Klasifikasi Diabetes Melitus Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes Melitus

dalam sel sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Kedua hal tersebut disebabkan kekurangan insulin, gangguan fungsi insulin, atau peningkatan faktor yang memiliki fungsi berlawanan dengan insulin, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. American Diabetes Association menggunakan tiga standar untuk menentukan diagnosa terjadinya DM, yaitu: 1 konsentrasi glukosa darah sesaat lebih dari atau sama dengan 200 mgdL atau 11.1 mmolL, 2 glukosa darah puasa lebih dari atau sama dengan 126 mgdL atau 7 mmolL, puasa dilakukan selama 8 jam, 3 glukosa darah lebih dari atau sama dengan 200 mgdL atau 11.1 mmolL Rimbawan Siagian 2004; Rubin 2004. Sebelum terjadinya DM, biasanya diawali dengan prediabetes. Standar yang digunakan untuk mengetahui terjadinya prediabetes adalah bila kadar glukosa darah sebelum makan mencapai 100-126 mgdL atau 5.5-7 mmolL dan kadar glukosa darah setelah satu jam makan mencapai 140-199 mgdL atau 7.8-11.1 mmol Rubin 2004.

2.2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Badan kesehatan dunia WHO, melalui laporan kedua Expert Committee on Diabetes Mellitus mengelompokkan diabetes menjadi dua kelompok utama yaitu Insulin-dependent diabetes mellitus IDDM atau tipe 1 dan Non-insulin- dependent diabetes mellitus NIDDM atau tipe 2 WHO 2006. Sedangkan ADA 2004 mengelompokkan DM menjadi empat tipe, yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus jenis lain, dan diabetes melitus saat hamil. Diabetes tipe 1 adalah penyakit diabetes yang sangat tergantung pada insulin, disebabkan akibat kerusakan sel beta pankreas yang menjurus ke defisiensi insulin absolut. Diabetes tipe 1 ini merupakan penyakit autoimun yang dipengaruhi faktor genetik. Sistem imun tubuh akan menyerang sel beta yang menghasilkan insulin pada pankreas dan menghancurkannya. Kebanyakan penderitanya masih muda dan tidak gemuk. Gejala biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa dewasa. Sekitar 95 penderita DM tipe 1 terjadi sebelum usia 25 tahun, dengan prevalensi kejadian yang sama pada pria dan wanita. Individu yang mengalami DM tipe 1 mempunyai ciri-ciri poliuria sering kencing, polidipsia rasa haus terus menerus, poliphagia perasaan lapar yang berlebih. Pada pengujian glukosa darah, pasien yang mengalami diabetes tipe ini apabila diberi 75 g glukosa secara oral dan sebelumnya telah melakukan puasa selama semalam, konsentrasi glukosa darahnya akan meningkat lebih dari 200 mgdL, sedangkan pada individu normal perlakuan yang sama akan meningkatkan glukosa darahnya berkisar 140 mgdL. Tingginya kandungan glukosa darah dalam tubuh, mengakibatkan laju filtrasi glomerulus terhadap glukosa menjadi berlebih dan urine akan mengandung banyak glukosa Carolyn 2001 dan Jacquie et al. 2004. Peningkatan kadar glukosa darah pada penderita diabetes tipe 1 lebih tinggi 400 mgdL daripada penderita diabetes tipe 2 150-300 mgdL. Bila kadar glukosa darah telah melebihi ambang batas ginjal 180 mgdL, maka glukosa tidak dapat lagi diserap oleh ginjal dan akan dikeluarkan melalui urine glukosuria. Glukosa merupakan zat yang bersifat hidrofilik sehingga peningkatan glukosa darah dapat meningkatkan osmotic diuresis dari sel sekitarnya dan akhirnya terjadi dehidrasi intraseluler diikuti dengan poliuria Jacquie et al. 2004. Diabetes tipe 2 ditandai oleh resistensi insulin pada jaringan perifer dan gangguan sekresi insulin dari sel beta pankreas, serta tidak membutuhkan penambahan hormon insulin untuk mempertahankan keseimbangan glukosa darah. Diabetes tipe 2 merupakan akibat lemahnya kemampuan pankreas guna mensekresikan insulin yang dikombinasikan dengan lemahnya aksi insulin, sehingga menyebabkan menurunnya sensitivitas insulin yang terjadi pada pintu masuk di permukaan sel tubuh yang dinamakan reseptor insulin. Reseptor insulin akan memberikan signal pada glukosa transporter untuk memungkinkan lewatnya gula glukosa yang dibawa oleh hormon insulin masuk ke dalam sel. Pada mitokondria gula tersebut kemudian akan digunakan untuk menghasilkan energi atau tenaga yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi setiap sel tubuh Jacquie et al. 2004. Penyebab terjadinya penurunan sensitivitas insulin karena peningkatan kebutuhan sekresi insulin untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Meningkatnya sekresi insulin akan membawa