Sumber Hukum Hindu dalam Arti Sosiologi.

74 Kelas XII SMA Semester 1 Sesungguhnya masih banyak lagi sloka-sloka suci Veda yang menekankan betapa pentingnya Veda, baik sebagai ilmu maupun sebagai alat didalam membina masayarakat. Oleh karena itu berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada itu penghayatan Veda bersifat sangat penting karena bermanfaat bukan saja kepada orang itu tetapi juga yang akan dibinanya. Karena itu Veda bersifat obligator baik untuk dihayati, diamalkan, dan maupun sebagai ilmu. Dengan mengutip beberapa sloka yang relatif penting artinya dalam menghayati Veda itu, nampaknya semakin jelas mengapa Veda, baik Sruti maupun Smrti sangat penting artinya. Kebajikan dan kebahagiaan adalah karena dharma berfungsi sebagaimana mestinya. Inilah yang menjadi hakikat dan tujuan dari pada menyebaran Veda itu, seiring dengan tuntutan memperoleh pengetahuan Devasa ini yakni dengan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta atau mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta sesuai dengan tatanan yang berlaku.

3. Sumber Hukum Hindu dalam arti Formal

Yang dimaksud dengan sumber hukum dalam arti formal menurut Mr.J.L.Van Aveldoorm adalah sumber hukum yang berdasarkan bentuknya dapat menimbulkan hukum positif, artinya sumber hukum yang dibuat oleh badan atau lembaga yang berwenang. Yang termasuk sumber hukum dalam arti formal dan bersifat pasti yaitu; Undang-undang, Kebiasaan dan adat, serta Traktat Puja, Gde. 1984:85. Di samping sumber-sumber hukum yang disebutkan di atas, ada juga penunjukan sumber hukum dengan menambahkan kata yurisprudensi dan pendapat para ahli hukum. Dengan demikian dapat kita lihat susunan sumber hukum dalam arti formil sebagai berikut: a. Undang-undang. b. Kebiasaan dan adat. c. Traktat d. Yurisprudensi e. Pendapat ahli hukum yang terkenal. Sistematika susunan sumber hukum seperti tersebut di atas ini, dianut pula dalam hukum Internasional sebagai tertera dalam pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional dengan menambahkan azas-azas umum hukum yang diakui oleh berbagai bangsa yang beradab sebagai sumber hukum juga. Dengan demikian, terdapat susunan hukum sebagai berikut: Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 75 a. Traktat Internasional yang kedudukannya sama dengan undang-undang terhadap negara itu. b. Kebiasaan Internasional. c. Azas-azas hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab. d. Keputusan-keputusan hukum sebagai yurisprudensi bagi suatu negara. e. Ajaran-ajaran yang dipublikasikan oleh para ahli dari berbagai negara hukum tersebut sebagai alat tambahan dalam bidang pengetahuan hukum. Sistem dan azas yang dipergunakan mengenai sumber hukum terdapat pula dalam kitab Veda, sebagaimana tersurat dalam kitab Manawa Dharmasastra bahwa “seluruh pustaka suci Veda sruti merupakan sumber utama dari pada dharma Agama Hindu, kemudian barulah smrti di samping sila kebiasaan- kebiasaan yang baik dari orang-orang yang menghayati Veda dan kemudian acara tradisi-tradisi dari orang-orang suci serta akhirnya atmanastuti yakni rasa puas diri sendiri”. Berdasarkan penjelasan sloka suci kitab Hukum Hindu tersebut di atas, maka dapat kita mengetahui bahwa sumber-sumber Hukum Hindu menurut Menawa Dharmasastra, adalah sebagai berikut; Veda Sruti, Veda Smrti, Sila, Acara Sadacara, Atmanastuti. Sruti berdasarkan penafsiran yang autentik dalam kitab smrti adalah Veda dalam arti murni, yaitu wahyu-wahyu yang dihimpun dalam beberapa buah buku, yang disebut mantra samhita. Kitab Veda samhita ada empat jenis yang disebut dengan catur Veda samhita. Bila keberadaan kitab-kitab ini kita bandingkan dengan kitab-kitab perundang-undangan, maka sruti adalah undang-undang dasar itu, karena sruti merupakan sumber atau asal dari segala aturan sumber dari segala sumber hukum. Sedangkan smrti merupakan peraturan-peraturan atau ajaran-ajaran yang dibuat bersumberkan pada sruti. Oleh karena itu, dalam perundang-undangan smrti disamakan dengan undang- undang, baik undang-undang organik maupun undang-undang anorganik. Sila merupakan tingkah laku orang-orang beradab, dalam kaitannya dengan hukum, sila adalah menjadikan tingkah laku orang-orang beradab sebagai contoh dalam kehidupan. Sedangkan acarya adalah adat-istiadat yang hidup dalam masyarakat yang merupakan hukum positif. Atmanastuti adalah rasa puas pada diri. Rasa puas merupakan ukuran yang selalu diusahakan oleh setiap manusia. Namun, kalau rasa puas itu diukur pada diri pribadi seseorang akan menimbulkan berbagai kesulitan karena setiap manusia memiliki rasa puas yang berbeda-beda. Oleh karena itu, rasa puas tersebut harus diukur atas dasar kepentingan publik. Penunjukan rasa puas secara umum tidak dapat