Proses  hidrolisis  protein  teripang  mengunakan  enzim  tripsin  dapat meningkatkan  kadar  asam  amino  yang  dibebaskan  oleh  enzim  tersebut  pada
hidrolisat  yang  dihasilkan  dibandingkan  proses  isolasi  menggunakan  pengaturan pH titik isoelektrik dan proses ekstraksi menggunakan pengekstrak aseton. Hal ini
menunjukkan bahwa proses hidrolisis menggunakan enzim tripsin  selama 24 jam telah  mengakibatkan  degradasi  protein  yang  dikatalisis  oleh  enzim  tripsin  yang
bekerja secara endopeptidase yaitu mendegradasi protein mulai dari bagian tengah rantai  peptida,  kemudian  degradasi  dilanjutkan  oleh  peptida  hidrolase  menjadi
asam amino bebas. Berdasarkan  penjelasan  di  atas,  maka  keberadaan  asam  amino  bebas
penstimulasi  insulin  dalam  hidrolisat  protein  teripang  dapat  meningkatkan kecepatan stimulasi sekresi insulin oleh sel beta pankreas, sehingga mempercepat
peningkatan  plasma  insulin  yang  berdampak  pada  peningkatan  kecepatan penurunan  glukosa  darah.  Hal  ini  sangat  bermanfaat  bagi  penderita  DM  tipe  2
khususnya  yang  ditimbulkan  oleh  gangguan  sekresi  insulin  akibat  kurangnya ketersediaan energi pada sel beta pankreas.
4.2.3. Penghambatan Aktivitas Enzim α- Glukosidase secara In Vitro
Penghambatan suatu reaksi yang dikatalisis enzim dapat menghambat jalur metabolik utama dengan mencegah pembentukan suatu metabolit esensial maupun
metabolit yang tidak diinginkan. Enzim α-glukosidase EC 3.2.1.20 adalah enzim
yang mengkatalisasi pemecahan ikatan α-1,6 glikosida. Enzim ini berfungsi untuk melanjutkan kerja α-amilase,  yaitu menghidrolisis lanjut α-limit dextrin menjadi
glukosa  Berdanier  et  al.  2006.    Alfa-glukosidase  pada  pencernaan  mamalia berada  pada  permukaan  membran  brush  border  sel  usus  halus  dan  merupakan
enzim  yang  mengkatalisis  proses  akhir  pencernaan  karbohidrat  pada  proses pencernaan  Lebovitz  1997.    Senyawa  yang  dapat  menghambat  aktivitas  enzim
tersebut  menunjukkan  indikasi  sebagai  antidiabetes.  Penghambatan  aktivitas enzim  α-glukosidase  pada  penderita  DM  sangat  bermanfaat  untuk  menurunkan
kadar glukosa darah, terutama setelah makan. . Hasil  uji  daya  hambat  aktivitas  enzim
α-glukosidase  Gambar  17  dan sidik  ragam  ANOVA  Lampiran  8  uji  daya  hambat  HPT,  KPT,  dan  IPT
terhadap  aktivitas  enzim  α-glukosidase  menunjukkan  adanya  perbedaan  yang
sangat  nyata  antar  perlakuan  P0.01.  Uji  lanjut  Duncan  Lampiran  8 menunjukkan bahwa HPT, KPT, dan IPT memiliki daya hambat terhadap aktivitas
enzim α-glukosidase  mulai  dari  konsentrasi  1000-10  000  ppm.  HPT  memiliki
daya hambat tertinggi dan berbeda  sangat nyata P0.01 dibandingkan KPT dan IPT pada setiap konsentrasi yang diuji, mulai dari 1000 ppm hingga 10 000 ppm.
Rata- rata  daya  hambat  HPT  terhadap  enzim  α-glukosidase  sebesar  22  pada
konsentrasi  1000  ppm  dan  72  pada  konsentrasi  10  000  ppm,  untuk  KPT  12 1000  ppm  dan  56  10  000  ppm,  sedangkan  IPT  13  1000  ppm  dan  58
10 000 ppm. Perbedaan kemampuan daya hambat HPT, KPT, dan IPT terhadap enzim α-glukosidase diduga akibat perbedaan kandungan asam amino bebas. Data
tersebut  menunjukkan  bahwa  HPT  memiliki  potensi  yang  lebih  besar  sebagai antidiabetes  karena  menurut  Inzucchi  2002,
enzim  α-glukosidase  berfungsi menghidrolisis karbohidrat menjadi gula sederhana glukosa pada usus, sehingga
senyawa  yang  dapat  menghambat  aktivitas enzim  α-glukosidase  menunjukkan
indikasi  bahwa  senyawa  tersebut  berpotensi  sebagai  antidiabetes  dan  dapat memperlambat  penyerapan  glukosa  setelah  makan,  sehingga  menurunkan  kadar
glukosa darah.
