212 Kelas XII SMA
Semester 1
Terjemahan:
Om, marilah kita sembahyang pada kecemerlangan dan ke Maha Muliaan Sang Hyang widhi, yang ada di dunia, di langit, di surga, semoga Ia berikan
semangat pikiran kita;
Om, semua yang ada ini berasal dari Sang Hyang Widhi, baik yang telah ada maupun yang akan ada, ia bersifat niskala, sunyi, mengatasi kegelapan, tidak
dapat musnah, suci Ia hanya tunggal, tidak ada yang kedua;
Om, engkau dipanggil Siwa, Maha Deva, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra, an Purusa;
Om, hamba ini papa, hamba berbuat papa, diri hamba papa, kelahiran hamba pun papa. Lindungilah hamba ya Sang Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga
hamba;
Om, ampunilah hamba, oh Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskan hamba dari segala dosa, lindungilah, oh
Sang Hyang Widhi;
Om, hendaknya diampuni dosa-dosa yang dikerjakan oleh badan hamba, hendaknya diampuni dosa-dosa yang dikerjakan oleh kata-kata hamba,
hendaknya diampuni dosa-dosa yang dikerjakan oleh pikiran hamba, ampunilah hamba dari segala kelalaian. Om, damai, damai, damai, om.
2. Brahmabija atau Omkara Pranava
AUM
Terjemahan:
“saya berbakti”, “Saya setuju”, “Saya menerima”, dalam bahasa yang mendasar. “sesungguhnya suku kata ini adalah persetujuan, sebagai
wujud persetujuan apa yang telah disetujui, ia ucapkan secara sederhana, AUM. Sungguh mantra ini adalah realisasi, tentang sesuatu, persetujuan”
Chandogya Upanisad I.1.8.
Mantra ini ditujukan untuk membimbing seseorang untuk mencapai realisasi tertinggi, mencapai kebebasan dari keterikatan, untuk mencapai Realitas
Tertinggi Brahman.
Penggunaannya setiap mulai acara ritual, mulai dan mengakhiri mantra.
Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 213
3. Brahma Mantra
Aum Sat-cit-ekam Brahma
Terjemahan:
Tuhan yang Maha Agung adalah Kesatuan, Keberadaan, dan kesadaran. Mantra ini digunakan untuk mencapai tujuan terpenuhinya catur purusa artha,
kebenaran, kemakmuran, kesenangan dan kebebasan. Di samping
vijamantra seperti dikutipkan di atas, di Bali kita warisi pula mantra-mantra yang oleh C.Hooykas telah dihimpun dan dikaji dalam
bukunya Stuti and Stava of Balinese Brahman Priests, Saiva, Buddha and Vaisnava 1971. Beberapa mantra tersebut senantiasa digunakan oleh para
pandita Hindu dalam melaksanakan pemujaan dan persembahyangannya, di antaranya sebagai berikut:
4. Surya Stava
Om Adityasya param jyoti, rakta-teja namo’ stu te Sveta-pankaja-madhyastha, Bhaskaraya namo ‘stu te
Terjemahan:
Om Hyang Widhi, Yang berwujud kemegahan yang agung putra Aditi, Dengan kilauan yang merah, sembah kehadapan-Mu, Dikau yang bersthana di
tengah sekuntum teratai putih, Sembah kehadapan-Mu, Penyebar kemegahan kesemarakan
Mantra Surya Stava ini digunakan setiap mulai atau awal persembahyangan untuk memohon persaksian kehadapan Sang Hyang Widhi.
Demikian arti, makna atau tujuan pengucapan mantra. Seperti telah dijelaskan di atas, sejalan dengan karakter seseorang, maka mantram dapat bersifat
Sattvam Sattvikamantra bila digunakan untuk kebaikan mahluk, menjadi Rajasikamantra dan Tamasikamantra bila digunakan untuk kepentingan
menghancurkan orang-orang budiman, kebajikan, seseorang atau masyarakat. Di Bali bijaksara mantra dan mantra-mantra tertentu di atas hampir setiap
hari dirapalkan oleh para pandita Hindu, diharapkan segala gejolak emosional masyarakat dikendalikan.