pada kegagalan dari sel beta pankreas dalam menghasilkan insulin, yang merupakan inti dari ketidaknormalan diabetes tipe 2. Orang yang obesitas dan kurang olahraga mempunyai resiko terhadap penyakit diabetes tipe 2 dengan menunjukkan gejala penurunan sensitivitas insulin, yaitu: 1 jumlah insulin dalam darahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal dan 2 penyuntikan insulin tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah pada keadaan menurunnya sensitivitas insulin Jacquie et al. 2004 Rubin 2004. Pada diabetes tipe 2 ini pankreas masih mampu untuk menghasilkan cukup insulin, tetapi insulin kurang bekerja optimal karena terjadi resistensi insulin akibat kegemukan. Kegemukan dan resistensi insulin memiliki korelasi yang tinggi terhadap gangguan metabolik. Individu yang mengalami kegemukan, kandungan glukosa dalam darahnya tinggi dan diimbangi dengan peningkatan produksi insulin. Insulin yang diproduksi terus menerus akan mengakibatkan sel- sel tidak sensitif lagi dan akibatnya akan terjadi resitensi insulin Takada 2008. Disamping itu diabetes tipe 2 ini dapat pula disebabkan oleh kerusakan fungsi membran sel akibat kehadiran asam lemak. Konsumsi asam lemak dalam jumlah sedikit dan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan resistensi insulin dan secara klinis meningkatkan resiko diabetes Riserus 2006. Sekresi insulin oleh asam lemak ini dipengaruhi oleh panjang rantai dari asam lemak tersebut. Semakin panjang rantai asam lemak maka semakin berat kerja tubuh untuk memetabolismenya. Absorpsi asam lemak rantai panjang ini membutuhkan proses pemecahan terlebih dahulu sebelum dibawa oleh aliran darah menuju hati. Asam lemak selanjutnya dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu lipoprotein yang mampu diabsorpsi oleh vili-vili usus. Setelah dibawa ke hati, lipoprotein akan dimetabolisme menjadi energi, lemak dan kolesterol. Lemak dan kolesterol inilah yang akan meningkatkan resiko terjadinya diabetes yang dapat mengganggu fungsi kerja insulin Carpentier et al. 2000. Gejala-gejala yang sering muncul pada diabetes tipe 2 adalah cepat lelah, sering kencing, sering lapar, sering haus, penglihatan menjadi buram, lambatnya penyembuhan penyakit kulit, gusi dan infeksi saluran kencing, terasa gatal pada bagian kelamin, mati rasa pada kaki atau tungkai, dan penyakit jantung Rubin 2004. Gestational diabetes mellitus didefinisikan sebagai glucose intolerance yang pertama kali diketahui terjadi selama kehamilan. Diabetes tipe ini merupakan klasifikasi operasional dan bukan klasifikasi berdasarkan kondisi fisiologis. Gestational diabetes mellitus merupakan salah satu tipe diabetes yang banyak terjadi pada wanita selama kehamilan. Biasanya gejala ini menghilang setelah melahirkan. Penyebabnya adalah perubahan hormonal pada kehamilan yang dapat mengubah kemampuan tubuh untuk menggunakan insulin. Insulin merupakan hormon penting untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang sehat. Selama wanita mengalami perubahan hormon, hanya beberapa wanita yang berkembang mengalami gestational diabetes mellitus Godwin et al. 1999. 2. 3. Hiperglikemia Kadar glukosa darah merupakan refleksi dari status zat gizi, emosi dan fungsi endokrin. Suatu keadaan ketika kadar glukosa darah sangat tinggi melebihi kadar normal disebut hiperglikemia. Hiperglikemia biasanya terjadi apabila sel beta dalam pulau Langerhans tidak dapat menghasilkan insulin atau mengalami defisiensi insulin. Defisiensi insulin akan menyebabkan gangguan proses biokimia dalam tubuh, yaitu penurunan pemasukan glukosa ke dalam sel dan peningkatan pelepasan glukosa dari hati ke dalam sirkulasi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia Dominiczak 2005. Hiperglikemia bisa dibuat dengan diet tinggi karbohidrat untuk waktu yang lama, pankreatektomi pengangkatan pankreas atau pemberian agen diabetogenik seperti aloksan dan streptozotocin. Keadaan normal, diet karbohidrat menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah yang selanjutnya akan merangsang sekresi insulin dari sel beta pulau Langerhans pankreas. Diet karbohidrat yang lama akan menyebabkan kelelahan sel beta pankreas yang berakibat rusaknya sel beta sehingga akan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia pada penyakit DM disebabkan oleh kombinasi efek dari meningkatnya produksi glukosa endogenous oleh hati dan kegagalan uptake glukosa peripheral.