Gambar  17    Daya    hambat    HPT,      KPT,    dan    IPT    terhadap    aktivitas    enzim α-glukosidase.  Angka  yang  diikuti  oleh  huruf  yang  berbeda  pada
setiap  konsentrasi  menunjukkan  perbedaan  yang  sangat  nyata P0.01.  HPT=Hidrolisat  Protein  Teripang,  KPT=Konsentrat
Protein Teripang, IPT=Isolat Protein Teripang.
Penghambatan  aktivitas  enzim α-glukosidase  oleh  hidrolisat,  konsentrat,
dan  isolat  protein  teripang  diduga  karena  adanya  perbedaan  kadar  asam  amino yang  menyusun  protein  maupun  peptida-peptida  pendek  yang  dikandung  oleh
ketiga  produk  tersebut.  Hidrolisat  protein  teripang  yang  memiliki  kadar  protein dan  asam  amino  bebas  lebih  tinggi  serta  kemungkinan  terbentuknya  peptida-
peptida pendek bioaktif yang lebih banyak selama proses hidrolisis memiliki daya hambat  terhadap  aktivitas
enzim  α-glukosidase  lebih  besar  dibandingkan konsentrat  dan  isolat  protein  teripang.  Li  et  al.  2004  melaporkan  bahwa
beberapa  asam  amino  penyusun  protein  maupun  peptida  seperti  triptopan, fenilalanin, tirosin atau prolin pada C-terminal, dan asam amino alifatik bercabang
seperti  alanin,  valin,  isoleusin  dan  leusin  pada  N-terminal  memiliki  kemampuan sebagai  inhibitor  suatu  enzim,  seperti  yang  telah  dicobakan  pada  enzim
Angiotensin  I-Converting  Enzyme.  Sedangkan  Moritoh  et  al.  2009  melaporkan bahwa  voglibose  memiliki  kemampuan  meningkatkan  aktivitas    glukagon-like
peptide-1  GLP-1,  sehingga  dapat  menghambat  aktivitas  enzim α-glukosidase.
Selanjutnya Koch et al. 1988 melaporkan bahwa telah ditemukan suatu peptida yaitu peptida YY yang terdapat pada bagian ileum dan usus besar yang memiliki
kemampuan menghambat aktivitas enzim glukosidase usus. Mekanisme  lain  yang  diduga  dapat  menghambat  aktivitas  enzim
α- glukosidase  adalah  adanya  beberapa  senyawa  bioaktif  yang  terkandung  dalam
hidrolisat,  konsentrat,  dan  isolat  protein  teripang.  Penghambatan  oleh  beberapa senyawa bioaktif tersebut diduga dapat berikatan dengan enzim dan menyebabkan
penurunan  kecepatan  reaksi  enzim.  Kondisi  ini  menyebabkan  terjadinya penurunan  metabolisme  karbohidrat  menjadi  glukosa  oleh  enzim
α-glukosidase, sehingga  dengan  sendirinya  akan  menurunkan  kadar  glukosa  dalam  darah  yang
sangat bermanfaat bagi penderita DM. Mekanisme  penghambatan  oleh  peptida-peptida  pendek  dan  senyawa
bioaktif  tersebut  dapat  bersifat  kompetitif,  non  kompetitif  maupun  unkompetitif Suhartono  1989.  Efek  penghambatan akan  terjadi  karena  inhibitor  yang  diduga
peptida-peptida  pendek  dan  beberapa  senyawa  bioaktif  tersebut  akan  berikatan dengan  sisi  allosterik  maupun  aktif  enzim,  sehingga  dapat  membentuk  ikatan
dengan  enzim  dalam  keadaan  bebas,  disamping  dapat membentuk ikatan  dengan
komplek enzim substrat. Ikatan inhibitor terhadap enzim bebas dan enzim substrat dapat  menyebabkan  terbentuknya  kompleks  enzim  inhibitor  atau  enzim  substrat
inhibitor  yang  bersifat  tidak  produktif  karena  tidak  dapat  membentuk  produk. Produk  hanya  akan  terbentuk  jika  ikatan  inhibitor  lepas  dari  kompleks  enzim
substrat  inhibitor.  Reaksi  sampingan  yang  sangat  merugikan  akibat  pengaruh inhibitor  pada  jenis  penghambatan  ini  adalah  besarnya  peluang  sisi  aktif  enzim
untuk berubah secara permanen dari keadaan alami jika kompleks enzim inhibitor memiliki  ikatan  yang  sangat  kuat.  Hal  ini  akan  menyebabkan  enzim  kehilangan
reaktifitasnya secara permanen Suhartono 1989.
4.3. Aktivitas Hipoglikemik