat kesesuaian dengan mind mapping, yaitu sebagai berikut.
a. Bruner menekankan pada keterlibatan lingkungan nyata pada peserta didik agar mereka tak mengalami sekat antara ilmu yang tengah
dipelajari dengan dunia yang sesungguhnya. Sedangkan mind mapping sangat lentur dan terbuka dalam mengakomodir setiap informasi, serta
hubungan antarinformasi yang satu dengan yang lainnya. b. Media mind mapping bisa dijadikan alat instruksional Brunner yang
mampu menyajikan suatu informasi dalam urutan tertentu Swadarma, 2013: 59.
Berdasarkan teori Bruner tersebut, agar peserta didik dapat memiliki kemampuan analisis, penalaran, dan kritikal berpikir yang tinggi, mereka
harus lentur, terbuka dalam mengkoordinasi setiap informasi dan dapat mengelola informasi tersebut menjadi sebuah paparan yang padat,
sederhana, dan lugas sebagaimana sebuah media Mind Mapping Book.
58
G. Kajian tentang Pembelajaran Sosiologi pada Sekolah Menengah Atas
1. Pembelajaran Sosiologi
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Hamalik, 2003: 38. Pembelajaran juga merupakan proses kerja sama antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi yang ada
di luar diri siswa sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu Sanjaya, 2012: 26-27.
Selo Soemarjan dan Soelaiman Seomantri membatasi Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk di dalamnya adalah perubahan-perubahan sosial Setiadi dan Kolip, 2011: 3. Jadi, substansi dari bahasan Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam suatu kelompok yang berakibat timbulnya pola hubungan antarmanusia guna menghindari
konflik antar-individu maupun individu dengan kelompok Setiadi dan Kolip, 2011: 4.
Oleh karena itu, pembelajaran Sosiologi merupakan suatu proses komunikasi antara guru dan siswa, atau suatu proses belajar-mengajar
antara guru dan siswa dalam mempelajari materi mengenai struktur sosial, proses-proses sosial, dan perubahan-perubahan sosial serta pola hubungan
antarmanusia dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
59 Berdasarkan penjabaran teori di atas, maka media pembelajaran Mind
Mapping Book ditujukan untuk pembelajaran Sosiologi.
2. Tujuan Pembelajaran Sosiologi pada SMA
Sosiologi sebagai salah satu pelajaran yang diberikan di Sekolah Menengah Atas. Pada dasarnya, Sosiologi mencakup dua sasaran yang
bersifat kognitif dan bersifat praktis Depdiknas, 2003: 1. Secara kognitif, pembelajaran Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan
dasar Sosiologi agar siswa mampu memahami dan menelaah secara rasional komponen-komponen dari individu, kebudayaan, dan masyarakat
sebagai suatu sistem. Sementara sasaran yang bersifat praktis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa yang
rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan, situasi sosial, serta berbagai masalah sosial yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Sosiologi di SMA bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut dalam BSNP-Indonesia.org. a. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok
sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial.
b. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat. c. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan
bermasyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu dan zaman, tujuan untuk
pembelajaran Sosiologi mengalami sedikit perubahan namun tidak
60 menghapus inti dari pembelajaran Sosiologi itu sendiri, yaitu untuk
mengembangkan sikap dan perilaku siswa yang rasional dan kritis dalam menghadapi perbedaan-perbedaan dalam masyarakat, kebudayaan dan
situasi sosial, serta berbagai masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran Mind Mapping Book mendukung salah satu tujuan dari
pembelajaran Sosiologi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas SMA, yaitu untuk memahami konsep-konsep sosiologi.
H. Kajian terhadap Karakateristik Siswa Sekolah Menengah Atas
Masa usia siswa remaja sekitar umur 16-18 tahun merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang
dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri Desmita, 2012: 37.
1. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal Yusuf, 2005: 195. Secara umum karakteristik pemikiran remaja pada
tahap operasional formal ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalarnya secara logis, dan menarik kesimpulan
dari informasi yang tersedia Desmita, 2012: 107. Menurut Papalia, Old, dan Feldman yang menjelaskan tentang tahapan
usia remaja bahwasanya:
61 Remaja sudah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia
mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, yang masih bersifat abstrak. Pemikiran remaja sudah dapat memahami waktu dan
ruang angkasa. Mereka dapat menggunakan simbol untuk menyimbol untuk mempelajari aljabar dan kalkulus. Mereka dapat menghargai lebih
baik mengenai alegori dan metafora, sehingga ia bisa menemukan makna yang lebih kaya dan literatur dalam Desmita, 2012: 108.
Remaja pada tahap operasional formal mampu berpikir secara
sistematik, mampu berpikir dalam kerangka, serta memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan permasalahan
Desmita, 2012: 109. Berdasarkan teori di atas, maka media pembelajaran Mind Mapping
Book membantu mengoptimalkan perkembangan kognitif peserta didik
Sekolah Menengah Atas SMA untuk berpikir secara logis, sistematik, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
2. Implikasi terhadap Pendidikan
Menurut Teresa M. McDevitt dan Jeanne Ellis Ormod, terdapat beberapa implikasi yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah sesuai
dengan perkembangan kognitif pada usia remaja 12-21 tahun, yaitu sebagai berikut.
1. Mengeksplorasi kemampuan penalaran siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pemberian tugas-tugas pemecahan
masalah. 2. Menjadi acuan dalam menginterpretasikan tingkah laku siswa dan
mengembangkan rencana pembelajaran. 3. Memberikan petunjuk kepada para guru dalam memilih strategi
pembelajaran yang lebiih efektif.