2.4. Pankreas dan Kerusakan Jaringan

Dokumen yang terkait

Karakteristik Egg Replacer Dari Isolat Protein Kedelai, Isolat Protein Susu, Pati Jagung, Pati Kentang, Guar Gum, Dan Xanthan Gum

0 35 119

Pengaruh Konsumsi Sumber Protein (Kasein, Tepung Terigu Berprotein Tinggi dan Isolat Protein Kedelai) Terhadap Komposisi Asam Lemak dan Asam Amino Otak Serta Kemampuan Belajar Tikus Percobaan

0 11 14

Sifat Hipoglikemik dan Hipokolestrolemik Protein Kedelai pada TIkus Model Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) Induksi Alloksan

1 14 8

Pengaruh Pemberian Protein Ransum Terhadap Jumlah Sel Limfosit pada Tikus Percobaan

1 6 12

Daya antidiare dan antioksidatif yogurt sinbiotik pada tikus percobaan

0 10 215

Karakteristik Konsentrat Protein Teripang Pasir (Holothuria Scabra J.) Dengan Bahan Pengekstrak Aseton

2 30 14

EFEK ANTIRADANG EKSTRAK AIR TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) TERHADAP TIKUS JANTAN YANG Efek Antiradang Ekstrak Air Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Tikus Jantan Yang Diinduksi Karagenin.

0 1 11

PENGARUH EKSTRAK AIR TERIPANG PASIR (Holothuria Pengaruh Ekstrak Air Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Kolesterol Total Pada Tikus Hiperlipidemia.

0 1 12

PENGARUH EKSTRAK AIR TERIPANG PASIR (Holothuria Pengaruh Ekstrak Air Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Kolesterol Total Pada Tikus Hiperlipidemia.

0 3 14

Potensi Ekstrak, Hidrolisat dan Isolat Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) untuk Menurunkan Kadar Glukosa Darah dan Memperbaiki Profil Sel Beta Pankreas Tikus Diabetes Mellitus

0 0 55