Mendengarkan sesuatu dengan baik “Srawanam”

Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 231 Sifat dan sikap ini akan dapat menumbuhkan karakter ke-Tuhan-an di lingkungan keluarga itu, seperti; sifat, sikap dan karakter saling hormat- menghormati, sujud, cinta kasih sayang, pengabdian, pelayanan, berikir yang baik dan suci, berkata yang baik dan suci, berbuat yang baik dan suci serta teguh dalam melaksanakan disiplin spiritual. Sifat dan sikap individu seperti itu akan dapat dijadikan sebagai modal sosial untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan sosial antara keluarga, antar sesama anggota masyarakat. Sifat, sikap dan karakter individu yang selalu belajar untuk membuka diri mendengar nasihat, pendapat orang lain atau apa yang diwacanakan orang lain adalah sebuah sifat, sikap dan karakter inklusif yaitu sebuah sifat, sikap dan karakter membuka diri secara tulus ikhlas untuk mau mendengarkan kebenaran dari orang lain, karena dalam diri ada kebenaran tetapi diluar diri juga masih banyak kebenaran yang belum diketahui. Untuk itu pesan yang ingin disampaikan melalui bhakti dengan jalan mendengar ini adalah dalam hidup ini masyarakat kita agar selalu berupaya membudayakan untuk mendengar, baik mendengar secara vertikal antara manusia dengan Tuhan-nya melalui sabda-sabda sucinya, maupun secara horizontal antar sesamanya dengan lingkungannya. Karena baik mendengar ataupun memberi pendengaran atau pewartaan apabila sama-sama dilandasi dengan rasa bhakti maka semua akan mendapat hasil pahala yang baik atau paling tidak dapat manfaat. Iklim saling bhakti mendengar ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita yang di awali dengan memulainya dari lingkungan keluarga selanjutnya ditumbuhkembangkan secara harmonis dan dinamis dalam kehidupan sosial masyarakat di lingkungan masyarakat sosial yang lebih luas. Srawanam, dalam bagian Nawa Wida Bhakti yang pertama ini kalau kita kaji artinya adalah “mendengar”. Dimana maksudnya disini adalah mendengarkan ajaran atau cerita suci kerohanian. Kitab suci veda menjelaskan sebagai berikut; “Adhye ûyate ca ya imaý dharmyaý saývàdam àvayo á, jñana-yajñena tenàham i ûþah syàm iti me matiá. Terjemahan: Dan, yang akan mempelajari percakapan suci kami berdua, oleh dialah Aku di puja dengan yajna pengetahuan, itulah keyakinan-Ku’ Bhagawagita XVIII.70. 232 Kelas XII SMA Semester 1 Selanjutnya Bhagawadgita XVIII.71 menjelaskan bahwa; mereka yang mempelajari percakapan suci kami berdua, walaupun hanya sekedar mendengar, ia mencapai dunia kebahagiaan. Demikian dinyatakan bahwa jika umat manusia mengaplikasikan srawanam pada kehidupannya saat ini dengan disadari maupun tak disadari mereka akan mencapai dunia kebahagian lahir batin. Kebahagiaan disini artinya dengan hanya mendengarkan tentang cerita dan ajaran suci tentang Tuhan kita akan memperoleh perasaan yang berbeda, entah itu tenang, lega maupun perasaan indah lainnya. Itulah yang dimaksud dengan kebahagiaan melalui “Srawanam.” Contoh penerapannya yang umum sudah ada yang dapat dilihat adalah seperti misalnya, Dharmawacana Keagamaan, Kelas-kelas di asram-asram setelah persembahyangan dan yang lainnya.

2. Bersyukur mensyukuri atas anugerah-Nya “Vedanam”.

Dalam ajaran ini Vedanam berarti bagaiman cara kita bersyukur terhadap keberadaan diri kita. Maksudnya disini, kita hidup di dunia ini adalah sebagai ciptaan Tuhan yang lahir karena karma yang kita buat terdahulu. Umat Hindu telah meyakini hal tersebut. Jadi bagaimanapun keadaan kita dilahirkan di Bumi ini, kita harus tetap bersyukur dan bhakti kepada-Nya. Kita anggap apa saja yang kita miliki, kita punya, nikmati dll, itu semua adalah atas karunia- Nya. Sehingga jika semua umat menyadari hal ini yaitu ajaran Vedanam, niscaya kehidupannya yang dijalani akan terasa indah dan tanpa beban. Ingat kita terlahir menjadi manusia adalah utama, yang artinya kita bisa memperbaiki dan menyelamatkan diri kita sendiri dari perputaran kelahiran kembalipunarbhawa.

3. Menembangkan, melantumkan, menyanyikan gitakidung

“Kirtanam”. Kirtanam, adalah bhakti dengan jalan melantunkan Gita nyayian atau kidung suci memuja dan memuji nama suci dan kebesaran Tuhan, bhakti ini juga di arahkan menjadi dua arah gerak vertikal maupun arah gerak horizontal. Arah gerak vertical melakukan bhakti kirtanam untuk menumbuhkan dan membangkitkan nilai-nilai spiritual yang ada dalam jiwa setiap individu manusia, dengan bangkitnya spiritual dalam setiap individu akan dapat meredam melakukan pengendalian diri dengan baik, jiwa lebih tenang, tenteram dan lebih cerah, situasi dan kondisi ini akan dapat membantu keluar dari kekusutan mental dan kegelapan jiwa. Sehingga dapat dijadikan modal dasar untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan individual yang damai dan bahagia. Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 233 Arah gerak horizontal masyarakat manusia berusaha selalu untuk melantunkan bhakti kirtanam yang dapat menyejukan perasaan hati orang lain dan lingkungannya. Kepada sesama atau anggota masyarakat yang lainnya tidak hanya melantunkan atau melontarkan kritikan dan cemohan tetapi selalu belajar untuk melatih diri untuk memberikan saran, solusi yang terbaik bagi kepentingan bersama dalam keberagamaan, kehidupan sehari-hari tentang kemanusiaan, kebersamaan, persatuan dan perdamaian, serta memberikan pengakuan dan penghargaan atau pujian akan keberhasilan dan prestasi yang telah dicapai terhadap sesama atau anggota masyarakat manusia yang lain. Iklim saling bhakti Kirthanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia yang penanaman nilai-nilai diawali dilingkungan keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya. Jika kita artikan kata Kirtanam itu adalah “menyanyikanmelantunkan”. Ini maksudnya, menyanyikanmelantunkan kidung suci yang sarat dengan nama- nama Tuhan. Di jaman sekarang ini jarang kaum muda khususnya yang beragama Hindu yang mau melaksanakan ajaran kedua dari Nawa Wida Bakti ini, jangankan menyanyikanmelantunkan, bahkan mendengarkan saja sudah sekarang jarang mau untuk mengikutinya.

4. Selalu mengingat nama Tuhan “Smaranam”.

Smaranam, adalah bakti dengan jalan mengingat. Arah gerak vertical dari bhakti ini adalah dalam menjalani dan menata kehidupan ini masyarakat manusia sepatutnya selalu melatih diri untuk mengingat, mengingat nama- nama suci Tuhan dengan segala Ke-Mahakuasaan-nya, dan selalu untuk melatih diri untuk mengingat tentang intruksi dan pesan atau amanat dari sabda suci Tuhan kepada umat manusia yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau pegangan hidup dalam hidup di dunia dan di alam sunya akhirat nanti. Arah gerak secara horizontal dari bhakti ini apabila dikaitkan dengan isu-isu pluralisme, kemanusiaan, perdamaian, demokrasi dan gender maka sepatutnya masyarakat manusia selalu berusaha untuk mengingat kembali tragedi dan penderitaan kemanusiaan, musibah dan bencana alam, dan lain-lain, yang diakibatkan oleh konlik-konlik atau pertikaian, kesewenang-wenangan, diskriminasi, dan tindakan kekerasan yang lainnya antara individu yang satu dengan individu yang lain ataupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain yang tidak atau kurang memahami dan menghargai indahnya sebuah kebhinekaan dan pluralisme. Harapannya dengan mengingat tragedi, penderitaan, musibah dan bencana yang diakibatkan itu masyarakat manusia selalu mewartakan dan mengingatnya sebagai bekal untuk mengevaluasi dan mereleksi diri akan